Hengkangnya Panasonic & Toshiba bukti iklim investasi RI terguncang
Merdeka.com - Hengkangnya perusahaan-perusahaan raksasa dari Indonesia membuat kekhawatiran bagi para investor. Banyak pihak yang menilai akan masa depan iklim investasi di Indonesia kurang cerah.
Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menilai iklim investasi yang tak kondusif disebabkan karena infrastruktur di Indonesia yang tak kunjung membaik.
"Misalnya kita sangat mahal logistik jadi sementara banyak perbandingan kalau mereka berinvestasi di kawasan Asia, di Malaysia, Vietnam, Thailand, ini kan mereka punya kawasan industri yang punya daya saing, infrastrukturnya bagus, logistiknya murah karena mereka terhubung dengan transportasi laut," ujar Enny saat dihubungi merdeka.com di Jakarta, Jumat (5/2).
-
Bagaimana Kominfo melihat investasi Apple di Indonesia? Mengenai investasi Apple di Indonesia, Usman mengatakan bahwa Kominfo mengurus aspek teknologi yang dipakai, bukan terfokus pada aspek investasi keuangannya.
-
Apa efek rumah kaca itu? Efek rumah kaca adalah proses yang terjadi ketika gas di atmosfer bumi memerangkap panas matahari.
-
Kenapa minat investor asing menurun di sektor keuangan Indonesia? Menurunnya minat investor asing terhadap sektor keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju. Akibatnya, kebutuhan likuiditas pemerintah dan pelaku usaha akan menjadi sangat kompetitif dan berbiaya mahal,' ucap Said.
-
Kenapa suhu di Indonesia meningkat? Dan di beberapa waktu terakhir ini, suhu udara maksimum di Indonesia berada dalam kisaran 34-36 derajat Celcius. Hal ini menunjukkan bahwa suhu udara di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
-
Bagaimana Indonesia mendorong perubahan iklim? “Dalam aspek itu, peran dan visi parlemen sangat penting dan besar untuk tidak hentinya selalu mendorong pemerintah agar melakukan segala upaya tidak hanya bisnis as usual, tapi juga out of the box, melampaui daripada konsep-konsep biasa,“ ujar Wakil Ketua BKSAP DPR RI ini.
-
Mengapa banyak perusahaan global terancam bangkrut? Banyak tanda menunjukkan ancaman kebangkrutan bagi perusahaan-perusahaan global, terutama karena krisis utang dan kenaikan biaya pinjaman yang menjadi isyarat 'kiamat' baru bagi korporasi di seluruh dunia.
Selain itu, kata Enny, berlakunya pasar bebas ASEAN atau MEA membuat perusahaan-perusahaan tersebut menjadi pertimbangan mereka untuk melakukan efisiensi melalui relokasi. Dia menyebut potensi tersebut akan bisa berdampak pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal.
"Sementara pasarnya tetap masuk ke Indonesia karena dengan adanya MEA kan sudah tidak ada bea masuk dan bea keluar lagi. Justru ini yang menjadi potensi PHK yang harus antisipasi. Kalau kita terus menerus mengalami masalah perburuhan lalu kita terlambat merespon atas kebutuhan infrastruktur mereka, bisa jadi mereka merelokasikan usahanya ke tempat yang lebih menjanjikan," pungkas dia. (mdk/sau)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tantangan besar dunia otomotif makin menguat meski panca pandemi.
Baca SelengkapnyaPerlambatan ekonomi China memberikan pengaruh ke ekonomi negara lain, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaTech winter adalah periode penurunan atau stagnasi dalam industri teknologi.
Baca SelengkapnyaKecurangan itu mulai terendus pada 2015. Berikut rentetan awal mula Toshiba terpuruk lalu bangkrut.
Baca SelengkapnyaPHK yang terjadi sebagian besar dipicu oleh krisis di berbagai lini pada sektor manufaktur.
Baca SelengkapnyaJokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaBI mengeluarkan data berdasarkan survei konsumen bahwa daya beli masyarakat menurun, khususnya pada kelompok kelas menengah.
Baca SelengkapnyaHarus diakui, kinerja investasi selama tahun politik akan sangat berpengaruh.
Baca SelengkapnyaIndonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam penerapan ekonomi hijau.
Baca Selengkapnyatetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Baca SelengkapnyaKinerja sektor manufaktur Indonesia justru mengalami penurunan di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diklaim tetap kuat.
Baca SelengkapnyaMendengar laporan itu, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian, Edi Prio Pambudi mengaku terkejut.
Baca Selengkapnya