Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Hadapi pasar bebas Asean 2015, RI hanya modal bonus demografi

Hadapi pasar bebas Asean 2015, RI hanya modal bonus demografi

Merdeka.com - Indonesia boleh dibilang harap-harap cemas menyambut pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Bagaimana tidak, hingga tersisa kurang dari dua tahun lagi, banyak pengusaha dan pengamat ekonomi menilai Indonesia minim persiapan menghadapi momentum pasar bebas tersebut.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana mengakui salah satu kelemahan signifikan Indonesia adalah keterampilan rendah sumber daya manusia. "Yang jelas kita local skill-nya kurang. Artinya kita harus cepat mengisi," ujar Armida, Jakarta, kemarin.

Padahal, era pasar bebas Asean menuntut keharusan sertifikasi pekerja. Dari 12 sektor usaha yang diliberalisasi, lima diantaranya terkait jasa yang memungkinkan terjadinya pergerakan bebas tenaga kerja di Asean. Tujuh sektor lainnya yang diliberalisasi terkait perdagangan ekspor impor.

Adapun lima sektor jasa itu adalah transportasi udara, e-ASEAN, pelayanan kesehatan, turisme, dan jasa logistik. Kemudian, tujuh sektor perdagangan dan industri adalah produk berbasis pertanian, elektronik, perikanan, karet, tekstil, otomotif, dan kayu.

Lebih jauh, Indonesia juga tertinggal dalam standardisasi produk. Padahal, standardisasi merupakan instrumen penting untuk memperjuangkan kepentingan nasional dan menjaga keadilan perdagangan internasional.

Dari 12 sektor usaha yang telah disepakati diintegrasikan, ada enam kelompok produk yang telah selesai dibahas aspek standardisasi dan penilaian kesesuaiannya di forum Asean Consultative Committee on Standards and Quality (ACCSQ). Keenam kelompok produk itu adalah otomotif, kesehatan, karet, elektronik, kayu dan produk agrikultur.

Namun, Badan Standardisasi Nasional (BSN) baru memfokuskan standardisasi pada empat produk, yakni, elektronik, kesehatan, kayu, dan karet. Sayangnya, dari keempat kelompok itu, hanya standardisasi produk elektronik saja yang dinilai cukup kuat untuk membentengi pasar domestik dari serbuan barang impor.

Dari catatan yang ada, (kemungkinan) modal Indonesia menghadapi pasar bebas Asean hanyalah bonus demografi.Berupa penduduk usia produktif melimpah sejak 1990-an.

Sekedar informasi, penduduk produktif memiliki rentang usia 15 tahun-64 tahun. Dengan demikian, penduduk tak produktif itu di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun.

Berdasarkan studi Bank Dunia, menurut Armida, bonus demografi berkontribusi sekitar 30 persen terhadap pesatnya pertumbuhan ekonomi Asia, termasuk Indonesia.

Diperkirakan, jumlah penduduk Indonesia bakal mencapai 255,5 juta jiwa pada 2015. Itu sekitar 43 persen dari total penduduk Asean. Lebih jauh dari itu, Indonesia menguasai 38 persen dari seratus penduduk usia produktif di Asean.

"Artinya Indonesia mempunyai potensi pemasok tenaga kerja, terutama di negara-negara yang usia produktif kecil seperti Singapura dan Thailand," ujar Armida.

(mdk/yud)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Said Abdullah Lihat Indonesia Belum Rasakan Manfaat Demografi
Said Abdullah Lihat Indonesia Belum Rasakan Manfaat Demografi

Said menyebut tenaga kerja Indonesia yang bekerja saat ini berjumlah 142,1 juta. Namun ironisnya 54,6 persen diantaranya lulusan SMP ke bawah.

Baca Selengkapnya
Kadin Sebut Pemerintah Harusnya Sediakan 3 Juta Lapangan Kerja per Tahun
Kadin Sebut Pemerintah Harusnya Sediakan 3 Juta Lapangan Kerja per Tahun

Shinta melihat regulasi ketenagakerjaan di Indoensia masih belum optimal.

Baca Selengkapnya
Ini Daftar Keterampilan yang Dibutuhkan Pasar Kerja di Indonesia
Ini Daftar Keterampilan yang Dibutuhkan Pasar Kerja di Indonesia

Menaker Ida membeberkan daftar keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja saat ini.

Baca Selengkapnya
Said Abdullah Ingin Pemerintahan Prabowo Bisa Manfaatkan Bonus Demografi
Said Abdullah Ingin Pemerintahan Prabowo Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Said menilai Indonesia masih gagal memanfaatkan bonus demografi untuk membuat Indonesia lebih produktif.

Baca Selengkapnya
Gara-Gara Ini, Indonesia Bisa Gagal Jadi Negara Maju
Gara-Gara Ini, Indonesia Bisa Gagal Jadi Negara Maju

Indonesia punya semua persyaratan untuk menjadi negara maju

Baca Selengkapnya
15 Faktor Tingginya Angka Pengangguran di Indonesia
15 Faktor Tingginya Angka Pengangguran di Indonesia

Ketidakcocokan keterampilan tenaga kerja dengan kebutuhan industri, berkontribusi terhadap masalah ini.

Baca Selengkapnya
Kemnaker: Indonesia Hadapi Tantangan Kurang Tersedianya Lapangan Kerja
Kemnaker: Indonesia Hadapi Tantangan Kurang Tersedianya Lapangan Kerja

Sekjen Anwar menekankan, adanya job fair merupakan upaya yang sangat bermanfaat terhadap penciptaan peluang.

Baca Selengkapnya
Budiman Sudjatmiko: Indonesia Butuh Meritokrasi
Budiman Sudjatmiko: Indonesia Butuh Meritokrasi

Budiman menyinggung, demokrasi yang dibicarakan akhir-akhir ini hanya sebatas persoalan eksistensi belaka.

Baca Selengkapnya
Jokowi Kunjungi Dua Kampus di Amerika: Separuh Mahasiswanya dari China, Indonesia Cuma 5 Orang
Jokowi Kunjungi Dua Kampus di Amerika: Separuh Mahasiswanya dari China, Indonesia Cuma 5 Orang

Inilah yang membuat China berhasil di atas negara-negara yang sudah maju dalam 20 tahun terakhir.

Baca Selengkapnya
Sekjen Kemnaker Tertarik Pelajari Pengelolaan SDM di Tiongkok
Sekjen Kemnaker Tertarik Pelajari Pengelolaan SDM di Tiongkok

Sekjen Anwar Sanusi mengunjungi Head Quarters Kementerian SDM dan Jaminan Sosial RRT di Beijing.

Baca Selengkapnya
SDM yang Kompeten Dinilai Jadi Kunci Sukses Transisi Energi di Indonesia
SDM yang Kompeten Dinilai Jadi Kunci Sukses Transisi Energi di Indonesia

Pemerintah terus mendorong transisi energi di Indonesia.

Baca Selengkapnya