Gempuran penolakan penghapusan Premium di Tanah Air
Merdeka.com - Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang dikepalai Faisal Basri merekomendasikan untuk menghapus keberadaan bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Premium di Indonesia. Penghapusan Premium dimaksudkan untuk menekan keberadaan mafia migas. Pasalnya, impor minyak mentah RON 88 untuk Premium disebut tidak transparan.
Faisal menyebut impor Premium yang dilakukan Indonesia bisa membuka peluang kartel. Sebab, Indonesia merupakan satu dari sedikit negara di dunia pembeli BBM jenis tersebut.
"Ini membuka peluang terjadi kartel penjual, karena mereka punya kepentingan menghasilkan RON 88 hanya untuk Indonesia. Di dunia, bahkan di Asia Tenggara saja, hanya Indonesia yang masih pakai RON 88. Meski yang kita impor sekarang adalah RON 88, tidak menutup kemungkinan yang dikirim adalah RON 92 yang harganya lebih murah. Tapi dijual ke kita lebih mahal," paparnya.
-
Apa yang direvisi BPH Migas tentang BBM subsidi? Pertimbangkan Masukan Masyarakat Menurut Kepala BPH Migas Erika Retnowati, masukan dari masyarakat akan menjadi pertimbangan dalam penyusunan revisi regulasi tersebut.
-
Kenapa pemerintah mau kurangi subsidi BBM? 'Jadi yang teman-teman pantas membutuhkan subsidi ini kita tentunya akan jaga. Jadi masyarakat yang ekonominya rentan pasti akan terus berikan, kita tidak mau naikan harganya,' tegasnya di Jakarta, Senin (5/8).'Tapi mungkin ada teman-teman juga yang ke depannya sebenarnya harusnya sudah enggak butuh lagi subsidinya, itu bisa diarahkan untuk tidak menggunakan,' kata Rachmat.
-
Apa yang baru dari aturan BBM Subsidi? Pemerintah segera merilis aturan baru mengenai penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite dan jenis BBM tertentu JBT Solar Subsidi.
-
Kenapa BPH Migas revisi regulasi penyaluran BBM subsidi? 'Pertama, pengaturan volume Jenis BBM Tertentu (JBT) Minyak Solar dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) untuk transportasi darat disusun berdasarkan kajian kewajaran pembelian JBT Minyak Solar dan JBKP transportasi darat, seperti data histori transaksi pembelian JBT dan JBKP, jenis kendaraan dan tempuh' jelasnya pada saat ditemui dalam Public Hearing di Bandung, Jawa Barat, Selasa (3/9/2024).
-
Mengapa BPH Migas keluarkan regulasi tentang BBM subsidi? Untuk memastikan penyaluran BBM bersubsidi ini tepat sasaran dan tidak disalahgunakan, BPH Migas telah mengeluarkan regulasi mengenai pedoman pembinaan hasil pengawasan kepada penyalur.
-
Kenapa BBNKB II dihapus? Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) II dan pajak progresif akan dihapus di beberapa provinsi sesuai dengan amanat Undang-Undang (UU) 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, khususnya pasal 74.
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membuka peluang wacana ini. Menteri ESDM Sudirman Said memberikan waktu pada Pertamina selama 5 bulan untuk tahap persiapan apakah memungkinkan saat ini atau tidak.
"Pertama dikasih persiapan teknis supaya tidak terganggu supplynya. Tim rekomendasi mengusulkan 5 bulan persiapan, tapi kami serahkan semuanya pada Pertamina sebagai pihak penyelenggara," jelas dia.
Dia menambahkan, hingga saat ini penghapusan RON 88 menjadi RON 92 masih menjadi pembahasan di level pemerintahan. "Belum, bukan berarti besok dihapuskan," tutupnya.
Selama tahap persiapan itu, tak sedikit kalangan yang keras menolak implementasi wacana ini. Alasan, pencabutan hak rakyat hingga liberalisasi SPBU asing menjadi beberapa alasan.
Berikut merdeka.com akan merangkum sejumlah penolakan pada ide penghapusan Premium ini.
RON 92 atau Pertamax bukan bahan bakar utama masyarakat
Wacana penghapusan bahan bakar minyak (BBM) RON 88 atau jenis Premium yang dilontarkan Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi hingga kini masih menjadi polemik. Salah satu pihak yang tidak mendukung yakni Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas).Ketua II DPP Hiswana Migas M. Ismeth mengungkapkan tidak semua kendaraan roda empat atau lebih saat ini menggunakan Pertamax atau bahan bakar dengan kadar RON 92."Tidak semua mobil menggunakan RON 92," ungkapnya dalam diskusi bertema 'Selamat Tinggal Premium' di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (27/12).
Mendapat harga komoditas murah adalah hak rakyat
Ketua II DPP Hiswana Migas M. Ismeth mengungkapkan masyarakat berhak untuk mendapatkan bahan bakar murah semisal Premium. Maka dari itu, pihaknya juga meminta Pertamina untuk dapat menurunkan harga Premium laiknya Pertamax."Alangkah baiknya RON 88 dihitung ulang agar bisa lebih murah sehingga masyarakat tetap mendapatkan minyak yang lebih murah," tandas Ismeth.
Hancurkan bisnis Pertamina
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Migas Indonesia (KPSMI) Faisal Yusra mengatakan pemerintah harus melakukan kajian ulang atas rekomendasi tersebut. Pasalnya, penghapusan BBM RON 88 berpotensi menghancurkan bisnis PT Pertamina (Persero)"Penghapusan Premium RON 88 jika dilakukan tanpa bertahap, sangat berpontensi menghancurkan bisnis BBM Pertamina," ujar Faisal saat dihubungi wartawan di Jakarta, Senin (22/12).Dia menegaskan saat rekomendasi tetap berjalan maka pemerintah akan lebih banyak melakukan impor RON 92. Kondisi tersebut, kata dia, akan membuat beban biaya perusahaan kian bertambah."Jika Premium RON 88 dihilangkan, maka product valuable kilang Pertamina jadi jeblok, hancur," kata dia.
Matikan bisnis pengusaha SPBU lokal
Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) menilai dengan dihapuskannya Premium atau bahan bakar RON 88 atau jenis Premium bakal memicu liberalisasi SPBU asing di Indonesia. RON 88 sendiri nantinya bakal dihapus dan diganti dengan RON 92 atau jenis Pertamax."Jangan sampai terjadi liberalisasi," ujar Ketua II DPP Hiswana Migas M Ismeth di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (27/12).Tak hanya itu, Ismeth juga meminta agar pemerintah mengkaji ulang usulan yang diutarakan Tim Reformasi Tata Kelola Migas tersebut. "Tolong dipikirkan pengusaha SPBU dan lain-lain, proteksi usaha teman-teman kita yang jumlahnya 5.300," ucapnya.
Pemenuhan kebutuhan BBM RON 92 butuh waktu lama
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Syamsir Abduh setuju atas usulan pergantian tersebut. Namun, pihaknya meragukan kemampuan pemerintah untuk membangun kilang baru. Terlebih dana yang dibutuhkan untuk membangun kilang baru tidak murah dan memakan waktu panjang."Saya setuju, tapi tidak saat ini. Harus dibarengi pembangunan kilang. Untuk pembuatan satu kilang saja butuh USD 6 miliar sampai USD 10 miliar. Pemerintah punya uang nggak? Apalagi bangun kilang itu butuh minimal 5 tahun," ungkapnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penghapusan Pertalite bukan hanya putusan satu instansi saja. Banyak hal juga yang perlu dipertimbangkan.
Baca SelengkapnyaESDM menyiapkan rencana untuk membatasi penyaluran BBM jenis Pertalite (RON 90). Di sisi lain, kementerian juga berencana memberikan subsidi Pertamax.
Baca SelengkapnyaPertamina juga berencana untuk memasarkan produk Pertamax Green 95, campuran Pertamax (RON 92) dengan etanol 8 persen.
Baca SelengkapnyaPertamax Bakal Gantikan Pertalite Jadi BBM Subsisi, BPH Migas Beri Bocoran Begini
Baca SelengkapnyaPertamax Green 92 nantinya akan masuk dalam barang subsidi jenis BBM khusus penugasan (JBKP) menggantikan Pertalite.
Baca SelengkapnyaHal ini menjawab kegelisahan masyarakat terkait rencana PT Pertamina (Persero) untuk menghapus BBM subsidi jenis Pertalite pada 2024.
Baca SelengkapnyaWarga mengaku di beberapa SPBU Pertamina sudah tak menjual Pertalite dan kini diganti dengan Pertamax Green 95.
Baca SelengkapnyaHal ini diungkapkan sehari setelah Pertamina mengumumkan ide penghapusan Pertalite di hadapan Komisi VII pada Rabu, 30 Agustus 2023 kemarin.
Baca SelengkapnyaRencana ini dibahas karena BBM oktan tinggi seperti Pertamax meyumbang polusi yang sedikit.
Baca SelengkapnyaPemerintah juga butuh investasi untuk bisa mengalihkan subsidi APBN yang selama ini dijatuhkan kepada produk gasoline kepada campuran etanol dan gasoline.
Baca SelengkapnyaPemerintah sedang mencoba menyelesaikan masalah subsidi yang tidak tepat sasaran dengan berbagai langkah.
Baca SelengkapnyaDalam hal ini, Arifin memberikan beberapa catatan dari wacana yang berkembang di publik.
Baca Selengkapnya