Genjot publikasi ilmiah, Menristek kucurkan dana beasiswa Rp 50 M
Merdeka.com - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, M. Natsir, mengatakan Indonesia bakal memiliki kesejahteraan serta ekonomi yang baik apabila memiliki inovasi yang bagus. Hanya saja, saat ini inovasi bangsa Indonesia masih belum baik terutama dalam hal publikasi ilmiah internasional.
"Masalah publikasi. Modal dasar untuk menjadi suatu inovasi. Dari inovasi meningkatkan modal dasar kita ingin menuju daya saing bangsa. Inovasi itu salah satu pembentuk daya saing bangsa. Kalau daya saing bangsanya bagus itu kesejahteraan baik, ekonomi baik, dampaknya bagus," ujarnya dalam Peluncuran Penghargaan Publikasi Ilmiah, di Jakarta, Jumat (4/12).
Natsir menyebut publikasi Indonesia menjadi yang terendah dibanding negara di Asia Tenggara lain. Alasannya, publikasi ilmiah negara lain dapat diimplementasikan langsung guna meningkatkan ilmu pengetahuan negara tersebut.
-
Apa yang membuat Indonesia kalah? Indonesia menerima tiga kartu kuning (-3), sedangkan Arab Saudi hanya mendapatkan dua kartu kuning (-2).
-
Di mana Indonesia berada dalam daftar negara dengan anggaran riset terbesar? Menurut data dari Research and Development World (R&D World) 2022, negeri ini menempati peringkat ke-34 dari 40 negara.
-
Mengapa Korea Selatan lebih maju dari Indonesia? Menyadur Liputan6.com, Profesor Seong-Kon Kim, yang pernah menjadi dekan di Seoul National University memberikan penjelasan tentang kunci sukses ekonomi Korsel.
-
Dimana kualitas jaringan telekomunikasi di Indonesia masih kurang? 'Penetrasi internet di masyarakat sudah 80% bisa kita bilang karena data terakhir APJII 2024, data menunjukkan 79,5%. Hanya saja, kita masih punya problem yang namanya digital divide, belum semua wilayah memiliki kualitas layanan telekomunikasi yang baik,' jelasnya.
-
Apa penyebab produksi gula Indonesia kalah saing dengan Brazil? 'Brazil dan Indonesia sama-sama terletak di Garis Khatulistiwa. Hal ini perlu menjadi bahan refelksi kita bersama,' kata Arief dalam acara Nasional Sugar Summit (NSS) 2023, Jakarta, Rabu (13/12). Arief menilai pemerintah dan para pemangku kepentingan (stakeholder) perlu merefleksikan diri dan melihat kesuksesan Brazil dalam mengelola tebu. Sehingga menjadi negara dengan pengeskpor terbesar di dunia.
-
Karya ilmiah apa itu? Karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang dihasilkan dari penelitian atau analisis mendalam mengenai suatu tema dengan pendekatan ilmiah.
"Negara-negara lain bisa meningkat lebih cepat. Ini yang membuat kalah daya saing. Singapura, Malaysia, Thailand itu diatas Indonesia untuk kawasan Asia Tenggara," kata dia.
Untuk itu, Dewan Penyantun akan mengucurkan dana sebesar Rp 50 miliar melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) guna mendorong periset Indonesia untuk menulis di jurnal-jurnal Internasional. Nantinya, periset yang sudah melakukan publikasi ilmiah akan diberikan penghargaan sebesar Rp 100 juta dengan catatan publikasi ilmiahnya memiliki impact factor jurnal sebesar 5.
"Kami bersama LPDP sediakan Rp 50 miliar untuk mendorong publikasi ilmiah di tahun depan. Targetnya, dana Rp 50 miliar bisa menghasilkan 500 publikasi ilmiah dengan penghargaan sebesar Rp 100 juta per publikasi," pungkas dia.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PISA menyebut peningkatan kualitas pendidikan Indonesia sangatlah lambat.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah deretan negara-negara yang memiliki dana riset terbesar di dunia.
Baca SelengkapnyaJokowi menyebut rasio penduduk Indonesia yang berpendidikan strata 2 (S2) dan strata 3 (S3) masih sangat rendah.
Baca SelengkapnyaJokowi mengaku akan menggelar rapat untuk membahas masalah ini. Ditegaskan juga bahwa anggaran menjadi masalah utama.
Baca SelengkapnyaJokowi bakal menggelontorkan anggaran agar populasi produktif S2 dan S3 di Indonesia bisa meningkat drastis.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah tiga hal yang menjadi penghambat meluasnya jaringan 5G.
Baca SelengkapnyaJokowi ingin SDM Indonesia tak hanya menguasai ilmu pengetahuan.
Baca SelengkapnyaSelama lebih dari 9 tahun menjabat, Presiden Jokowi mengaku kaget melihat angka lulusan S2 dan S3 Indonesia belum mencapai 1 persen.
Baca SelengkapnyaIndonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam penerapan ekonomi hijau.
Baca SelengkapnyaKesenjangan antara kebutuhan kredit masyarakat dan penyaluran dana dari institusi keuangan masih tinggi.
Baca SelengkapnyaJokowi menyebut, produk mebel RI ada di peringkat 17. Sementara Vietnam ada di posisi 2 dan Malaysia 12.
Baca SelengkapnyaSalah satu alasan utama adalah posisi Indonesia dalam hal indeks sumber daya manusia atau human capital index.
Baca Selengkapnya