Harga minyak dunia merosot dipicu perselisihan dagang China-AS
Merdeka.com - Harga minyak dunia kembali turun pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB). Penurunan harga terjadi karena investor kembali mengkhawatirkan dampak meningkatnya perselisihan perdagangan antara China dan Amerika Serikat terhadap pertumbuhan permintaan minyak dan data yang menunjukkan bahwa persediaan lebih dari cukup.
Patokan global, minyak mentah Brent telah jatuh hampir USD 8 per barel sejak mencapai tertinggi empat tahun di USD 86,74 pada 3 Oktober, melemah oleh prakiraan yang lebih rendah untuk pertumbuhan ekonomi global ketika Amerika Serikat dan China memberlakukan tarif pada miliaran USD dari barang-barang impor satu sama lain.
Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember turun USD 0,76 menjadi menetap di USD 79,29 per barel di London ICE Futures Exchange.
-
Apa yang Pertamina turunkan harganya? Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian turun harga untuk Pertamax Series dan Dex Series.
-
Kapan harga BBM di dunia mencapai Rp81.000 per galon? Pada tanggal 11 Maret 2024, harga rata-rata bahan bakar per galon (3,7 liter) di seluruh dunia mencapai $5,13 atau sekitar Rp81.000.
-
Mengapa Pertamina turunkan harga BBM? 'Harga BBM nonsubsidi setiap bulannya per tanggal 1 mengalami penyesuaian harga pasar, namun dapat kita sampaikan bahwa harga BBM Pertamina paling kompetitif untuk menjaga daya beli masyarakat,' ucap VP Corporate Communication PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso.
-
Kenapa Pertamina turunkan harga BBM? Adapun harga BBM non subsidi bersifat fluktuatif, sehingga Pertamina melakukan evaluasi secara berkala mengikuti tren dan mekanisme pasar.
-
Kapan Pertamina turunkan harga BBM? Pada periode 1 November 2023, Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian turun harga untuk Pertamax Series dan Dex Series.
-
Siapa yang nilai pasarnya turun? Thom Haye, gelandang berusia 29 tahun dari Almere City, mengalami penurunan nilai pasar yang sangat signifikan.
Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November turun USD 1,10 atau 1,6 persen, menjadi berakhir di USD 68,65 per barel di New York Mercantile Exchange.
"Pendorong sebenarnya dari koreksi ini adalah kekhawatiran seputar pertumbuhan permintaan dan isu-isu perdagangan," kata Gene McGillian, wakil presiden riset pasar untuk Tradition Energy di Stamford, Connecticut.
Pada 9 Oktober lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk 2018 dan 2019, sebagian karena ketegangan-ketegangan kebijakan perdagangan dan pengenaan tarif impor pada perdagangan. IMF memprediksi pertumbuhan global 3,7 persen pada 2018 dan 2019, turun dari perkiraannya pada Juli pertumbuhan 3,9 persen untuk kedua tahun tersebut.
Sebelumnya, Brent turun di bawah USD 79 per barel sehari setelah laporan Departemen Energi AS menunjukkan produsen-produsen minyak telah menempatkan 22 juta barel di tangki penyimpanan selama empat minggu terakhir.
Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan dalam laporan mingguannya pada Rabu (17/10) bahwa stok minyak mentah negara itu naik 6,5 juta barel pekan lalu, jauh di atas ekspektasi pasar dan memperpanjang kenaikannya untuk empat minggu berturut-turut.
Kilang-kilang AS memasuki musim pemeliharaan, di mana pabrik-pabrik pengolahan minyak tidak beroperasi selama empat hingga enam minggu, juga membebani permintaan dan harga minyak mentah.
Para investor juga mengalihkan perhatian mereka terhadap kerugian yang akan datang pada ekspor minyak mentah Iran setelah Amerika Serikat memberlakukan kembali sanksi-sanksi pada awal November.
Arab Saudi mengatakan bulan ini, pihaknya akan meningkatkan produksi sebesar 300.000 barel per hari untuk membantu mengimbangi penurunan tajam ekspor minyak mentah Iran bulan depan.
Namun para investor tetap skeptis setiap negara memiliki kapasitas cadangan yang cukup untuk menebus kehilangan minyak mentah dari Iran, salah satu produsen terbesar Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), analis mengatakan.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Data pertumbuhan ekonomi ini melemahkan harga minyak di awal sesi, namun para pedagang menyadari pasar minyak sedang ketat dan situasi di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaTerkini, brent telah diperdagangkan pada kisaran USD95 per barel.
Baca SelengkapnyaAnak Buah Sri Mulyani tersebut meyakini kenaikan harga minyak mentah dunia bersifat sementara.
Baca SelengkapnyaAlokasi APBN untuk subsidi BBM memang sangat memberatkan jika harga minyak dunia tembus di kisaran USD 90 per barel.
Baca SelengkapnyaPerekonomian global akan menghadapi guncangan energi ganda untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.
Baca SelengkapnyaPertamina kembali menahan harga BBM Non Subsidi pada Juni 2024. Meskipun harga minyak dunia menunjukkan tren naik.
Baca SelengkapnyaTiga negara besar yakni Amerika Serikat, China dan Eropa dalam situasi mengendalikan dan mengelola ekonomi yang tidak mudah.
Baca SelengkapnyaDalam periode ini memungkinkan ada ruang melakukan penurunan harga BBM non-subsidi.
Baca SelengkapnyaAdapun mulai Jumat, 1 Desember 2023, BBM Pertamina yang mengalami penurunan harga yakni untuk produk Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga minyak dunia saat ini akan berpengaruh kepada harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan harga minyak dunia timbulkan kekhawatiran bakal turut berdampak terhadap harga BBM di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaPertamina menaikkan harga BBM non subsidi per hari ini.
Baca Selengkapnya