Geliat bisnis Gang Dolly usai tak jadi lokalisasi
Merdeka.com - Wirausahawan sukses ialah seseorang yang mampu melihat peluang usaha. Peluang ini bisa muncul di mana saja bahkan dari tempat bekas lokalisasi sekalipun. Salah satunya daerah eks lokalisasi Dolly, Surabaya, Jawa Timur.
Kehidupan di bekas lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara ini memang telah berubah drastis usai ditutup pemerintah kota Surabaya. Masyarakat di lingkungan sekitar mulai kehilangan pendapatan.
Kejadian ini, dengan jeli dimanfaatkan oleh CEO Melukis Harapan, Dalu Nuzlul Kiram, sebagai kesempatan usaha. Dalu berkeinginan menggarap Dolly sebagai bisnis wisata sejarah.
-
Mengapa Dona ingin mengembangkan desa sebagai wisata Kampung Songket? Saya ingin songket silungkang dikenal lebih luas lagi hingga mancanegara. Dalam pikiran saya, wisatawan yang berkunjung ke desa kami nantinya tidak hanya membeli songket tetapi juga bisa mencoba menenun songket.
-
Siapa yang terinspirasi untuk membuka usaha? Usaha ini bermula dari suami Qori yang memiliki ketertarikan dalam dunia kuliner.
-
Siapa yang mendirikan Dolas Songket? Kisah Anita Dona Asri mendirikan UMKM Dolas Songket patut diacungi jempol.
-
Apa yang ingin dicapai Dona dengan Dolas Songket? Dengan ikhtiar tersebut, songket silungkang diharapkan dapat menjadi sumber ekonomi keluarga.
-
Siapa yang membentuk Konco Dolan? Sekumpulan anak muda di Jogotirto, Kapanewon Berbah, Sleman, punya cara kreatif mengenalkan potensi desanya.Mereka membentuk sebuah wadah bernama Konco Dolan, yang aktif mengajak masyarakat mengenal beragam daya tarik wilayah tersebut.
-
Bagaimana Inul Daratista membangun kerajaan bisnisnya? Selain mengandalkan bakat menyanyinya, Inul Daratista juga terjun ke dunia bisnis dan berhasil membangun kerajaan usaha yang menguntungkan.
Dalu atau dikenal 'Dalu Dolly' merupakan pengusaha muda di bidang informasi dan teknologi (IT). Keprihatinannya dengan kehidupan Dolly usai ditutup menjadi pemicu ide awalnya untuk melakukan usaha berkonsep wirausaha sosial.
Dalu bercita-cita mengembalikan fungsi Dolly sebagai tempat wisata, namun bukan lokasi 'esek-esek' seperti sebelumnya. Dalam mewujudkan usahanya dia juga akan memberdayakan masyarakat setempat. Selain sebagai pemandu wisata, warga juga dapat membuka tempat makan bagi pengunjung Dolly.
"Tujuannya ingin membuat Dolly menjadi tepat wisata lagi. Dulu kan dikenal tempat "wisata" (esek-esek), tapi kita tentu beda bukan wisata itu lagi," kata Dalu di Jakarta, kemarin.
Pria berusia 26 tahun ini menuturkan, wisata Dolly nantinya akan berupa wisata sejarah. Konsumen bisa melakukan kilas balik dengan wilayah yang telah menjadi area lokalisasi sejak 1967 ini.
"Nanti masyarakat bisa keliling-keliling Dolly. Ini kan sejarahnya panjang, ya intinya wisata sejarah," terangya.
Dalu menceritakan sedikit mengenai latar belakang lokalisasi Dolly. Dolly awalnya merupakan kompleks pemakaman Tionghoa. Pada 1960, kawasan itu kemudian dibongkar dan dijadikan permukiman.
Awal mula Dolly menjadi tempat 'esek-esek' ialah, pada 1967, seorang mantan pekerja seks komersial (PSK) bernama Dolly Khavit yang menikah dengan pelaut Belanda membuka sebuah wisma di kawasan itu.
Seiring berjalannya waktu, kawasan Dolly sebagai tempat lokalisasi menjadi berkembang. Lokalisasi pelacuran ini bahkan disebut-sebut sebagai yang terbesar se-Asia Tenggara.
Betapa tidak, sedikitnya 9.000 lebih pelacur numplek jadi satu di kawasan tersebut. Pria hidung belang kalangan atas hingga bawah tak sulit ditemukan di kawasan Dolly. Tidak hanya penduduk lokal, wisatawan asing pun tak jarang datang ke sini sekadar untuk memuaskan birahi.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gang Dolly dulu dikenal sebagai lokalisasi besar di Surabaya. Siapa sangka, kini kehidupan warganya berubah 180 derajat.
Baca SelengkapnyaGemerlap kota Las Vegas ternyata ada di Indonesia. Lokasi berada di gang sempit di Jakarta dan sempat menjadi favorit orang kalangan atas Belanda & Tionghoa.
Baca SelengkapnyaSebelum memasuki kawasan perdagangan, kapal-kapal dari Sungai Bengawan Solo bersandar dulu di Gandekan
Baca SelengkapnyaWarga berharap agar Pemerintah Kota Batu punya solusi agar sektor pariwisata di kawasan legendaris ini kembali dikenal masyarakat luas. Seperti masa jayanya.
Baca SelengkapnyaLanggar Merdeka merupakan salah satu tempat wisata di Solo.
Baca SelengkapnyaBangunan itu memiliki banyak koleksi barang antik.
Baca SelengkapnyaPertunjukan wayang orang yang dikemas Gan Kam bertransformasi jadi lebih populer dan bisa dinikmati segala kalangan
Baca SelengkapnyaMasih ingat dengan Kampung Gajah? Begini kondisinya yang sudah terbengkalai.
Baca SelengkapnyaBarangkali ini satu-satunya minimarket di Indonesia yang menempati bangunan cagar budaya.
Baca SelengkapnyaAnak di bawah umur pernah dijadikan budak prostitusi di kawasan Gang Royal.
Baca Selengkapnya