Gula petani dibeli murah, produksi cenderung turun
Merdeka.com - Rendahnya harga gula di tingkat petani membuat produksi gula di dalam negeri cenderung stagnan, bahkan menurun. Lantaran gula produksinya dihargai di bawah biaya produksi, para petani enggan menambah luas areal tanam tebu.
Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (Agri) Agus Pakpahan mengatakan, pada 2006, margin yang diterima petani tebu bisa mencapai 80 persen. Namun lama-lama margin tersebut terus menurun sehingga tidak bisa lagi dijadikan insentif bagi para petani untuk meningkatkan luas areal tanamnya.
"Insentif itu dari harga. Ilustrasinya, di 2006 itu margin pemasaran yang diterima petani kurang lebih 80 persen, tapi sekarang kecil sekali," ujar dia di Kantor DPN HKTI, Jakarta, Kamis (2/8).
-
Kenapa harga gula naik? Kenaikan harga gula cukup tinggi hingga mencapai Rp4.000 per kilogram. Gula pasir eceran yang biasanya dihargai Rp12.000 per kilogram kini menjadi Rp17.000 per kilogram. Begitu juga dengan gula premium yang semula harganya Rp14.000 per kilogram kini menjadi Rp18.000 per kilogram.
-
Mengapa penjualan petai petani muda ini menurun? Saat TikTok Shop ditutup, penjualan produk mereka menurun drastis. Biasanya mereka bisa menjual hingga ribuan paket per hari. Dengan TikTok Shop ditutup, mereka hanya bisa menjual 100-an paket per hari.
-
Bagaimana harga beras di pasaran? Harga beras di pasaran masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
-
Kenapa harga beras masih mahal? Berdasarkan data Bapanas per Selasa (19/3), harga beras premium berada di kisaran Rp16.490,- per Kg. Harga beras terpantau masih mahal.
-
Apa penyebab produksi gula Indonesia kalah saing dengan Brazil? 'Brazil dan Indonesia sama-sama terletak di Garis Khatulistiwa. Hal ini perlu menjadi bahan refelksi kita bersama,' kata Arief dalam acara Nasional Sugar Summit (NSS) 2023, Jakarta, Rabu (13/12). Arief menilai pemerintah dan para pemangku kepentingan (stakeholder) perlu merefleksikan diri dan melihat kesuksesan Brazil dalam mengelola tebu. Sehingga menjadi negara dengan pengeskpor terbesar di dunia.
-
Kenapa konsumsi beras di Indonesia turun? Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, mengatakan jika diselisik lebih jauh, data konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia mengalami penurunan.
Selain itu, lanjut dia, harga pokok pembelian (HPP) gula petani yang saat ini berada di level Rp 9.100 per Kg juga dinilai jauh di bawah biaya produksi petani. Ini membuat petani tidak lagi bergairah untuk menanam tebu.
"Itu jauh di bawah. Jadi harga Rp 9.100 atau Rp 9.700 itu di bawah biaya produksi, menurut perhitungan UGM, IPB. Makanya kita lihat tren dari 2008 ke sini turun terus (produksi gula dalam negeri), karena luas areal yang ditanami tebu petani berkurang. Kenapa? Karena insentifnya mengecil. Ini sangat rasional," jelas dia.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh perguruan tinggi, harga jual gula di tingkat konsumen seharusnya 1,6 kali lipat dari harga beras. Dengan demikian, harga gula di pasaran seharusnya di patok sekitar Rp 15.000 dan di tingkat petani minimal Rp 10.500.
"Berdasarkan studi, harga gula yang layak itu 1,6 kali harga beras, jadi jatuhnya Rp 15.000 harga di konsumen. Kalau Rp 15.000, harga gula petani bisa dibeli lebih mahal. Ya Rp 10.500 sesuai hitungan dari IPB dan lain-lain," kata dia.
Agus memperkirakan, produksi gula dalam negeri pada tahun ini masih akan sama jika dibandingkan dengan tahun lalu yang sekitar 2,1 juta ton. Bahkan angka tersebut akan cenderung mengalami penurunan jika masalah harga gula petani tidak segera menjadi perhatian pemerintah.
"Karena gula ini masih didominasi di Jawa, masih tergantung dari petani. Dugaan saya, produksi gula enggak jauh beda dari tahun lalu. Dugaan saya sama atau bahkan menurun, tapi mudah-mudahan tidak jauh beda dengan tahun lalu, 2,1 juta ton," tandas dia.
Reporter: Septian Deny
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Harga cabai merah turun seiring hasil panen yang melimpah di Boyolali.
Baca SelengkapnyaDi panen ini, mereka hanya menerima nominal amat kecil yakni Rp700 per kilogram. Ini jauh dari pendapatan saat harga normal, di kisaran Rp4.000 per kilogram
Baca SelengkapnyaNormalnya, harga cabai rawit di tingkat petani berkisar antara Rp10.000 hingga Rp15.000 per kilogram.
Baca SelengkapnyaAktivitas panen padi saat ini masih terbatas di sejumlah daerah. Kondisi tersebut membuat harga gabah kering di tingkat petani menjadi sangat tinggi.
Baca SelengkapnyaIndeks harga yang diterima petani turun 0,16 persen lebih dalam dibandingkan dengan penurunan indeks harga yang dibayar petani.
Baca SelengkapnyaJika sebelumnya harga beras berada di kisaran Rp 8.000 per liter, kini melonjak menjadi Rp 10.000 per liter.
Baca SelengkapnyaBelakangan ini harga beras melambung tinggi, masyarakat semakin tercekik usai kenaikan yang signifikan.
Baca SelengkapnyaGabah kering panen di tingkat petani naik 2,73 persen, sementara beras deflasi di tingkat grosir.
Baca SelengkapnyaAda beberapa penyebab terjadinya lonjakan harga beras ini, termasuk molornya musim tanam dan musim panen.
Baca SelengkapnyaBPS mencatat, rata-rata harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp6.295 per kilogram (kg) atau naik 2,97 persen selama Januari 2024.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga membuat penjual dan pembeli sama-sama merana
Baca SelengkapnyaNTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan.
Baca Selengkapnya