Impor Minyak Mentah Pertamina Diklaim Turun
Merdeka.com - PT Pertamina (Persero) mencatat penurunan impor minyak dalam 5 tahun terakhir. Impor minyak mentah (crude oil) dari tahun 2015 hingga 2019 turun sebesar 9 persen. Sedangkan impor produk (gasoline, gasoil dan avtur) turun 4 persen.
Mengutip data yang diterima Liputan6.com, Minggu (8/3), impor minyak mentah terus turun secara fluktuatif. Impor minyak mentah naik dari 382 ribu barel per hari pada 2015 menjadi 411 ribu barel per hari pada 2016.
Namun, impor mulai turun secara berkala dari 411 ribu barel per hari pada 2016 menjadi 370 ribu barel per hari pada 2017. Kemudian, angkanya turun lagi menjadi 344 ribu barel per hari pada 2018, 245 ribu barel per hari pada 2019 dan per Januari 2020 kemarin, nilainya menjadi 237 ribu barel per hari.
-
Apa yang Pertamina turunkan harganya? Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian turun harga untuk Pertamax Series dan Dex Series.
-
Mengapa Pertamina turunkan harga BBM? 'Harga BBM nonsubsidi setiap bulannya per tanggal 1 mengalami penyesuaian harga pasar, namun dapat kita sampaikan bahwa harga BBM Pertamina paling kompetitif untuk menjaga daya beli masyarakat,' ucap VP Corporate Communication PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso.
-
Bagaimana Pertamina menurunkan emisi karbon? Langkah tersebut menurut Nicke, sudah sesuai dari aspek lingkungan karena dapat menurunkan karbon emisi dan juga dapat menurunkan impor gasoline.
-
Kenapa Pertamina turunkan harga BBM? Adapun harga BBM non subsidi bersifat fluktuatif, sehingga Pertamina melakukan evaluasi secara berkala mengikuti tren dan mekanisme pasar.
-
Apa yang naik 90% di Pertamina? Lonjakan tertinggi terjadi pada Pertamax Turbo dengan jumlah 938 kiloliter (KL)/hari, naik 90,7% dibandingkan penjualan normal 492 KL/hari.
-
Kapan Pertamina turunkan harga BBM? Pada periode 1 November 2023, Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian turun harga untuk Pertamax Series dan Dex Series.
Untuk impor produk (gasoline, gasoil dan avtur) Pertamina, nilainya per Januari 2020 mencapai angka 298 ribu barel per hari, turun 33 ribu barel dari 331 ribu barel per hari pada 2019 lalu.
Produk BBM
Produk ini termasuk Bahan Bakar Minyak (BBM) Premium, Pertamax, Pertamax Plus, Pertamax Turbo, Solar dan Pertadex.
Adapun untuk impor Liquified Petroleum Gas (LPG), terjadi kenaikan secara berkala. Mulai dari 4,2 MMSCFD pada 2015 menjadi 4,4 MMSCFD pada 2016, lalu 5,5 MMSCFD per 2017 dan 2018 dan menjadi 5,7 MMSCFD per 2019.
Reporter: Athika Rahama
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Impor barang modal mengalami persentase penurunan terdalam yaitu turun sebesar 10,51 persen.
Baca SelengkapnyaImpor migas mencapai USD 2,65 miliar atau turun 25,56 persen secara bulanan,
Baca SelengkapnyaPenurunan impor non migas disebabkan oleh beberapa komoditas, di antaranya, mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya
Baca SelengkapnyaHarga minyak mentah dunia saat ini tengah melambung akibat ketegangan geopolitik dunia
Baca SelengkapnyaDalam periode ini memungkinkan ada ruang melakukan penurunan harga BBM non-subsidi.
Baca SelengkapnyaPemerintah mendorong pengembangan migas non konvensional (MNK).
Baca SelengkapnyaPenurunan nilai impor secara bulanan ini didorong oleh nilai impor non migas.
Baca SelengkapnyaKinerja ekspor Juni 2023 anjlok, hanya Rp302,33 triliun.
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Baca SelengkapnyaJenis bahan bakar solar non subsidi juga mengalami penurunan
Baca SelengkapnyaBPS mencatat, tiga besar negara tujuan ekspor non-migas Indonesia pada Januari 2024 adalah ke negara China, Amerika Serikat, dan India.
Baca SelengkapnyaAngka ini mengalami penurunan dari Maret 2024 atau bulan sebelumnya.
Baca Selengkapnya