Impor minyak bisa dihentikan asal pemerintah rajin bangun kilang
Merdeka.com - Bahan Bakar Minyak (BBM) sudah menjadi bagian dari kebutuhan primer. Masyarakat yang sehari-hari beraktivitas menggunakan kendaraan sangat tergantung pada pasokan BBM. Karena tingginya kebutuhan masyarakat, pemerintah terus mengimpor minyak mentah.
Kepala Humas SKK Migas Elan Biantoro mengatakan, pemerintah mengimpor BBM dalam bentuk fuel dengan harga Rp 10.000 per liter. Dijual ke masyarakat dengan harga Rp 6.500 per liter.
"Harga fuel sekarang USD 120-125 per barel. Kalau kita hitung, itu pemerintah membeli fuel Rp 10.000 per liter itulah subsidi sehingga menjadi Rp 6.500 per liter," ucap Elan di Gedung SKK Migas, Jakarta, Senin (30/12).
-
Bagaimana BPH Migas tingkatkan konsumsi gas bumi? BPH Migas terus mendorong peningkatan konsumsi gas dalam negeri serta memberikan dukungan penyediaan energi bersih lewat penetapan harga gas bumi melalui pipa.
-
Mengapa BPH Migas dorong pemanfaatan gas bumi? Dalam rangka turut menjaga lingkungan, mengurangi emisi karbon, dan mengatasi perubahan iklim, BPH Migas terus mendorong peningkatan pemanfaatan gas bumi melalui pipa,' imbuhnya.
-
Kenapa konsumsi bensin meningkat? Pertama sebelum Libur Natal meningkat hingga +16%, lalu menuju liburan Tahun Baru meningkat +12,1%, dan terakhir saat arus balik meningkat +9,6%.
-
Mengapa BPH Migas keluarkan regulasi tentang BBM subsidi? Untuk memastikan penyaluran BBM bersubsidi ini tepat sasaran dan tidak disalahgunakan, BPH Migas telah mengeluarkan regulasi mengenai pedoman pembinaan hasil pengawasan kepada penyalur.
-
Kapan konsumsi BBM Pertamina melonjak? PT Pertamina Patra Niaga, Sebagai Subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) mencatat konsumsi bahan bakar minyak (BBM) pada masa mudik Hari Raya Idulfitri 1445 H, tepatnya per Kamis (4/4) pada H-6 melonjak dibandingkan hari biasa.
-
Bagaimana Pertamina Hulu Energi meningkatkan produksi minyak? Perlu dilakukan upaya-upaya khusus untuk peningkatan produksi minyak dengan berbagai macam recovery plan yang sudah disiapkan serta inisiatif baru.
Kondisi ini semakin buruk lantaran kebutuhan minyak dalam negeri yang terus membengkak. Setidaknya hampir setiap tahun kebutuhan BBM bersubsidi selalu di atas kuota yang ditetapkan pemerintah.
Sebenarnya kondisi ini bisa diperbaiki jika pemerintah mau membangun kilang. Pembangunan kilang terakhir dilakukan 20 tahun lalu atau sekitar tahun 1993. Menurut Elan, jika kilang semakin banyak maka pemerintah tidak harus mengimpor fuel namun bisa dalam bentuk crude atau minyak mentah.
"Impor crude sekarang semakin sedikit dibandingkan impor fuel. Kilang kita segitu-gitunya dan kebutuhan terus naik. Kalau impor crude kita cuma harus bayar USD 100 per barel. Itu kan jauh lebih murah," tutupnya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada tahun 2022 hingga 2024, produksi atau lifting minyak Indonesia terus menurun, hanya mencapai sekitar 600.000 barel per hari,
Baca SelengkapnyaSaid juga menyinggung mengenai konversi program minyak tanah ke LPG yang mengakibatkan kebutuhan impor LPG Indonesia terus meningkat.
Baca SelengkapnyaPemerintah memutuskan untuk menyetop impor BBM dan LPG pada 2030 mendatang.
Baca SelengkapnyaPeningkatan permintaan yang signifikan ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan gas pipa dari ladang tua di wilayah Jawa Barat dan Sumatera.
Baca SelengkapnyaProgram hilirisasi ini merupakan kebijakan strategis jangka panjang yang pemerintah Indonesia telah lakukan.
Baca SelengkapnyaProduk yang dihasilkan dari kilang sebagai bagian dari PSO juga dijaga tetap dapat terjangkau.
Baca SelengkapnyaSelain negara di Afrika, pemerintah juga menjajaki peluang impor minyak dari negara di kawasan Amerika Latin.
Baca SelengkapnyaImpor LPG Indonesia masih menunjukkan tren kenaikan.
Baca SelengkapnyaPeningkatan produksi minyak dan gas tidak terlepas dari penambahan produksi minyak minyak pertama dari Proyek Banyu Urip Infill Clastic
Baca SelengkapnyaSelain Rokan, Arifin juga menyebut Blok Cepu yang punya potensi migas lebih besar dari perhitungan saat ini.
Baca SelengkapnyaPHE siap mendukung pemerintah untuk mencapai target produksi minyak nasional tahun 2030 sebesar 1 juta Barel per hari.
Baca SelengkapnyaSKK Migas: Prioritas Produksi Minyak dan Gas Bumi untuk Kebutuhan Dalam Negeri
Baca Selengkapnya