Hitungan defisit bikin pemerintah ketar ketir kelola anggaran
Merdeka.com - Pemerintah mencatat realisasi pendapatan negara baru mencapai 57 persen atau sebesar Rp 1.004,1 triliun hingga 7 Oktober 2015. Sedangkan serapan belanja negara baru mencapai 64 persen atau Rp 1.269,8 triliun.
Di samping itu, penerimaan pajak masih belum optimal, baru sekitar 59,84 persen atau sebesar Rp 774,4 triliun. Dengan demikian, tercatat defisit sebesar 2,3 persen.
Meski diproyeksi bakal melebar, pemerintah tetap memastikan angka defisit anggaran tahun ini tetap jauh dibawah tiga persen. Dengan begitu, kondisi keuangan pemerintah masih aman.
-
Kenapa tabungan orang kaya lebih besar dari APBN 2023? Jumlah tabungan orang kaya tersebut lebih banyak dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2023 yang dipatok sebesar Rp3.061 triliun.
-
Mengapa realisasi perlinsos Kemensos tahun 2023 rendah? 'Ini yang menjelaskan pada saat kami menjelaskan kenaikan 2 bulan pada bansos Kemensos mencapai cukup tinggi adalah akibat baseline 2023 dari bansos Kemensos pada bulan Januari—Februari yang memang waktu itu rendah akibat masih adanya penataan kembali kerja sama antara Kemensos dan perbankan,' ujarnya seperti dilansir dari Antara.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Apa itu Pajak Progresif? Sementara itu, pajak progresif adalah biaya yang harus dibayarkan jika seseorang memiliki lebih dari satu kendaraan, dimana total pajak akan bertambah seiring dengan jumlah kendaraan yang semakin banyak.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
"Kita selama ini bisa mengendalikan defisit di batas wajar, tidak pernah melebihi tiga persen," ujar Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan Askolani di Hotel Harris, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (7/11).
Askolani mengakui, pemerintah selalu 'ketar-ketir' dalam mengelola anggaran, apalagi penyerapan anggaran belum maksimal dan penerimaan masih jauh dari target. Kendati demikian, pemerintah memiliki mekanisme pengendalian defisit agar bisa ditelan.
"Mengenai cashflow, kita punya pengalaman yang panjang mengenai ini, kadang-kadang kita jantungan juga menjelang akhir tahun. Tapi kita punya mekanisme untuk mengendalikan defiist," imbuh Askolani.
Kekhawatiran ini memang selalu terjadi dengan banyaknya pihak melakukan spekulasi tanpa tahu kondisi yang sebenarnya. Menurut dia, Menteri-menteri Keuangan terdahulu sudah paham mekanisme anggaran dan pola kerjanya setiap tahun dan membawa kondisi lebih tenang dalam mengatur anggaran.
"Jadi tidak ada ceritanya cashflow mengkhawatirkan. Yang tahu kayak Chatib Basri, Agus Marto, beliau tenang, beliau sudah tahu, yang tidak tahu mencoba menganalisa dengan spekulasi, jadi bukan hanya menyusun rencananya tapi mengendalikan defisit di akhir tahun," jelas dia.
Dia coba membandingkan
Askolani mencoba membandingkan angka defisit anggaran dan pembiayaan pada APBN di tahun-tahun sebelumnya. Di thun 2010, defisit anggaran di angka 0,73 persen, 2011 sebesar 1,14 persen, 2012 sebesar 1,86 persen, 2013 sebesar 2,33 persen, 2014 sebesar 2,25 persen, APBNP 2015 sebesar 1,90 persen, RAPBN 2016 sebesar 2,16 persen.
"Itu di tahun-tahun sebelumnya, kita juga di ujung-ujung sempat 'jantungan', tapi kita tidak pernah defisit melebihi di atas tiga persen seperti negara lain, utang kita hanya 25 persen dari PDB, maka fundamental kita lebih dari Amerika, Jepang, Eropa," terang dia.
Askolani menambahkan, memang besaran defisit pada APBN 2016 meningkat dibandingkan defisit APBN Perubahan 2015. Hal ini berkaitan dengan upaya menjalankan fungsi stabilisasi untuk mengatasi kondisi perekonomian yang menurun.
Kebijakan fiskal APBN 2016 yang bersifat ekspansif tersebut, kata dia, diarahkan untuk memberikan stimulus pada kegiatan produktif, peningkatan kapasitas perekonomian dan pengaturan daya saing serta menjaga keseimbangan makroekonomi.
"Kita enggak ada cerita pesimis, berapa pun tekanan, defisit selalu di bawah tiga persen. Menjaga defisit dalam batas yang aman," tutupnya. (mdk/sau)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
APBN pada bulan Oktober mengalami defisit Rp700 miliar atau 0,003 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Baca SelengkapnyaPendapatan negara sampai 12 Desember 2023 tercatat mencapai Rp2.553,2 triliun.
Baca SelengkapnyaDefisit tersebut disebabkan total pengeluaran yang lebih besar dibandingkan dengan total penerimaan.
Baca SelengkapnyaKendati begitu, angka ini masih lebih kecil dibandingkan dengan pagu defisit APBN 2024.
Baca SelengkapnyaSurplus APBN ditopang oleh penerimaan negara yang masih lebih tinggi dibandingkan belanja negara.
Baca SelengkapnyaKekhawatiran Bank Dunia sendiri terkait potensi melebarnya defisit APBN terhadap produk Domestik Bruto (PDB).
Baca Selengkapnya"Memperlihatkan, keberlanjutan dari pemerintahan Jokowi ke pemerintahan Prabowo benar-benar nyata,” kata Grace
Baca SelengkapnyaPosisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi terus memantau realisasi belanja pemerintah pusat maupun daerah.
Baca SelengkapnyaNPI pada triwulan I 2024 mencatat defisit USD6,0 miliar dan posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2024 tercatat tetap tinggi sebesar USD140,4 miliar.
Baca SelengkapnyaRealisasi ini setara dengan 0,71 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Baca Selengkapnya“Defisit fiskal diperkirakan berada pada kisaran 2,45-2,82 persen PDB,” kata Sri Mulyani.
Baca Selengkapnya