Harga minyak anjlok, Pertamina dinilai untung besar dari jual BBM
Merdeka.com - PT Pertamina (Persero) dinilai menikmati untung besar saat harga minyak dunia anjlok hingga USD 30 per barel. Harusnya, anjloknya harga minyak ini diikuti dengan turunnya harga BBM.
"Pertamina sengaja menahan harga untuk meraup banyak keuntungan dari masyarakat," ujar Ekonom The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati di Jakarta, Senin (22/2).
Pada tahun lalu, Pertamina mendapatkan keuntungan besar dari penjualan BBM. Selain itu, keuntungan yang didapat dari hasil jual BBM digunakan untuk menutupi kerugian Pertamina di sektor hulu.
-
Mengapa Pertamina turunkan harga BBM? 'Harga BBM nonsubsidi setiap bulannya per tanggal 1 mengalami penyesuaian harga pasar, namun dapat kita sampaikan bahwa harga BBM Pertamina paling kompetitif untuk menjaga daya beli masyarakat,' ucap VP Corporate Communication PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso.
-
Kenapa Pertamina turunkan harga BBM? Adapun harga BBM non subsidi bersifat fluktuatif, sehingga Pertamina melakukan evaluasi secara berkala mengikuti tren dan mekanisme pasar.
-
Kapan Pertamina turunkan harga BBM? Pada periode 1 November 2023, Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian turun harga untuk Pertamax Series dan Dex Series.
-
Apa yang Pertamina turunkan harganya? Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian turun harga untuk Pertamax Series dan Dex Series.
-
Apa jenis BBM yang turun harganya? Harga BBM jenis Pertamax, Pertamax Green 95, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex turun sedangkan untuk Pertalite atau BBM subsidi tidak mengalami perubahan.
-
Kapan harga BBM Pertamina diubah? PT Pertamina (Persero) kembali menyesuaikan harga BBM nonsubsidi per 1 November 2023.
"Keuntungan Pertamina saat harga minyak turun drastis ini sangat luar biasa. Bahwa ada kerugian di hulu iya, namun selama ini juga tidak transparan berapa sebenarnya keuntungan yang didapat. Apakah keuntungan itu juga dirasakan rakyat? Rakyat malahan jadinya yang mensubsidi Pertamina," jelas Enny.
Sebagai gambaran, dengan harga BBM per 6 Januari 2016 sebesar Rp 7.150 per liter, keuntungan Pertamina dari jual beli BBM ini bisa mencapai sekitar Rp 30 triliun per bulan. Dengan asumsi satu barel minyak mentah sebesar USD 33, maka dengan kurs rupiah terhadap dollar sebesar Rp 13.500 per dollar, harga per barel minyak sebesar Rp 445.500. Apabila satu barel setara dengan 160 liter minyak, maka harga beli minyak mentah per liternya hanya Rp 2.785.
Untuk memproduksi minyak mentah menjadi BBM, rata-rata biaya produksinya sebesar 20 persen. Dengan angka tersebut, maka harga BBM per liter yang siap jual kira-kira sebesar Rp 3.342 per liternya.
Dengan harga jual BBM sebesar Rp 7.150 per liter dan biaya produksi hanya Rp 3.340 per liter, Pertamina bisa meraup untung hingga Rp 3.810 per liter. Dengan konsumsi BBM nasional sebanyak 1,6 juta barel yang setara dengan 256 juta liter per hari, berarti keuntungan yang diraih dari penjualan BBM mencapai sekitar Rp 976 miliar per hari atau Rp 30 triliun per bulan.
Selama ini, kata Enny, saat Pertamina untung, tidak banyak juga yang dikerjakan seperti membangun kilang. Padahal dalam jangka panjang akan membuat sektor energi lebih efisien tidak perlu mengimpor BBM secara utuh dan mungkin hanya perlu impor minyak mentah untuk diolah. Sayangnya, ketika rugi, baru Pertamina bicara ke publik.
"Kalau membangun kilang, kan keuntungan itu juga kembali ke rakyat, selama ini tidak," tandasnya.
Enny menambahkan Pertamina harusnya melaporkan ke publik terkait penjualan BBM tersebut. Menurut dia, Pertamina sangat tidak transparan. Padahal, dengan menjual harga tinggi di atas harga kewajaran, mereka bisa mendulang untung besar.
Sementara itu, Direktur ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, harga minyak anjlok seharusnya membuat harga BBM jauh lebih rendah lagi. Selain itu, penurunan harga BBM akan diikuti dengan turunnya harga kebutuhan pokok.
"Penurunan harga BBM tentu saja dapat memperkuat daya beli masyarakat mendorong ekonomi. Jika memang harga BBM dirasa harus turun, maka pemerintah bisa intervensi Pertamina," kata dia.
Dengan harga minyak yang anjlok, sementara harga BBM tidak banyak berubah, maka tentu saja keuntungan yang didapat Pertamina juga masih besar. Untuk itu, pemerintah harus berhitung benar dan menganalisa tidak hanya menyelamatkan Pertamina di tengah penurunan harga minyak terutama di sisi sektor hulu.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Harga minyak mentah dunia terus menunjukan tren pelemahan hingga USD74,5 per barrel. Meski demikian, penurunan itu tidak diikuti oleh harga BBM Pertamina.
Baca SelengkapnyaDalam periode ini memungkinkan ada ruang melakukan penurunan harga BBM non-subsidi.
Baca SelengkapnyaSejak Maret 2024 BBM non-subsidi RON 92 tersebut belum disesuaikan, sementara itu pada awal Agustus lalu SPBU swasta kembali menaikkan harga BBM sejenis.
Baca SelengkapnyaPertamina tentu memiliki perhitungan yang cermat, sebab review tiga bulanan harga BBM, memang berdasarkan rata-rata harga tertimbang.
Baca SelengkapnyaHarga BBM Pertamax atau Ron 92 kini dibanderol Rp13.300 per liter dari sebelumnya Rp12.400 per liter.
Baca SelengkapnyaBP Diesel sebelumnya dijual Rp16.980 per liter menjadi Rp15.665 per liter.
Baca SelengkapnyaLalu ada jenis BP Diesel yang sekarang dijual Rp14.860 per liter sebelumnya Rp15.340 per liter, atau mengalami penurunan sebesar Rp480 per liter.
Baca SelengkapnyaMelansir dari laman resmi BP AKR, jenis BBM BP 92 kini dibanderol Rp12.290 per liter dari Rp13.450 per liter atau turun Rp1.160 per liter.
Baca SelengkapnyaPertamina ikut melakukan penyesuaian harga pada BBM non subsidi yang terdiri dari BBM gasoline, Pertamax Turbo dan Pertamax Green 95.
Baca SelengkapnyaPertamina kembali menahan harga BBM Non Subsidi pada Juni 2024. Meskipun harga minyak dunia menunjukkan tren naik.
Baca SelengkapnyaHarga minyak mentah dunia saat ini tengah melambung akibat ketegangan geopolitik dunia
Baca SelengkapnyaPertamina ungkap alasan tidak menaikkan harga BBM.
Baca Selengkapnya