Harga minyak dunia merosot dipicu perang dagang AS - China
Merdeka.com - Harga minyak dunia jatuh sekitar 3 persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB). Penurunan harga ini terjadi karena sengketa perdagangan antara Amerika Serikat dan China, serta adanya perlambatan permintaan China yang ditunjukkan dana impornya.
Patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober merosot USD 2,37 atau 3,17 persen menjadi menetap di USD 72,28 per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara itu, minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September turun USD 2,23 atau 3,22 persen, menjadi ditutup pada USD 66,94 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah mencapai terendah sejak 22 Juni di USD 66,32 per barel.
-
Siapa yang nilai pasarnya turun? Thom Haye, gelandang berusia 29 tahun dari Almere City, mengalami penurunan nilai pasar yang sangat signifikan.
-
Kapan harga BBM di dunia mencapai Rp81.000 per galon? Pada tanggal 11 Maret 2024, harga rata-rata bahan bakar per galon (3,7 liter) di seluruh dunia mencapai $5,13 atau sekitar Rp81.000.
-
Apa yang naik di bulan Oktober 2023? 'Jika dibandingkan September 2023, NTP naik karena Bulan September 2023 yang masih bernilai 111,25,' kata Asim, Jumat (03/11/2023).
-
Apa yang Pertamina turunkan harganya? Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian turun harga untuk Pertamax Series dan Dex Series.
-
Mengapa Pertamina turunkan harga BBM? 'Harga BBM nonsubsidi setiap bulannya per tanggal 1 mengalami penyesuaian harga pasar, namun dapat kita sampaikan bahwa harga BBM Pertamina paling kompetitif untuk menjaga daya beli masyarakat,' ucap VP Corporate Communication PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso.
-
Kenapa Pertamina turunkan harga BBM? Adapun harga BBM non subsidi bersifat fluktuatif, sehingga Pertamina melakukan evaluasi secara berkala mengikuti tren dan mekanisme pasar.
China menerapkan tarif tambahan sebesar 25 persen pada impor senilai USD 16 miliar atas barang-barang AS mulai dari bahan bakar dan produk baja hingga mobil dan peralatan medis. Perang dagang yang meningkat telah mengguncang pasar global. Investor khawatir perlambatan potensial dari dua ekonomi terbesar dunia itu akan memangkas permintaan untuk komoditas.
"Perang perdagangan AS-China akan memburuk, dan dampaknya terhadap harga minyak akan bertahap sesuai perkembangan situasi," kata Abhishek Kumar, analis energi senior di Interfax Energy di London.
"Minyak mentah dan produk olahan yang dipengaruhi oleh tarif tambahan yang akan mengurangi daya saing mereka di pasar China."
Selain itu, impor minyak mentah China sedikit pulih pada Juli setelah mencatat dua penurunan bulanan berturut-turut, tetapi tetap rendah karena penurunan permintaan dari kilang-kilang independen yang lebih kecil.
Pengiriman ke pengimpor minyak mentah terbesar dunia bulan lalu naik menjadi 8,48 juta barel per hari dari 8,18 juta barel per hari setahun sebelumnya dan 8,6 juta barel per hari pada Juni, menurut data pabean. Namun, impor Juli masih yang terendah ketiga sejauh tahun ini.
Juga membebani harga, laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) bahwa persediaan minyak mentah turun hanya 1,4 juta barel dalam seminggu terakhir, kurang dari setengah yang diperkirakan para analis 3,3 juta barel.
Stok bensin mencatat kenaikan mengejutkan 2,9 juta barel, bukan penurunan 1,7 juta barel yang diprediksi para analis dalam jajak pendapat Reuters. "Peningkatan produk dominan membebani seluruh kompleks energi," kata Anthony Headrick, analis pasar energi di perusahaan pialang CHS Hedging LLC.
Harga menarik beberapa dukungan dari sanksi AS terhadap Iran, yang diberlakukan mulai Selasa (7/8) di berbagai sektor. Mulai November, Washington akan menargetkan sektor perminyakan di Iran, produsen nomor tiga di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Sebuah surat kabar Iran melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif mengatakan rencana AS untuk mengurangi ekspor minyak Iran ke nol tidak akan berhasil.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Data pertumbuhan ekonomi ini melemahkan harga minyak di awal sesi, namun para pedagang menyadari pasar minyak sedang ketat dan situasi di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaTerkini, brent telah diperdagangkan pada kisaran USD95 per barel.
Baca SelengkapnyaAnak Buah Sri Mulyani tersebut meyakini kenaikan harga minyak mentah dunia bersifat sementara.
Baca SelengkapnyaAlokasi APBN untuk subsidi BBM memang sangat memberatkan jika harga minyak dunia tembus di kisaran USD 90 per barel.
Baca SelengkapnyaPerekonomian global akan menghadapi guncangan energi ganda untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.
Baca SelengkapnyaTren lonjakan harga minyak tak bertahan lama usai ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran yang mulai mereda.
Baca SelengkapnyaPerang antara Hamas versus Israel berpotensi menganggu stabilitas politik di kawasan Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaLonjakan harga minyak terjadi usai Presiden AS Joe Biden mengancam akan bantu Israel untuk menyerang kilang milik Iran.
Baca SelengkapnyaTiga negara besar yakni Amerika Serikat, China dan Eropa dalam situasi mengendalikan dan mengelola ekonomi yang tidak mudah.
Baca SelengkapnyaDalam periode ini memungkinkan ada ruang melakukan penurunan harga BBM non-subsidi.
Baca SelengkapnyaHarga minyak bisa mencapai rekor tertinggi jika perang makin memanas.
Baca SelengkapnyaPertamina kembali menahan harga BBM Non Subsidi pada Juni 2024. Meskipun harga minyak dunia menunjukkan tren naik.
Baca Selengkapnya