Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Harga saham BTN dinilai masih prospektif di tengah kenaikan suku bunga

Harga saham BTN dinilai masih prospektif di tengah kenaikan suku bunga Bursa saham. ©2018 Merdeka.com

Merdeka.com - Sejumlah analis menilai harga saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) masih prospektif untuk dikoleksi. Sebab, dengan harga saat ini, price to book value/PBV BBTN sudah sangat rendah hanya 1,2X P/BV atau setingkat seperti sebelum program satu juta rumah digulirkan.

Head of Research Sinarmas Sekuritas, Evan Lie Hadiwidjaja mengatakan, dengan P/BV yang rendah ini, maka target harga saham (target price/TP) BBTN hingga akhir tahun 2019 mencapai Rp3.475 per saham.

"Kami melihat program satu juta rumah akan sangat menguntungkan dan mendorong peningkatan pendapatan," katanya di Jakarta, Senin (9/7).

Orang lain juga bertanya?

Menurut Evan, untuk tahun ini Sinarmas Sekuritas memprediksi laba bersih emiten Bursa Efek Indonesia berkode saham BBTN ini akan mencapai Rp 3,3 triliun yang didorong oleh pendapatan bunga bersih senilai Rp 10,26 triliun. Sedangkan untuk total kredit pada tahun 2018 akan mencapai Rp 236,5 triliun, Dana Pihak Ketiga (DPK) Rp 234,24 triliun, NIM 3,6 persen dan NPL gross 2,6 persen.

"Kami rekomendasikan beli (buy) untuk saham BBTN hingga akhir 2019 dengan target harga (TP)Rp3.475 yang didukung ekspansi kredit yang kuat dan valuasi yang rendah," ujarnya.

Evan menambahkan di level sekarang harga saham-saham bank BUMN sudah menarik. Penurunan harga saham perbankan saat ini dipicu adanya tekanan dari kenaikan suku bunga, nilai tukar terhadap dolar AS yang cenderung melemah, dan kepastian dari perang dagang di mana bank sebagai sektor dengan kapitalisasi terbesar ikut terkena dampaknya.

"Akan tetapi seiring dengan koreksi dari awal tahun, nilai valuasi sekarang sangat attractive, dan juga kami berharap pertumbuhan kredit akan membaik apabila dilihat dari tingkat konsumsi selama lebaran dan maraknya event-event sepanjang tahun yang dapat mendukung konsumsi seperti Pilkada, World Cup, Asian Games, dan kampanye Pilpres yang dimulai akhir tahun ini," paparnya.

Financial Expert dari Universitas Prasetya Mulya, Lukas Setia Atmaja menjelaskan untuk jangka panjang saham perbankan selalu prospektif termasuk juga BBTN.

Penurunan saham perbankan setidaknya ada tiga hal yang menjadi dasarnya yakni karena tahun lalu harga saham bank BUMN sudah naik tinggi seperti BBTN. Kemudian adanya kondisi ekonomi seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang bisa menimbulkan resesi.

"Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kenaikan suku bunga," ungkapnya.

Secara fundamental saham perbankan masih bagus seperti terlihat pada laporan keuangan kuartal I-2018 dan secara valuasi pun masih sangat menarik untuk dikoleksi jangka panjang. Namun karena pelemahan rupiah, investor asing banyak keluar dan menjual saham-saham blue chip yang sebagian besar adalah saham bank BUMN.

"Investor yang punya dana berlebih bisa masuk secara bertahap," tegasnya.

Sementara itu Pengamat pasar modal, Edwin Sinaga menilai prospek saham perbankan khususnya bank BUMN masih menarik untuk dikoleksi. Pasalnya, fundamental bank BUMN secara umum masih solid dan penurunan harga sahamnya di pasar lebih dikarenakan sentimen eksternal.

"Penurunan saham yang terjadi saat ini di luar fundamental bank itu sendiri. Jika dilihat secara harga pun sebenarnya sudah sangat menarik," urainya.

Edwin menegaskan salah satu saham perbankan yang layak dikoleksi adalah saham BBTN yang harganya sudah turun dalam. Hal ini dikarenakan sebagai bank yang fokus pada pembiayaan perumahan perseroan sangat diuntungkan dengan adanya relaksasi aturan uang muka atau loan to value (LTV) yang diterbitkan Bank Indonesia (BI).

"Pangsa pasar rumah subsidi juga saat ini masih banyak peminatnya. Jadi kinerja BBTN masih ditunjang oleh permintaan yang tinggi dari rumah menengah bawah khususnya KPR bersubsidi," terangnya.

Sebelumnya, Direktur Utama BTN Maryono mengatakan, penurunan harga saham perseroan lebih disebabkan adanya faktor global, di mana ada tiga peristiwa yang terjadi di dunia, yaitu perubahan valuta masing-masing negara, perubahan berpindahnya dana yang dari tujuan ke asal, dan adanya perubahan suku bunga.

"Semua ini dalam rangka normalisasi dan ini tidak bisa dihindari di semua negara," tuturnya.

Menurut Maryono, meski dibayangi kondisi global yang bergejolak dan adanya kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), namun perseroan tetap optimistis target kinerja tahun ini bisa tercapai. Optimisme ini didukung oleh masih besarnya permintaan untuk program sejuta rumah diberbagai daerah.

Investor, lanjut dia, tidak perlu khawatir dengan kinerja BTN tahun ini.

"Kami optimis target akan tercapai sampai dengan akhir tahun 2018," tegasnya. (mdk/idr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kinerja Keuangan Cemerlang, Analis Kompak Rekomendasikan Koleksi Saham BBRI
Kinerja Keuangan Cemerlang, Analis Kompak Rekomendasikan Koleksi Saham BBRI

PT UBS Sekuritas Indonesia yang menargetkan harga BBRI di angka Rp6.925.

Baca Selengkapnya
Fokus pada Segmen UMKM dan Ultra Mikro, Analis Rekomendasikan Saham BBRI
Fokus pada Segmen UMKM dan Ultra Mikro, Analis Rekomendasikan Saham BBRI

BRI terus mempertahankan posisi sebagai bank dengan portofolio pembiayaan segmen UMKM terbesar Indonesia.

Baca Selengkapnya
Direksi BRI Kompak Borong Saham BBRI Siratkan Bentuk Optimisme Kinerja
Direksi BRI Kompak Borong Saham BBRI Siratkan Bentuk Optimisme Kinerja

Saham BBRI sendiri tengah berada dalam tekanan. Secara year to date, kinerja saham BBRI tercatat terkoreksi 23%.

Baca Selengkapnya
Direksi BRI Kembali Lakukan Aksi Borong Saham hingga Miliaran Rupiah
Direksi BRI Kembali Lakukan Aksi Borong Saham hingga Miliaran Rupiah

Sejumlah jajaran direksi BRI kompak memborong saham BBRI.

Baca Selengkapnya
Pangkas Kredit Macet Rp900 Miliar, Begini Prediksi Kinerja BTN di 2024
Pangkas Kredit Macet Rp900 Miliar, Begini Prediksi Kinerja BTN di 2024

Penyelesaian ini diharapkan dapat mendukung peningkatan kualitas aset Bank BTN yang berdampak pada peningkatan kinerja Perseroan.

Baca Selengkapnya
Cetak Laba Rp15,98 Triliun Pada Triwulan I 2024, Mayoritas Analis Rekomendasi Beli Saham BBRI
Cetak Laba Rp15,98 Triliun Pada Triwulan I 2024, Mayoritas Analis Rekomendasi Beli Saham BBRI

Hingga akhir Maret 2024 tercatat BRI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp1.308,65 triliun atau tumbuh double digit sebesar 10,89% year on year.

Baca Selengkapnya
Insentif PPN Rumah Bisa Dongkrak Kinerja Penyaluran KPR BTN, Laba Diprediksi Capai Rp3,2 Trilliun
Insentif PPN Rumah Bisa Dongkrak Kinerja Penyaluran KPR BTN, Laba Diprediksi Capai Rp3,2 Trilliun

Adanya insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) menjadi penyumbang kinerja positif BTN.

Baca Selengkapnya
BTN: Kinerja Kredit per April 2024 Sesuai Target, Tumbuh 14,43 Persen
BTN: Kinerja Kredit per April 2024 Sesuai Target, Tumbuh 14,43 Persen

Dengan kinerja tersebut, BTN mencatatkan laba bersih sekitar Rp983,8 miliar atau naik sekitar 5,15 persen YoY.

Baca Selengkapnya
Harga Saham Masih Undervalued, BRI Lakukan Buyback
Harga Saham Masih Undervalued, BRI Lakukan Buyback

Pasca publikasi Laporan Keuangan Kuartal I Tahun 2024, harga saham BRI terpantau mengalami koreksi signifikan.

Baca Selengkapnya
BRI Masuk dalam Daftar 20 Perusahaan Top yang Perlu Diperhatikan Tahun 2024
BRI Masuk dalam Daftar 20 Perusahaan Top yang Perlu Diperhatikan Tahun 2024

Bloomberg Technoz menganalisa lebih dari 900 perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia.

Baca Selengkapnya
BTN Raup Laba Bersih Rp2,08 Triliun di Kuartal III-2024, Ini Faktor Penopangnya
BTN Raup Laba Bersih Rp2,08 Triliun di Kuartal III-2024, Ini Faktor Penopangnya

BTN menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp356,1 triliun per akhir September 2024 atau tumbuh sebesar 11,9 persen.

Baca Selengkapnya
IHSG Diprediksi Terus Menguat, Ini Rekomendasi Saham untuk Trading Hari Ini
IHSG Diprediksi Terus Menguat, Ini Rekomendasi Saham untuk Trading Hari Ini

Tim Analis Bareksa merekomendasikan buy on breakout saham ESSA di rentang harga Rp600 hingga Rp640, dengan target harga ambil untung di Rp670 dan Rp710.

Baca Selengkapnya