Indef beberkan bahaya inflasi karena tingginya harga pangan
Merdeka.com - Bergejolaknya harga pangan dan bahan pokok saat ini mengancam angka inflasi tahunan. Pemerintah harus mewaspadai angka inflasi, meski saat ini masih di bawah lima persen. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut inflasi pada Januari 2017 mencapai 0,97 persen. Secara tahunan atau year on year inflasi di bulan lalu sebesar 3,49 persen.
Peneliti INDEF, Abdul Manaf Pulungan menjelaskan, inflasi dari sisi gejolak harga pangan yang masih cukup tinggi ini tentu akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga. Dampak panjangnya akan mempengaruhi pula ke pertumbuhan ekonomi nasional.
"Ekonomi masih bergantung terhadap konsumsi rumah tangga, pemerintah tidak bisa mengelolanya melalui perbaikan daya beli. Inflasi dari sisi volatile food masih tinggi di atas 5,5 persen," ungkap Manaf di Kantor INDEF, Jakarta, Kamis (9/2).
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
-
Harga bahan pangan apa yang naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Kenapa inflasi tinggi merusak daya beli? Namun, inflasi yang terlalu tinggi atau tidak terkendali dapat merusak daya beli masyarakat, menyebabkan ketidakpastian ekonomi, dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
-
Apa penyebab inflasi selain permintaan melebihi penawaran? Kenaikan biaya produksi juga bisa menjadi penyebab inflasi. Misalnya, kenaikan harga bahan baku, tenaga kerja, atau energi dapat mendorong produsen untuk menaikkan harga jual agar tetap mendapatkan keuntungan.
-
Apa yang menjadi kendala utama terkait pangan di Jakarta? 'Dari hasil survei, itu ternyata yang masih jadi kendala di Jakarta adalah persoalan pangan. Artinya, harga yang masih belum terjangkau oleh sebagian masyarakat,' tutur Suswono di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (8/9/2024).
-
Apa saja kebutuhan pokok yang harganya naik? Memasuki akhir November, harga sejumlah kebutuhan pokok melambung tinggi. Di pasar tradisional Boyolali, harga gula putih dan gula merah naik drastis. Kenaikan harga gula cukup tinggi hingga mencapai Rp4.000 per kilogram.
Selain itu, tingginya angka inflasi juga akan mempengaruhi produsen. Inflasi akan menjadikan biaya produksi meningkat, hal ini akan mempengaruhi pendapatan dan laba yang menurun. "Dari sisi pembiayaan, inflasi yang tinggi akan menyebabkan suku bunga tetap tinggi, sehingga penyaluran kredit relatif rendah," ujarnya.
Untuk itu, dia memberikan solusi kepada masyarakat untuk menekan inflasi yakni dengan meningkatkan produksi pertanian, memperbaiki infrastruktur. "Selama ini untuk mengatasi inflasi, Indonesia hanya menyasar ke kebijakan moneter. Seperti menaikkan suku bunga waktu itu di pemerintahan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). Tidak ke sumber masalah utamanya," pungkasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pergerakan inflasi pangan dapat memberi tekanan besar terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
Baca SelengkapnyaInflasi naik di bulan Febuari terutama harga beberapa komoditas.
Baca SelengkapnyaHarga-harga pangan meningkat yang menyumbang kepada inflasi,
Baca SelengkapnyaSelain beras, Sri Mulyani menyebut ada beberapa harga pangan juga mengalami kenaikan, seperti bawang putih 1,9 persen, cabai merah 17 persen.
Baca SelengkapnyaKenaikan PPN dengan menggunakan single tarif dapat menyebabkan semakin menurunnya daya saing industri.
Baca SelengkapnyaLaju inflasi masih terjaga, hanya saja tren deflasi akan mengganggu daya beli masyarakat.
Baca SelengkapnyaDeflasi berturut-turut terjadi sejak Mei hingga Agustus 2024. Per Agustus 2024, BPS mencatat deflasi 0,03 persen.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menjelaskan, inflasi yang rendah sangat penting untuk mendukung daya beli masyarakat, terutama di kalangan kelompok menengah bawah.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Indonesia sangat tergantung dengan komoditas ini, kenaikan harga beras semakin menghimpit masyarakat paling miskin.
Baca SelengkapnyaSaat ini pemerintah berpandangan yang paling penting adalah pertumbuhan inflasi intinya.
Baca SelengkapnyaApabila inflasi naik, lanjut Ferry, maka akan berdampak buruk dan negatif bagi perekonomian RI.
Baca SelengkapnyaKenaikan tarif PPN menjadi 12 persen jika diakumulasi dalam 4 tahun terakhir (2020-2025) sebenarnya naiknya 20 persen bukan 2 persen.
Baca Selengkapnya