Harga Minyak Beragam Akibat Kenaikan Kasus Covid-19 dan Pengetatan Lockdown
Merdeka.com - Harga minyak sedikit beragam pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), ketika negara bagian AS yang paling padat penduduknya memperketat lockdown selama Natal. Selain itu, naiknya kasus covid-19 di Amerika Serikat dan Eropa, menangkal optimisme yang muncul atas kemajuan vaksin.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari naik tipis lima sen, menjadi menetap di USD48,84 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 16 sen menjadi ditutup pada USD45,60 per barel.
Sehari sebelumnya, Senin (7/12), kontrak acuan minyak mentah Brent dan WTI merosot, masing-masing 0,9 persen dan 1,1 persen.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa dampak inflasi AS terhadap Bitcoin? Penurunan inflasi di Amerika Serikat (AS) terhadap pasar Bitcoin menunjukkan tren kenaikan dan mendapat banyak atensi di kalangan investor. Berdasarkan data terbaru, harga Bitcoin (BTC) berhasil stabil di atas angka USD 65.000 dan sempat menyentuh USD 66.000 setelah mengalami volatilitas sepanjang pekan ini. Per hari ini, 18 Mei 2024 Bitcoin menyentuh harga USD 66.967.
-
Bagaimana penurunan inflasi AS memengaruhi Bitcoin? Penurunan tingkat inflasi AS telah mempengaruhi sentimen pasar secara positif. Hal itu terlihat dari indeks Harga Konsumen (CPI) lebih rendah dari perkiraan, yaitu sebesar 3,4 persen, yang menandakan penurunan tekanan inflasi.
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
"Ada bolak-balik antara kekhawatiran tentang penguncian selama beberapa minggu ke depan dan ekspektasi untuk vaksin datang lebih cepat dari yang diperkirakan siapa pun, yang memberi kami dukungan," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago, dikutip Antara, Rabu (9/12).
Harga minyak terangkat setelah suntikan vaksin covid-19 yang teruji penuh pertama di dunia diberikan kepada seorang nenek di Inggris, tetapi investor dengan cepat mengembalikan fokus mereka ke surutnya permintaan bahan bakar yang disebabkan oleh pandemi.
Peningkatan tajam kasus virus corona secara global telah menyebabkan serangkaian penguncian baru, termasuk tindakan ketat di California, Jerman, dan Korea Selatan.
Investor juga mengamati dengan cermat upaya anggota parlemen AS untuk menyetujui paket stimulus baru ekonomi yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan pekerjaan dan permintaan energi, dan Jumat (11/12) dipandang sebagai tenggat waktu yang mungkin untuk menghindari penutupan pemerintah.
Kelompok produsen minyak OPEC+ kemungkinan akan mengadakan pertemuan berikutnya pada 4 Januari, setelah pekan lalu sepakat untuk menaikkan produksi minyak sebesar 500.000 barel per hari (bpd) bulan depan.
Produksi minyak mentah AS diperkirakan turun 910.000 barel per hari pada 2020 menjadi 11,34 juta barel per hari, kata Badan Informasi Energi AS (EIA), penurunan yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya untuk penurunan 860.000 barel per hari.
Kedua patokan minyak mentah berkurang dalam perdagangan pasca-penyelesaian setelah data industri dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan persediaan minyak AS naik tajam, dengan stok minyak mentah melonjak 1,14 juta barel, bertentangan dengan perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 1,4 juta barrel.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Data pertumbuhan ekonomi ini melemahkan harga minyak di awal sesi, namun para pedagang menyadari pasar minyak sedang ketat dan situasi di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaTerkini, brent telah diperdagangkan pada kisaran USD95 per barel.
Baca SelengkapnyaAnak Buah Sri Mulyani tersebut meyakini kenaikan harga minyak mentah dunia bersifat sementara.
Baca SelengkapnyaLonjakan harga minyak terjadi usai Presiden AS Joe Biden mengancam akan bantu Israel untuk menyerang kilang milik Iran.
Baca SelengkapnyaTren lonjakan harga minyak tak bertahan lama usai ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran yang mulai mereda.
Baca SelengkapnyaAlokasi APBN untuk subsidi BBM memang sangat memberatkan jika harga minyak dunia tembus di kisaran USD 90 per barel.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan harga minyak dunia timbulkan kekhawatiran bakal turut berdampak terhadap harga BBM di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaTiga negara besar yakni Amerika Serikat, China dan Eropa dalam situasi mengendalikan dan mengelola ekonomi yang tidak mudah.
Baca SelengkapnyaSelain berisiko memicu peperangan lebih besar, Arifin tak ingin harga minyak dunia meroket.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga minyak dunia saat ini akan berpengaruh kepada harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaPasar telah mengalami minggu yang kacau, sebagian besar dipicu oleh angka penggajian Amerika.
Baca SelengkapnyaSaham di pasar Asia menunjukkan tren positif pada hari Selasa (19/11).
Baca Selengkapnya