Garam langka, pengusaha ikan pindang khawatir harus gulung tikar
Merdeka.com - Langkanya pasokan garam dalam negeri dan harga jual yang meningkat hingga dua kali lipat tak hanya merugikan petambak garam, namun kondisi ini juga merugikan pengusaha ikan pindang yang menjadikan garam sebagai bahan bakunya.
Sejumlah pembuat ikan pindang di beberapa wilayah di Bali mengeluhkan tingginya harga garam yang melonjak dari Rp 1.200 per kilogram menjadi Rp 5.000 per kilogram. Sedangkan harga ikan tongkol masih relatif stabil.
Seorang pengusaha ikan pindang di Jembrana, Dewa Komang Alit Nuarta mengatakan meski harga garam melambung tinggi, namun dirinya tidak serta merta menaikkan harga ikan pindang. Hal ini dikarenakan dirinya takut ditinggal pelanggan.
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
-
Harga bahan pangan apa yang naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Dimana harga beras juga naik? Kenaikan harga sembako juga terjadi di Pasar Belakang Kodim Brebes. Harga telur ayam dari Rp26.000 per kilogram menjadi Rp28.000 per kilogram. Begitu pula dengan harga beras medium yang naik Rp1.000 per kilogram.
-
Mengapa harga ikan louhan bisa stabil? Welly mengatakan, agar ikan louhan terjual dengan harga yang menjanjikan, seorang pembudi daya harus bisa mempertahankan kualitas.
-
Dimana harga sembako masih tinggi? Harga sejumlah bahan pokok masih terpantau tinggi di beberapa daerah. Di Pasar Induk Rau, Serang, kondisi tersebut masih terjadi hingga Kamis (13/7) siang.
-
Apa yang menyebabkan harga singkong meningkat? Saat ditemui wartawan, seorang penjual singkong dan ubi jalar di Pasar Kopro, Wartini mengaku jika saat ini terjadi peningkatan penjualan.Menurutnya, hal ini seiring dengan tingkat konsumsi umbi-umbian tersebut yang juga tinggi di tengah harga beras yang belum turun.
Untuk mengantisipasi kerugian besar, dia hanya memotong produksi ikan pindang dan menjualnya dengan harga pasaran, yakni Rp 4.000 hingga Rp 5000 per ekor atau Rp 22 ribu per kilogram.
"Dulu kita bisa produksi sampai 5 kwintal sehari, namun kini sudah menurun jadi 3 kwintal. Terpaksa sekarang selain jualan pindang ikan juga jualan ikan segar," kata Dewa di Bali, Minggu (30/7).
Dia mengaku hanya memanfaatkan garam seefisien mungkin tanpa harus mengurangi penggunaan garam saat membuat pindang. "Kalau garam kurang ikan pindang tidak mantap, kalau kelebihan nanti asin. Jadi sedang-sedang saja yang penting kita masih ada keuntungan meski sangat tipis," jelasnya.
Sementara itu, pembuat ikan pindang lainnya, Wayan Sukerta mengaku terpaksa berhenti membuat pindang karena tidak ada garam. Padahal, untuk membuat ikan pindang, para pengusaha rata-rata menghabiskan 10 kilogram garam untuk 1,5 kwintal ikan yang dibuat pindang.
"Sulit mencari garam karena di warung-warung tidak ada. Ini sudah satu bulan tidak ada," terangnya.
Jika kelangkaan ini terus berlanjut, para pedagang khawatir usahanya akan gulung tikar karena sulitnya mencari garam.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini harga beras kualitas premium rata-rata telah mencapai Rp18.000 per kilogram. Angka ini naik hingga 20 persen dari harga normal tahun 2023.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga membuat penjual dan pembeli sama-sama merana
Baca SelengkapnyaDia heran, mengapa harga beras naik sangat tinggi, belum lagi ketersediaan beras di toko-toko ritel yang terbatas.
Baca SelengkapnyaDi panen ini, mereka hanya menerima nominal amat kecil yakni Rp700 per kilogram. Ini jauh dari pendapatan saat harga normal, di kisaran Rp4.000 per kilogram
Baca SelengkapnyaAda beberapa penyebab terjadinya lonjakan harga beras ini, termasuk molornya musim tanam dan musim panen.
Baca SelengkapnyaPasokan beras medium maupun premium juga mulai langkah di pasar tradisional.
Baca SelengkapnyaDuduk perkara Bulog dan Bapanas dilaporkan ke KPK atas dugaan penggelembungan harga beras impor.
Baca SelengkapnyaKondisi ini menyebabkan daya beli turun dan omzet berkurang.
Baca SelengkapnyaNormalnya, harga cabai rawit di tingkat petani berkisar antara Rp10.000 hingga Rp15.000 per kilogram.
Baca SelengkapnyaBahkan, pelanggan terpaksa merogoh uang lebih dari biasanya untuk menambah porsi nasi agar menjadi lebih banyak.
Baca SelengkapnyaKemarau panjang membuat petani padi di berbagai daerah terancam gagal panen.
Baca SelengkapnyaPemerintah terus berupaya mengatasi kelangkaan dan mahalnya harga beras.
Baca Selengkapnya