Hingga Akhir Maret, Bank Mandiri Restrukturisasi Kredit Nasabah Rp124,2 Triliun
Merdeka.com - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatat telah menyetujui restrukturisasi kredit mencapai Rp124,2 triliun hingga akhir Maret 2021. Keringanan pembayaran kredit ini diberikan kepada 547.792 debitur.
"Bank Mandiri memberikan restrukturisasi untuk yang terdampak pandemi lebih dari 547 ribu dengan nilai kredit yang disetujui Rp124,2 triliun," kata Direktur Manajemen Risiko, Bank Mandiri, Ahmad Siddik Badruddin dalam Konferensi Pers Virtual Paparan Kinerja Kuartal I Bank Mandiri, Jakarta, Selasa (27/4).
Siddik menjelaskan, dari total porfolio yang ada, sudah ada penurunan restrukturisasi karena debitur sudah mulai mencicil kembali kreditnya. Sehingga posisi baki debet tinggal Rp94,5 triliun.
-
Kenapa BRI melakukan upaya bersih-bersih portofolio kredit? Penurunan NPL tersebut disebabkan BRI sedang melakukan upaya bersih-bersih portofolio kredit, terutama kredit restrukturisasi terdampak Covid sebagai bagian dari soft-landing strategy yang diimplementasikan sejak tahun lalu.
-
Apa target BRI untuk kredit yang direstrukturisasi? Seiring geliat pelaku UMKM yang terus meningkat, salah satu bank terbesar tanah air, BRI menargetkan kredit yang direstrukturisasi perseroan kembali menjadi single digit dari total jumlah portofolio kredit pada tahun 2025, atau sama seperti kondisi sebelum krisis akibat pandemi melanda.
-
Kapan BRI mencapai puncak kredit restrukturisasi? Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto menjelaskan secara akumulatif kredit BRI yang direstrukturisasi karena pandemi tertinggi mencapai 30% dari total portofolio kredit, yang puncaknya terjadi sekitar September 2020 dengan nilai lebih dari Rp250 triliun.
-
Mengapa laba Bank Mandiri naik di tahun 2023? Kunci kesuksesan Bank Mandiri ini tak lepas dari strategi bisnis yang konsisten untuk fokus pada pertumbuhan bisnis berbasis ekosistem serta didukung dengan strategi digitalisasi.
-
Bagaimana BRI mengelola resiko di tengah pemulihan? Kendati demikian untuk memperkuat kondisi yang semakin membaik, pihaknya menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko.
-
Siapa yang mengalami penurunan kekayaan? Pada awal Desember 2023, harta kekayaan Hartono Bersaudara anjlok. Beberapa konglomerat Indonesia terpantau mengalami kenaikan nilai kekayaannya. Prajogo Pangestu, Low Tuck Kwong, hingga Sri Prakash Lohia merupakan segelintir konglomerat yang mengalami kenaikan harta. Kendati demikian, kekayaan Hartono bersaudara terpantau mengalami penurunan.
"Sudah ada penurunan karena ada pembayaran, sehingga posisi baki debet ini tinggal Rp94,5 triliun," kata dia.
Hasil analisis yang dilakukan, Bank Mandiri mengelompokkan debitur dalam tiga kategori yakni kredit risiko rendah, menengah dan berat. Kredit risiko rendah bermakna debitur bisa membayar kembali cicilan saat periode restrukturisasi habis.
Kredit risiko menengah, yakni debitur yang membutuhkan perpanjangan waktu pembayaran kredit. Dalam kata lain, debitur kelompok ini perlu mendapatkan tambahan restrukturisasi. Sedangkan kredit risiko berat yakni debitur yang diperkirakan tidak bisa membayar cicilan.
Kredit Macet
Berdasarkan sektornya, debitur yang masuk ke dalam tiga kelompok tersebut yakni sektor pariwisata, perjalanan, dan properti. Siddik mengatakan dari total baki debet Rp94,5 triliun, diperkirakan ada kredit yang menjadi kredit macet atau NPL sebesar 0,9 persen.
"Dari restrukturisasi Rp94,5 triliun ini ada 0,9 persen yang down grade ke NPL," katanya.
Dari total portofolio yang ada, Siddik menyebut akan ada 11 persen debitur yang masuk dalam kategori kredit risiko tinggi. Untuk itu, perseroan perlu memberikan penanganan khusus bagi para debitur ini.
"High risk ini 11 persen, ini potensi yang harus ditangani," kata Siddik.
Maka, antisipasi yang dilakukan yakni dengan mencadangkan dana lebih besar untuk mengurangi resiko NPL. Sampai akhir Maret, perusahaan sudah mencadangkan 10 persen dari total baki debet.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertumbuhan kredit Bank Mandiri tersebut mencerminkan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang solid
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mencatat, realisasi pembiayaan SBN mencapai Rp141,6 triliun atau turun 2 persen secara yoy dibandingkan Mei 2023 sebesar Rp144,5 triliun.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menjabarkan realisasi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang 2023 sebesar Rp308,7 triliun.
Baca SelengkapnyaData OJK: Sisa Utang BUMN Karya ke Bank Himbara Tembus Rp78 Triliun
Baca SelengkapnyaPenyaluran kredit tersebut turut mendorong perolehan aset Bank Mandiri yang menembus Rp2.258 triliun secara konsolidasi di akhir Juni 2024.
Baca SelengkapnyaDalam periode yang sama di tahun lalu, penarikan utang sebesar Rp480,4 triliun.
Baca SelengkapnyaSecara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.
Baca SelengkapnyaHal ini disampaikan oleh Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto bahwa hingga kuartal III-2023 untuk kinerja bank only.
Baca Selengkapnya"Dibandingkan tahun lalu ini penurunan (penarikan utang) sangat tajam," terang Sri Mulyani.
Baca SelengkapnyaSecara akumulatif kredit BRI yang direstrukturisasi karena pandemi tertinggi mencapai 30% dari total portofolio.
Baca SelengkapnyaSeiring pulihnya kondisi perekonomian nasional, memasuki paruh kedua di tahun 2023, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk kian optimistis.
Baca SelengkapnyaPencapaian tersebut turut ditopang realisasi penyaluran kredit, yang secara konsolidasi tumbuh 20,8 persen (YoY) menjadi Rp1.590 triliun.
Baca Selengkapnya