Hadapi pasar bebas Asean 2015, RI hanya modal bonus demografi
Merdeka.com - Indonesia boleh dibilang harap-harap cemas menyambut pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Bagaimana tidak, hingga tersisa kurang dari dua tahun lagi, banyak pengusaha dan pengamat ekonomi menilai Indonesia minim persiapan menghadapi momentum pasar bebas tersebut.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana mengakui salah satu kelemahan signifikan Indonesia adalah keterampilan rendah sumber daya manusia. "Yang jelas kita local skill-nya kurang. Artinya kita harus cepat mengisi," ujar Armida, Jakarta, kemarin.
Padahal, era pasar bebas Asean menuntut keharusan sertifikasi pekerja. Dari 12 sektor usaha yang diliberalisasi, lima diantaranya terkait jasa yang memungkinkan terjadinya pergerakan bebas tenaga kerja di Asean. Tujuh sektor lainnya yang diliberalisasi terkait perdagangan ekspor impor.
-
Mengapa Indonesia kekurangan talenta digital? Sayangnya, di saat adopsi teknologi itu makin gencar dilakukan di negara-negara lain, Indonesia justru masih banyak kekurangan talenta.
-
Kenapa sulit cari kerja di Indonesia? Susahnya mencari pekerjaan masih menjadi masalah di Tanah Air Tak hanya karena lapangan kerja yang minim, rendahnya kemampuan pribadi juga jadi sebab kesulitan mencari pekerjaan
-
Apa keterampilan yang dianggap penting oleh perusahaan di Indonesia? Menariknya adalah sebanyak 69 persen pemimpin perusahaan di Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak akan merekrut seseorang tanpa keterampilan AI.
-
Bagaimana cara mengatasi kekurangan talenta digital di Indonesia? Untuk mencapai jumlah itu dibutuhkan kolaborasi pentahelix. Model kolaborasi yang melibatkan lima unsur yaitu: Akademisi, Bisnis, Masyarakat, Pemerintah, Media.
-
Kenapa sarana dan prasarana di Indonesia jadi penyebab rendahnya literasi? Salah satu penyebab utama rendahnya literasi di Indonesia adalah kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Banyak sekolah, terutama di daerah pedalaman dan terpencil, tidak memiliki perpustakaan atau akses terhadap bahan bacaan yang memadai.
-
Apa yang membuat Indonesia kalah? Indonesia menerima tiga kartu kuning (-3), sedangkan Arab Saudi hanya mendapatkan dua kartu kuning (-2).
Adapun lima sektor jasa itu adalah transportasi udara, e-ASEAN, pelayanan kesehatan, turisme, dan jasa logistik. Kemudian, tujuh sektor perdagangan dan industri adalah produk berbasis pertanian, elektronik, perikanan, karet, tekstil, otomotif, dan kayu.
Lebih jauh, Indonesia juga tertinggal dalam standardisasi produk. Padahal, standardisasi merupakan instrumen penting untuk memperjuangkan kepentingan nasional dan menjaga keadilan perdagangan internasional.
Dari 12 sektor usaha yang telah disepakati diintegrasikan, ada enam kelompok produk yang telah selesai dibahas aspek standardisasi dan penilaian kesesuaiannya di forum Asean Consultative Committee on Standards and Quality (ACCSQ). Keenam kelompok produk itu adalah otomotif, kesehatan, karet, elektronik, kayu dan produk agrikultur.
Namun, Badan Standardisasi Nasional (BSN) baru memfokuskan standardisasi pada empat produk, yakni, elektronik, kesehatan, kayu, dan karet. Sayangnya, dari keempat kelompok itu, hanya standardisasi produk elektronik saja yang dinilai cukup kuat untuk membentengi pasar domestik dari serbuan barang impor.
Dari catatan yang ada, (kemungkinan) modal Indonesia menghadapi pasar bebas Asean hanyalah bonus demografi.Berupa penduduk usia produktif melimpah sejak 1990-an.
Sekedar informasi, penduduk produktif memiliki rentang usia 15 tahun-64 tahun. Dengan demikian, penduduk tak produktif itu di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun.
Berdasarkan studi Bank Dunia, menurut Armida, bonus demografi berkontribusi sekitar 30 persen terhadap pesatnya pertumbuhan ekonomi Asia, termasuk Indonesia.
Diperkirakan, jumlah penduduk Indonesia bakal mencapai 255,5 juta jiwa pada 2015. Itu sekitar 43 persen dari total penduduk Asean. Lebih jauh dari itu, Indonesia menguasai 38 persen dari seratus penduduk usia produktif di Asean.
"Artinya Indonesia mempunyai potensi pemasok tenaga kerja, terutama di negara-negara yang usia produktif kecil seperti Singapura dan Thailand," ujar Armida.
(mdk/yud)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Said menyebut tenaga kerja Indonesia yang bekerja saat ini berjumlah 142,1 juta. Namun ironisnya 54,6 persen diantaranya lulusan SMP ke bawah.
Baca SelengkapnyaShinta melihat regulasi ketenagakerjaan di Indoensia masih belum optimal.
Baca SelengkapnyaMenaker Ida membeberkan daftar keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja saat ini.
Baca SelengkapnyaSaid menilai Indonesia masih gagal memanfaatkan bonus demografi untuk membuat Indonesia lebih produktif.
Baca SelengkapnyaIndonesia punya semua persyaratan untuk menjadi negara maju
Baca SelengkapnyaKetidakcocokan keterampilan tenaga kerja dengan kebutuhan industri, berkontribusi terhadap masalah ini.
Baca SelengkapnyaSekjen Anwar menekankan, adanya job fair merupakan upaya yang sangat bermanfaat terhadap penciptaan peluang.
Baca SelengkapnyaBudiman menyinggung, demokrasi yang dibicarakan akhir-akhir ini hanya sebatas persoalan eksistensi belaka.
Baca SelengkapnyaInilah yang membuat China berhasil di atas negara-negara yang sudah maju dalam 20 tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaSekjen Anwar Sanusi mengunjungi Head Quarters Kementerian SDM dan Jaminan Sosial RRT di Beijing.
Baca SelengkapnyaPemerintah terus mendorong transisi energi di Indonesia.
Baca Selengkapnya