Indef Sebut Peringkat Utang Asing Indonesia Masih Akan Naik
Merdeka.com - Bank Dunia menempatkan Indonesia di peringkat ke-7 pemilik utang asing terbesar setelah China, Brasil, India, Rusia, Meksiko, dan Turki. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara, memprediksi Indonesia akan segera menyusul peringkat Turki dan Meksiko.
Dia melihat, Indonesia akan mengalami fenomena over hank utang atau kondisi di mana beban utang akan semakin berat. “Yang jelas sebentar lagi peringkat Indonesia akan menyusul Turki dan Meksiko karena beban utang yang semakin besar,” kata Bhima saat dihubungi merdeka.com, Rabu (14/10).
Besarnya jumlah utang Indonesia, kata dia, akan menghambat program pemulihan ekonomi yang sedang pemerintah galakkan. Menurutnya, hal ini sangat kontradiktif. Seharusnya, kata dia, pemerintah bisa mengubah strategi pemulihan ekonomi tanpa menambah utang. Bhima mengatakan, semakin besarnya utang, maka akan semakin banyak konsekuensi yang harus dihadapi.
-
Dimana negara dengan utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Siapa yang memiliki utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Apa peringkat negara terkaya di Asia Tenggara? Diketahui, Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai negara terkaya di Asia Tenggara dengan pendapatan kotor per kapita sekitar Rp 59,29 juta. Sementara, peringkat pertama dimiliki oleh Singapura yang memiliki pendapatan kotor per kapita sebesar Rp935,37 juta.
-
Di mana Indonesia berada dalam daftar negara dengan anggaran riset terbesar? Menurut data dari Research and Development World (R&D World) 2022, negeri ini menempati peringkat ke-34 dari 40 negara.
-
Siapa saja yang termasuk Bank Pemerintah di Indonesia? Daftar bank BUMN di Indonesia antara lain adalah BRI, BNI, Bank Mandiri, dan BTN.
-
Kapan Tiongkok menjadi investor terbesar kedua di Indonesia? Tercatat pada 2013 lalu, Tiongkok sudah menempati urutan 12 kontributor penanaman modal asing (PMA) di Indonesia. Posisi ini berubah di tahun 2022 di mana negara tersebut sudah berada di urutan kedua.
“Akan terjadi fenomena over hank utang sehingga menghambat pemulihan ekonomi. Soalnya banyak uang yang tersedot, yang masuk ke kantong pemerintah,” kata dia.
“Karena pemerintah menawarkan bunga utang yang relatif tinggi daripada bunga deposito perbankan,” tambahnya.
Konsekuensi yang akan dihadapi yaitu dana stimulus penanganan Covid-19 harus dikurangi. Hal ini dikarenakan ruang fiskal yang semakin sempit akibat pemerintah akan fokus membayar cicilan pokok dan bunga utang.
“Hal ini juga akan membuat orang lebih senang memarkirkan dananya. Bahkan bank sendiri senang memarkirkan dananya di pemerintah melalui surat utang pemerintah,” imbuhnya.
Konsekuensi lainnya jika pemeirntah terus menambah utang, yakni nilai tukar Rupiah akan turun. “Kalau antara kebutuhan valas, pembiayaan utang dan bunganya tidak ketemu maka ini akan menyebabkan guncangan besar pada nilai tukar Rupiah, itu yang harus diwaspadai pemerintah,” ujarnya.
Konsekuensi terakhir, kata Bhima, Debt to Services Ratio (DSR) Indonesia akan semakin memburuk. DSR mencerminkan kemampuan suatu negara untuk membayar utang luar negeri karena DSR membandingkan beban pembayaran bunga dan cicilan pokok utang luar negeri jangka panjang dengan jumlah penerimaan ekspor.
“Jadi, banyak utang tapi bayarnya bingung karena semakin lama, DSR kita semakin memburuk. Ini indikator lain yang pemerintah jarang berikan ke publik,” katanya.
“Ini yang masalah karena pemerintah tidak mau terbuka soal DSR ini, hanya mengambil indikator yang sesuai dengan opini pemerintah saja,” tutupnya.
Kemenkeu Ungkap Dampak Jika Pemerintah Tidak Berutang Saat Ada Pandemi Corona
Wakil Menteri Keuangan RI, Suahasil Nazara, menegaskan bahwa utang yang diambil Pemerintah Indonesia merupakan bagian dari suatu proses pembangunan. Sebab, Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) saat ini tidak mampu lagi menutup kebutuhan pembiayaan dalam negeri, khususnya untuk memerangi pandemi Covid-19.
"Namun temen-temen semua belanja yang kita tambah saat ini dilakukan di tengah situasi di mana dunia usaha tidak bisa bayar pajak. Di mana kegiatan ekonominya turun, bayar pajaknya menurun. Tetapi kebutuhan belanjanya meningkat. Sehingga menciptakan defisit yang melebar. Artinya pemerintah menerbitkan utang," jelas dia dalam webinar bertajuk 'Dualisme Peran UMKM di Tengah Krisis Ekonomi Nasional', Sabtu (19/9).
Terkait dengan tidak melakukan utang, sebetulnya itu juga menjadi pilihan kebijakan pemerintah. Namun, ada sisi lain yang kemudian menjadi pertimbangan pemerintah. Bisa saja tidak melakukan utang, namun menunda kebutuhan untuk pembiayaan berbagai program pembangunan nasional atau bantuan sosial.
"Bisa tidak, tidak usah menerbitkan utang pemerintah? Bisa, tapi belanjanya mesti turun. Padahal belanja ini harus kita naikkan karena kita ingin membantu perekonomian. Ini kan jadi sesuatu pilihan kebijakan. Jadi temen temen sekalian. Kita menambah utang pada tahun ini," paparnya.
Suahasil menjelaskan, untuk mengelola keuangan negara, ada yang namanya penerimaan, belanja, pembiayaan dan juga investasi. Dari sisi penerimaan sumber terbesarnya berasal dari pajak.
Namun, saat ini penerimaan negara dari sektor pajak dinilai telah seret imbas dari pandemi Corona. "Jadi, kita berutang sekarang untuk menanggulangi kesehatan, menanggulangi UMKM, menanggulangi perlindungan sosial dan program pembangunan lainnya," imbuh dia.
Selain itu, dia memastikan penerbitan utang oleh Pemerintah juga telah dilakukan proses koordinasi bersama Bank Indonesia serta telah mendapat persetujuan dari DPR RI selaku wakil rakyat.
"Nah, kita juga ngobrol sama Bank Indonesia bisa tidak dibantu (utang). Kita juga mendapatkan pandangan dari DPR RI mengenai utang," tutupnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Utang Indonesia masih berada di bawah utang India sebesar USD629 miliar atau setara Rp9.800 triliun.
Baca SelengkapnyaDi Asia, China menempati posisi rasio utang terhadap PDB yang tertinggi mencapai 77,10 persen.
Baca SelengkapnyaJika dibandingkan dengan posisi akhir bulan Mei 2023, mengalami kenaikan Rp17,68 triliun.
Baca SelengkapnyaMayoritas utang pemerintah per Juni 2024 didominasi oleh SBN sebesar 87,85 persen, sedangkan sisanya adalah pinjaman sebesar 12,15 persen.
Baca SelengkapnyaPerkembangan ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan aliran masuk modal asing pada SBN.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi nasional yang terjaga.
Baca SelengkapnyaMenteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 sebesar 5,17 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaDalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN.
Baca SelengkapnyaVariable penilaian pada Indonesia terus mengalami peningkatan, kecuali kemampuan militer.
Baca SelengkapnyaNaiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Baca SelengkapnyaIni penjelasan Kementerian Keuangan mengenai utang baru Rp600 triliun.
Baca SelengkapnyaULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi 1,4 persen (yoy)
Baca Selengkapnya