Indef: Pertumbuhan Ekonomi RI Hanya 5 Persen, Jangan Salahkan Perang Dagang
Merdeka.com - Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati menyoroti pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa waktu terakhir yang masih tertahan di level 5 persen.
Seperti diketahui, perekonomian negara pada triwulan I-2019 tumbuh sebesar 5,07 persen, atau meningkat tipis dari periode sama tahun sebelumnya yang hanya 5,06 persen.
Enny menilai, itu bukanlah pencapaian yang baik lantaran pertumbuhannya masih lebih kecil dari triwulan IV-2018 yang sebesar 5,18 persen.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa dicapai? Pengembangan kuantitas produksi berikut umumnya disebabkan oleh semakin majunya teknologi, adanya inovasi bisnis yang efisien serta eskalasi minat konsumen pada tren tertentu.
-
Bagaimana IKN mendorong pertumbuhan ekonomi? UU Nomor 21 Tahun 2023 mengamanatkan pertumbuhan ekonomi inklusif dan merata, mencapai pertumbuhan ekonomi Indonesia-sentris dan pembangunan IKN melalui penguatan peran Otorita IKN, didukung lintas sektor.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
-
Apa yang menjadi pendorong utama Pertamina dalam ekonomi Indonesia? Pendekatan ini akan menjadi terobosan bagi perekonomian Indonesia, dengan membuka peluang industri baru dan menciptakan pasar global untuk produk-produk rendah karbon.
"Bukan persoalan 5,07 yang menjadi concern kami. Tetapi kalau lihat semua indikator pertumbuhan, kualitas pertumbuhan kita betul-betul memburuk," keluh dia di Jakarta, Rabu (8/5).
Dia mengatakan, faktor internal di dalam negeri lebih berperan terhadap pertumbuhan ekonomi negara dibanding faktor eksternal seperti tendensi perang dagang.
"Jadi, ini tidak hanya lampu kuning. Selalu pemerintah mengkambinghitamkan sektor global. Sektor eksternal hanya 20 persen. Sumber utama pertumbuhan ada di dalam negeri," tegasnya.
"Dampak dari perang dagang itu justru aliran investasi lari ke emerging market. Kalau kemarin yang banyak disoroti adalah penurunan di Singapura dan Jepang, tapi negara tetangga kita yang tumbuh seperti Thailand dan Vietnam justru enggak disoroti," kecam dia.
Oleh karenanya, dia mengimbau pemerintah untuk bisa memanfaatkan momen perang dagang, dimana banyak investasi yang bertebaran di negara-negara berkembang.
"Indonesia, basis pertumbuhannya itu di sumber daya. Artinya, ketika kita hanya di 5 persen, jangan lagi-lagi mengkambinghitamkan eksternal. Sumber dalam negeri yang harus disoroti," pungkas dia.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bank Indonesia optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif meski perekonomian dunia melambat.
Baca SelengkapnyaTanpa ada konflik Iran vs Israel, rupiah sudah mengalami depresiasi 3,22 persen.
Baca SelengkapnyaJika dibandingkan dengan demo besar-besaran zaman dulu, rupiah saat ini tidak seanjlok dulu.
Baca SelengkapnyaKunci sukses terletak pada sukses atau tidaknya membenahi kementerian dan kebijakan industrinya.
Baca SelengkapnyaPerekonomian Indonesia diprediksi merosot jika konflik Iran versus Israel berkepanjangan.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi tak mencapai target pemerintah karena dipengaruhi gejolak ekonomi global.
Baca SelengkapnyaPersiapan pemilu juga ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2023.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut relatif lebih baik dibandingkan sejumlah negara mitra dagang seperti Amerika Serikat dan Jepang.
Baca SelengkapnyaDua faktor ini menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi global terganggu, bahkan lebih rendah dari proyeksi tahun lalu.
Baca SelengkapnyaMenurut Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia banyak dikontribusikan oleh belanja konsumsi masyarakat hingga masuknya investasi.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia diprediksi tumbuh rata-rata 4,9 persen selama 2024-2026.
Baca SelengkapnyaArtinya, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi dan angka inflasi relatif bagus dan rendah.
Baca Selengkapnya