Hingga 2021, Pertumbuhan Ekonomi Asia Timur dan Pasifik Diproyeksi Melambat
Merdeka.com - Bank Dunia (World Bank) memprediksi pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik melambat dari 6,3 persen pada 2018 menjadi 5,8 persen pada 2019. Tak hanya itu, perlambatan ini juga berlanjut menjadi 5,7 persen pada 2020 dan 5,6 persen pada 2021.
Menurut laporan Weathering Growing Risk (laporan East Asia and Pacific Economic Update edisi Oktober 2019), melemahnya permintaan global dan meningkatkan tensi perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China menyebabkan penurunan ekspor dan pertumbuhan investasi di negara berkembang.
"Ketika perusahaan mencari cara menghindari tarif (impor), akan sulit bagi negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik untuk menggantikan peran Tiongkok dalam rantai produksi global dalam jangka pendek karena infrastruktur yang belum memadai dan skala produksi yang kecil," ujar Ekonom Utama Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Andrew Mason, dalam telekonferensi dari Bank Dunia Bangkok, Kamis (10/10).
-
Apa yang dilarang AS investasikan ke China? AS akan melarang investasi perusahaan Amerika Serikat (AS) di beberapa bidang sektor teknologi tinggi ke China, termasuk kecerdasan buatan.
-
Siapa yang nilai pasarnya turun? Thom Haye, gelandang berusia 29 tahun dari Almere City, mengalami penurunan nilai pasar yang sangat signifikan.
-
Kenapa impor tekstil dari China meningkat? Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan menyebut perang dagang antara kedua negara itu menyebabkan over kapasitas dan over supply di China, yang justru malah membanjiri Indonesia.
-
Kenapa AS melarang investasi teknologi di China? AS mengatakan tindakan tersebut akan ditargetkan secara sempit. Namun, hal ini akan semakin memperburuk hubungan ekonomi antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
-
Bagaimana penurunan inflasi AS memengaruhi Bitcoin? Penurunan tingkat inflasi AS telah mempengaruhi sentimen pasar secara positif. Hal itu terlihat dari indeks Harga Konsumen (CPI) lebih rendah dari perkiraan, yaitu sebesar 3,4 persen, yang menandakan penurunan tekanan inflasi.
-
Kenapa minat investor asing menurun di sektor keuangan Indonesia? Menurunnya minat investor asing terhadap sektor keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju. Akibatnya, kebutuhan likuiditas pemerintah dan pelaku usaha akan menjadi sangat kompetitif dan berbiaya mahal,' ucap Said.
Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan melambat dari 5,2 persen pada 2018 menjadi 5,0 persen pada 2019, namun meningkat menjadi 5,1 persen pada 2020 dan 5,2 persen pada 2021.
Sementara, pertumbuhan konsumsi dilaporkan stabil meski lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan di sektor pariwisata, real estate dan ekstraktif juga stabil untuk negara-negara yang lebih kecil di kawasan ini.
Kemudian di beberapa negara, tingkat utang yang tinggi juga turut berpengaruh terhadap kebijakan. Perubahan yang mendadak berdampak pada meningkatnya biaya pinjaman yang akhirnya menekan pertumbuhan kredit dan investasi.
Bank Dunia merekomendasikan agar negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik untuk memaksimalkan kebijakan fiskal dan moneter guna merangsang pertumbuhan ekonomi sambil menjaga kesinambungan fiskal dan utang. Serta, tetap mempertahankan keterbukaan perdagangan dan memperdalam integrasi perdagangan regional.
Tak lupa, peluang yang tercipta dari ketegangan perang dagang dapat dimanfaatkan dengan melakukan reformasi ekonomi termasuk regulasi yang meningkatkan iklim perdagangan dan investasi.
Reporter: Athika Rahma
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ekonomi kawasan Asia Tenggara diramal turun karena kinerja eskpor tergangggu.
Baca SelengkapnyaEkonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan mulai melambat di semester II-2024 seiring dengan penurunan permintaan domestik.
Baca SelengkapnyaEkonomi dunia diperkirakan melambat akibat konflik global saat ini.
Baca SelengkapnyaLoyonya perekonomian China dipengaruhi oleh terus melemahnya permintaan domestik. Kondisi ini diperparah oleh kinerja properti yang masih belum menggembirakan.
Baca SelengkapnyaSituasi global yang tidak berjalan baik saat ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang semakin merosot.
Baca SelengkapnyaADB merilis proyeksi perekonomian di kawasan Asia-Pasifik pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaPerlambatan ekonomi China memberikan pengaruh ke ekonomi negara lain, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaBank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaPerry Warjiyo memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia di tahun depan kian seret.
Baca SelengkapnyaPadahal, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia lebih baik dari proyeksi semula.
Baca SelengkapnyaPerekonomian di China yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia, masih menunjukkan kinerja yang lemah
Baca SelengkapnyaProyeksi ini sejalan dengan berbagai rilis lembaga internasional yang menyebutkan hal serupa.
Baca Selengkapnya