Harga beras naik namun tak untungkan petani daerah
Merdeka.com - Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih mengatakan kenaikan harga beras yang terjadi saat ini sama sekali tidak menguntungkan petani. Selain merugikan konsumen, petani juga ikut menderita kerugian.
Menurutnya, impor beras yang dilakukan pemerintah sebagai solusi justru akan membuat petani semakin merugi. Petani tak punya patokan untuk berproduksi maupun dalam harga.
"Harusnya pemerintah Indonesia punya kebijakan yang ajeg, yang permanen. Impor beras ini langgar UU Pangan No.18/2012. Ini juga menunjukkan data Kementan, yang katanya surplus beras, tidak benar karena data produksi beras bukan dari BPS melainkan Kementan sendiri," kata Henry dalam keterangan resminya, Jumat (12/1).
-
Siapa yang prihatin dengan mahalnya beras? 'Pastinya, kami turut prihatin dan merasakan betul kegelisahan masyarakat, khususnya kalangan ibu-ibu, karena harga beras yang masih mahal. Apalagi, saat ini kita sedang Ramadhan, dan sebentar lagi akan memasuki Hari Raya Idul Fitri.
-
Dimana harga beras juga naik? Kenaikan harga sembako juga terjadi di Pasar Belakang Kodim Brebes. Harga telur ayam dari Rp26.000 per kilogram menjadi Rp28.000 per kilogram. Begitu pula dengan harga beras medium yang naik Rp1.000 per kilogram.
-
Kenapa harga beras masih mahal? Berdasarkan data Bapanas per Selasa (19/3), harga beras premium berada di kisaran Rp16.490,- per Kg. Harga beras terpantau masih mahal.
-
Kenapa beras mahal? Harga beras yang melambung tinggi memaksa warga antre panjang untuk membeli beras murah. Warga menilai pemerintah gagal menjaga pasokan bahan pangan yang berujung pada melonjaknya harga yang ditanggung oleh masyarakat.
-
Apa masalah yang dihadapi petani? Oh, selamat pagi juga. Masalah saya adalah bahwa ladang ini selalu banjir setiap musim hujan.
-
Bagaimana harga beras di pasaran? Harga beras di pasaran masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Hal senada disampaikan Muhlasin, petani asal Pringsewu, Lampung. Saat ini harga beras terus naik, per hari ini harga beras asalan mencapai Rp 10.500 per kg dan Rp 12.000 untuk jenis beras medium di tingkat pabrik. Menurutnya kondisi ini dipicu oleh banyaknya pedagang beras dan spekulan dari Jawa yg membeli beras dalam skala besar di pabrik-pabrik di Lampung, terutama Lampung Tengah, Pringsewu, dan Tanggamus.
"Mengenai panen, baru satu bulan lagi petani di beberapa daerah melakukan panen, sementara panen raya baru akan 2-3 bulan lagi karena rata-rata umur padi bervariasi antara 20 hst sampai 40 hst di seputar Pringsewu, Lampung Tengah, Metro dan sebagian besar Lampung," kata Muhlasin.
Muhlasin menegaskan bahwa kenaikan harga beras kali ini sama sekali tidak dinikmati oleh petani. Sebagian besar petani padi hanya memiliki lahan yang sempit, rata-rata di Lampung hanya memiliki lahan 3.000 m2, bahkan kurang.
"Jadi pada saat panen memang terpaksa harus langsung dijual untuk menutupi kebutuhan hidup, membayar pupuk, dan sebagainya, jadi hanya sedikit yang bisa disimpan untuk makan," tutur Ketua SPI Lampung ini.
Dari Sukabumi, Ketua SPI Jawa Barat Tantan Sutandi mengemukakan, saat ini harga beras di konsumen berkisar Rp 9.600 hingga Rp 12.000, harga ini di atas HET Beras untuk pulau Jawa. Di sebagian besar wilayah Jawa Barat (Jabar), sudah panen padi sejak Oktober-November kemarin. Sehingga Januari ini belum ada panen padi di sebagian besar daerah di Jabar.
"Harga panen kemarin sangat rendah, GKG sekitar Rp 4.500 (dibawah HPP). Sehingga kenaikan harga beras saat ini tidak dirasakan oleh petani Jabar. Penurunan harga disebabkan kualitas gabah yang buruk, karena banyak sawah yang terkena hama wereng. Banyak petani juga mengalami gagal panen dan puso," kata Tantan.
Tantan juga mengutarakan, Desember 2017 kemarin, di Jabar sudah memasuki masa tanam. Sehingga panen berikutnya diperkirakan sekitar Maret-April 2018.
Hal senada disampaikan petani SPI dari Pati, Jawa Tengah (Jateng). Edi Sutrisno, Ketua SPI Jateng menjelaskan, pada November-Desember 2017 beberapa wilayah di Jateng panen. Sayangnya banyak sawah petani terkena hama tikus. Sehingga produksinya menurun bahkan sampai gagal panen.
Edi menjelaskan, harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani cukup tinggi, karena keterbatasan gabah. Untuk GKP kualitas premium sebesar Rp 7.500 per kg dan kualitas medium Rp 5.000 per kg. Sementara harga beras di tingkat konsumen berkisar Rp 10.200 - Rp 11.000 per kg.
"Saat ini petani di Jateng sedang memasuki musim tanam, dan diperkirakan panen pada Maret-April 2018," tutupnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Belakangan ini harga beras melambung tinggi, masyarakat semakin tercekik usai kenaikan yang signifikan.
Baca SelengkapnyaJika sebelumnya harga beras berada di kisaran Rp 8.000 per liter, kini melonjak menjadi Rp 10.000 per liter.
Baca SelengkapnyaBadan Urusan Logistik (Bulog) menyatakan kenaikan harga beras terjadi akibat defisit di sejumlah sentra produksi.
Baca SelengkapnyaKemendag menyebut bahwa jika harga beras murah maka akan berimbas pada petani.
Baca SelengkapnyaKemarau panjang membuat petani padi di berbagai daerah terancam gagal panen.
Baca SelengkapnyaHal ini untuk memastikan bahwa petani juga mendapatkan keuntungan yang layak dari hasil pertanian mereka.
Baca SelengkapnyaBPS mencatat, rata-rata harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp6.295 per kilogram (kg) atau naik 2,97 persen selama Januari 2024.
Baca SelengkapnyaAda beberapa penyebab terjadinya lonjakan harga beras ini, termasuk molornya musim tanam dan musim panen.
Baca SelengkapnyaDia heran, mengapa harga beras naik sangat tinggi, belum lagi ketersediaan beras di toko-toko ritel yang terbatas.
Baca SelengkapnyaHarga beras terus mengalami kenaikan sejak tahun lalu. Impor beras menjadi solusi cepat yang dipilih pemerintah.
Baca SelengkapnyaDi panen ini, mereka hanya menerima nominal amat kecil yakni Rp700 per kilogram. Ini jauh dari pendapatan saat harga normal, di kisaran Rp4.000 per kilogram
Baca SelengkapnyaBahkan, pelanggan terpaksa merogoh uang lebih dari biasanya untuk menambah porsi nasi agar menjadi lebih banyak.
Baca Selengkapnya