Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Hipmi: Minimnya jumlah pengusaha jadi salah satu kelemahan kita

Hipmi: Minimnya jumlah pengusaha jadi salah satu kelemahan kita Akbar Alfaro. ©2017 Merdeka.com/Irwanto

Merdeka.com - Ketua Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sumatera Selatan periode 2016-2019, Akbar Alfaro menyayangkan minimnya jumlah pengusaha yang ada Indonesia. Menurutnya, jumlah pengusaha di Indonesia tercatat hanya mencapai 1,6 persen dari total jumlah penduduk.

Angka ini jauh lebih rendah dibanding negara ASEAN lainnya, seperti Singapura sebanyak 7 persen, Malaysia 5 persen, Thailand 4,5 persen, dan Vietnam 3,3 persen jumlah pengusahanya.

Padahal, ekonomi sebuah negara diprediksi akan maju jika persentase pengusahanya di atas 2 persen. Ironisnya, pengusaha muda hanya berada di bawah 1 persen dari total dari pengusaha di Indonesia.

Orang lain juga bertanya?

"Ini salah satu kelemahan negara kita, jumlah pengusahanya masih minim, apalagi pengusaha muda, kalah jauh dengan negara tetangga," ungkap Gerry kepada merdeka.com, Jumat (27/10).

Menurut dia, rendahnya angka pengusaha di Indonesia disebabkan pola pikir masyarakat yang masih berpatokan menjadi karyawan atau Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kehidupan di titik aman dan nyaman sudah melekat secara turun-temurun.

"Mestinya kita membuka diri menjadi wirausahawan, pengusaha. Artinya tidak bergantung dengan orang lain sebagai karyawan dan PNS, padahal membuka usaha adalah sangat menjanjikan," ujarnya.

Untuk menjadi pengusaha, kata dia, banyak hal yang dilakukan. Apalagi, pemuda saat ini hidup di era milenial dengan segala kemudahan akses. Modernisasi mestinya dimanfaatkan dengan baik untuk menghasilkan uang dan karya.

"Zaman sekarang lebih mudah dibanding dulu, ini harus dimanfaatkan. Mestinya kita jadi produsen bukan konsumen melulu," kata dia.

Hanya saja, banyak orang terkendala permodalan. Gerry memberikan solusi bagi calon pengusaha low budget dengan usaha paling mudah, semisal online shop, perantara jual beli, dan lainnya. Usaha itu tidak terlalu berisiko bangkrut dan membutuhkan modal besar.

"Sebenarnya usaha apapun pasti berisiko, tinggal kita siasati. Orang takut gagal pasti tidak akan maju, tidak besar, dan kokoh, itu pepatah terkenal, sayangnya kita masih bergelut di situasi aman," terangnya.

"Banyak yang bisa kita lakukan untuk bangsa. Maka bagi saya, pemuda saat ini bukan cuma berkarya, tetapi saatnya bekerja jadi pengusaha," pungkasnya.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Entepreneur Hub, Jurus Pemerintah jadi Indonesia Negara Maju 2045
Entepreneur Hub, Jurus Pemerintah jadi Indonesia Negara Maju 2045

Pemerintah meluncurkan program Entepreneur Hub dalam rangka meningkatkan rasio pengusaha baru di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Kulitas SDM Rendah Diduga Jadi Penyebab Investasi Apple di Indonesia Kecil Dibanding Negara Tetangga
Kulitas SDM Rendah Diduga Jadi Penyebab Investasi Apple di Indonesia Kecil Dibanding Negara Tetangga

Salah satu alasan utama adalah posisi Indonesia dalam hal indeks sumber daya manusia atau human capital index.

Baca Selengkapnya
Daftar Negara Asean Paling Banyak Pengangguran, Indonesia Nomor Berapa?
Daftar Negara Asean Paling Banyak Pengangguran, Indonesia Nomor Berapa?

Pengangguran terjadi karena ketidakseimbangan antara jumlah lapangan kerja yang tersedia dan laju pertumbuhan penduduk.

Baca Selengkapnya
Ini Jumlah Pengusaha yang Pas Agar Indonesia Jadi Negara Maju
Ini Jumlah Pengusaha yang Pas Agar Indonesia Jadi Negara Maju

Pelaku wirausaha di Indonesia sudah harus matang dengan perencanaan bisnis yang akan dikembangkan.

Baca Selengkapnya
Jumlah Wirausaha Muda Indonesia Masih Sangat Sedikit, Apa Soluisnya
Jumlah Wirausaha Muda Indonesia Masih Sangat Sedikit, Apa Soluisnya

Jumlah wirausahawan muda berusia 20-29 tahun masih cukup rendah, yakni sebesar 6,1 juta orang.

Baca Selengkapnya
Penetrasi Asuransi di Indonesia Kalah Jauh Dibanding Malaysia dan Thailand, Apa Penyebabnya?
Penetrasi Asuransi di Indonesia Kalah Jauh Dibanding Malaysia dan Thailand, Apa Penyebabnya?

Literasi pada sektor perasuransian hanya sebesar 31,7 persen dan inklusi sebesar 16,6 persen. Pencapaian ini masih jauh di bawah sektor perbankan.

Baca Selengkapnya
Bisnis Waralaba di Indonesia Masih Kalah Saing dengan Malaysia dan Filipina
Bisnis Waralaba di Indonesia Masih Kalah Saing dengan Malaysia dan Filipina

Dukungan yang diberikan pemerintah kepada franchise lokal hanya pada tahap akhir, seperti pameran.

Baca Selengkapnya
Kemnaker: Indonesia Hadapi Tantangan Kurang Tersedianya Lapangan Kerja
Kemnaker: Indonesia Hadapi Tantangan Kurang Tersedianya Lapangan Kerja

Sekjen Anwar menekankan, adanya job fair merupakan upaya yang sangat bermanfaat terhadap penciptaan peluang.

Baca Selengkapnya
Startup di RI Masih Punya Banyak Tantangan Besar, Menteri UMKM: Akses Pembiayaan Belum Terpenuhi
Startup di RI Masih Punya Banyak Tantangan Besar, Menteri UMKM: Akses Pembiayaan Belum Terpenuhi

Meski mengalami tantangan tersebut, ia menyatakan pertumbuhan startup berkembang pesat di Indonesia.

Baca Selengkapnya
99,62 Pelaku Usaha di Indonesia Ternyata Hanya Pengusaha Mikro, Apa Solusi Pemerintah?
99,62 Pelaku Usaha di Indonesia Ternyata Hanya Pengusaha Mikro, Apa Solusi Pemerintah?

99,62 Pelaku Usaha di Indonesia Ternyata Hanya Pengusaha Mikro, Apa Solusi Pemerintah?

Baca Selengkapnya
Jokowi Ungkap Penyebab Produk Mebel RI Kalah Saing dengan Vietnam-Malaysia
Jokowi Ungkap Penyebab Produk Mebel RI Kalah Saing dengan Vietnam-Malaysia

Jokowi menyebut, produk mebel RI ada di peringkat 17. Sementara Vietnam ada di posisi 2 dan Malaysia 12.

Baca Selengkapnya
Said Abdullah Lihat Indonesia Belum Rasakan Manfaat Demografi
Said Abdullah Lihat Indonesia Belum Rasakan Manfaat Demografi

Said menyebut tenaga kerja Indonesia yang bekerja saat ini berjumlah 142,1 juta. Namun ironisnya 54,6 persen diantaranya lulusan SMP ke bawah.

Baca Selengkapnya