Gairahkan industri film lokal, bisnis bioskop perlu pemain baru
Merdeka.com - Bisnis hiburan layar lebar alias bioskop di Tanah Air saat ini hanya dikuasai dua pemain besar, Blitzmegaplex dan Cinema 21. Oleh karena itu, dibutuhkan pemain baru untuk menghangatkan persaingan di bisnis yang sarat teknologi itu sekaligus menggairahkan industri perfilman nasional.
"Perlu kompetitor. "Dengan banyak bioskop, akan banyak sutradara membuat film. Kalo tidak ada bioskop bagaimana mau memutar film?" kata Direktur Utama PT Graha Prima Layar (BLTZ) Bernard Kent Sondakh di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/4). BLTZ adalah operator jaringan Blitzmegaplex.
Dia menilai, industri bioskop memiliki prospek cerah lantaran pasar Indonesia yang besar belum seluruhnya tergarap. Berdasarkan perhitungannya, industri bioskop bisa tumbuh 20 persen tahun ini. "Untuk mencapainya, perlu dukungan pasokan film, baik lokal maupun asing yang memadai."
-
Bagaimana film berkembang? Seiring perkembangan teknologi film, industri film mulai berkembang dan munculnya efek khusus untuk menambahkan keindahan visual dalam film.
-
Kenapa bioskop keren New Beverly Cinema terkenal? New Beverly Cinema adalah bioskop yang terkenal di Los Angeles dengan fokus pada film-film klasik dan independen.
-
Apa alasan pembukaan bioskop di masa pandemi? Alasan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan, membuka kembali bioskop adalah untuk menggiatkan kembali ekonomi di bidang industri perfilman yang mati suri.
-
Di mana bioskop pertama di Indonesia? Rumah seorang pengusaha ini dialihfungsikan sebagai bioskop dengan nama 'The Royal Bioscoope'.
-
Di mana Videotron sering ditempatkan? Videotron biasanya ditempatkan di tempat-tempat strategis seperti jalan-jalan besar, pusat perbelanjaan, stadion, dan tempat umum lainnya.
-
Kapan Gedung Kesenian Jakarta diresmikan sebagai bioskop? Gedung Kesenian Jakarta lantas diresmikan sebagai gedung bioskop Diana yang amat populer ketika itu.
BLTZ sendiri bakal membangun lima bioskop. Masing-masing di di Yogyakarta, Bandung, Cirebon, Karawang, dan Bogor.
Kelompok usaha Lotte Mart dari Korea Selatan sempat ingin membuka jaringan gedung bioskop di Indonesia. Namun terkendala oleh aturan pemerintah terkait Daftar Negatif Investasi (DNI) yang menggolongkan bisnis bioskop sebagai bidang usaha tertutup untuk investor asing.
Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan, pada 1990, terdapat sekitar 2.600 bioskop di Indonesia. Jumlah itu terus menyusut hingga tersisa 172 bioskop dengan 600 layar pada 2011. (mdk/yud)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Prospek pertumbuhan industri bioskop di Indonesia yang tercermin dari minat investor pada masa penawaran awal dan umum.
Baca SelengkapnyaPendapatan utama berasal dari bioskop yang memberikan kontribusi sekitar 60,2 persen.
Baca SelengkapnyaCinema XXI akan menawarkan sebanyak-banyaknya 8,33 miliar saham baru, dengan harga penawaran saham berkisar Rp270-Rp288 per saham.
Baca SelengkapnyaVidio sebagai bagian usaha milik EMTEK Grup memiliki cara bersaing dengan pemain layanan OTT global.
Baca SelengkapnyaBenny Suherman memiliki 54 persen saham Cinema XXI melalui perusahaan induknya Harkatjaya Bumipersada.
Baca SelengkapnyaSampai saat ini, MAXStream Studios telah memproduksi 128 judul film dan serial yang dapat dinikmati pelanggan dan masyarakat melalui beragam channel penayangan.
Baca SelengkapnyaPemkot Medan akan menyediakan bioskop di Lapangan Merdeka.
Baca SelengkapnyaVidio yang saat ini menjadi leading di Indonesia karena memang disukai oleh jutaan masyarakat di Indonesia dengan konten lokalnya
Baca SelengkapnyaLangkah-langkah ini guna mendorong ekonomi kreatif di Indonesia semakin semarak.
Baca SelengkapnyaVidio disebut menguasai 21 persen pangsa pasar penonton VOD di Indonesia selama 2023.
Baca SelengkapnyaVidio tengah berkolaborasi dengan Aksilarasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Baca SelengkapnyaPemerintah terus meningkatkan investasi di IKN Nusantara.
Baca Selengkapnya