Indef: Banyak Pelaku Ekonomi Belum Siap Transformasi Digital
Merdeka.com - Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani menyebut bahwa Indonesia terpaksa mengalami percepatan digitalisasi akibat pandemi Covid-19. Awalnya, transformasi digital diperkirakan akan berlangsung dalam kurun waktu 5-10 tahun lagi. Salah satu yang harus terus dipacu adalah napas dari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan penyesuaiannya dengan keberadaan fintech.
"Pandemi ini bukan hanya persoalan, karena di sisi lain membawa berkah transformasi digital yang berangsur lebih cepat. Hal ini perlu diperhatikan karena era percepatan ini banyak pelaku ekonomi yang belum siap, sehingga dari sisi sektor riil mereka bisa tertinggal," ujarnya dalam sesi Webinar bersama Indef bertajuk "Dinamika Sistem Pembayaran di Era Pandemi, Rabu (21/10).
Salah satu yang memiliki potensi mengalami ketertinggalan adalah sektor UMKM. Menurut Aviliani, sektor UMKM memerlukan pendampingan untuk menyesuaikan diri terhadap percepatan. "Kalau tidak, seharusnya mereka ini bisa lebih cepat, nanti malah lambat. Karena, mereka tidak bisa memanfaatkan ini," tambahnya.
-
Apa itu UMKM? UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis usaha kecil yang dijalankan oleh individu atau kelompok dengan modal terbatas, tetapi memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara.
-
Mengapa UMKM penting? UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain karena kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
-
Kenapa UMKM penting untuk pertumbuhan ekonomi? UMKM seperti IniTempe yang digagas oleh Benny memang penting untuk pertumbuhan ekonomi nasional. Tak tanggung-tanggung, UMKM memberikan sumbangan 61% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
-
Siapa yang ajak UMKM go digital? Untuk itu, Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Partai Golkar Puteri Komarudin mengajak pelaku UMKM untuk masuk ke dalam ekosistem digital.
-
Bagaimana Kemendag membantu UMKM agar bisa bersaing di platform digital? 'Kami mengajak agar toko-toko fisik berjualan secara daring karena perdagangan digital tidak mungkin dihindari. Untuk itu, perlu diatur. Kemendag terus melatih para pedagang pasar dan UMKM serta mempertemukan dengan platform digital. Platform digital juga akan memberikan pelatihan, misalnya cara pengemasan. Di sisi lain, platform digital akan mendapat banyak pelanggan sehingga keduanya saling menguntungkan,'
-
Bagaimana digitalisasi membantu UMKM naik kelas? Di tangan berinsting bisnis, digitalisasi telah mengubah cara meraup cuan. Tanpa harus punya toko fisik, semua bisa jadi penjual online. Asal punya gawai, ada akses internet, dan bubble wrap untuk pembungkus, transaksi jual beli barang atau jasa bisa berjalan. Uang masuk ke dalam kantong hanya dari sentuhan tangan.
Demi menyongsong masa depan, hal penting bagi setiap perusahaan maupun UMKM adalah untuk mengerti perilaku pasar. Membaca pasar menjadi satu hal yang krusial agar perusahaan juga dapat bertahan. Hal ini menjadi mungkin karena adanya teknologi informasi bernama analisa big data.
"Saya melihat analisa big data ini dilakukan banyak oleh anak-anak muda, perusahaan e-commerce. Contoh penerapannya ada perusahaan e-commerce yang setiap 2 minggu barang di berandanya selalu berbeda. Karena, berdasarkan analisis big data mereka, mereka dapat melihat apa yang paling banyak digemari oleh penggunanya," jelasnya.
Penjualan Online
Melansir data survei UKM oleh BPS, sekarang ini penjualan secara online menjadi tumpuan. Namun demikian, dari 60 juta UMKM di Indonesia, hanya 15 persennya sudah melek digital. Beberapa kendala teknis sering menjadi masalah utama mengapa mereka masih belum paham memanfaatkan teknologi digital.
"Masih ada kendala teknis yang dihadapi oleh pegiat UMKM. Mulai dari mengunggah aplikasi, tidak masuknya standarisasi barang yang mereka jual dengan standardisasi di market place karena sebagian besar UMKM belum punya standardisasi produk, permasalahan dari jaringan internet, serta minimnya pemahaman tentang fintech dalam UKM, lalu yang terakhir adalah mahalnya biaya logistik," papar Aviliani.
Bagi Aviliani, UMKM merupakan pasar yang sangat besar. Sehingga, diharapkan UMKM dapat terus mendapat pendampingan dalam rangka memanfaatkan digitalisasi.
Reporter Magang: Theniarti Ailin
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masih banyak UMKM Indonesia menghadapi kendala dalam adopsi teknologi digital.
Baca SelengkapnyaMenkop Teten meminta agar UMKM bisa berevolusi agar memiliki daya saing.
Baca SelengkapnyaBI mencatat transaksi quick response code Indonesia standard alias QRIS pada April 2024 tumbuh 175,44 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Baca SelengkapnyaDia menekankan agar Kementerian Koperasi dan UKM mampu memberikan respons yang tidak biasa-biasa saja.
Baca SelengkapnyaSektor keuangan digital ASEAN berada di ambang revolusi.
Baca SelengkapnyaKesenjangan antara kebutuhan kredit masyarakat dan penyaluran dana dari institusi keuangan masih tinggi.
Baca SelengkapnyaPAN menilai UMKM harus kreatif dan manfaatkan digital
Baca SelengkapnyaDigitalisasi transaksi pembayaran menjadi keharusan bagi setiap UMKM ditengah derasnya perputaran uang dan pengembangan teknologi.
Baca SelengkapnyaUMKM diharapkan dapat berkiprah di pasar digital walaupun hal tersebut bukanlah hal yang mudah.
Baca Selengkapnya