Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Indikasi Industri Manufaktur Merosot di Era Reformasi

Indikasi Industri Manufaktur Merosot di Era Reformasi Dirut Barata Indonesia Fajar Harry Sampurno. ©handout/Ngopi BUMN

Merdeka.com - Industri manufaktur Indonesia terus menurun sejak era reformasi. Dalam 20 tahun terakhir, penurunan ini sejalan dengan tren defisit neraca perdagangan Indonesia yang makin besar.

Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero) Fajar Harry Sampurno mengatakan, salah satu alasan penurunan ini karena banyak investasi yang masuk ke Indonesia dalam bentuk paketan, di mana investor mengerjakan proyek menggunakan peralatan dan mesin yang didatangkan dari negara asal investor.

"Ini datangnya secara impor utuh," kata Fajar, di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Jumat (21/2).

Kondisi ini dimulai sejak tahun 2000-an. Berbeda dengan masa sebelum reformasi, industri manufaktur Indonesia pernah mengalami masa kejayaan di tahun 1990-an. Puncaknya pada tahun 1999-2002 yang berhasil menyumbang PDB sebesar 29,1 persen. Sementara pada 2019 hanya menyumbang 3,66 persen terhadap PDB.

Harry menuturkan dulu ada kewajiban investor yang berinvestasi di Indonesia untuk melakukan produksi di Indonesia. Hal tersebut tak lagi terjadi setelah era reformasi.

Investor Asing Melakukan Produksi di Indonesia

Untuk itu, dia menginginkan ada kewajiban bagi investor asing untuk melakukan produksi di Indonesia. Seperti yang dilakukan industri pertahanan, minimal investor melakukan proses produksi 35 di Indonesia. Sehingga, kelebihan produksi yang dibutuhkan bisa diekspor ke luar negeri.

Hal itulah yang membuat beberapa pabrik Barata Indonesia banyak yang tutup sejak tahun 2002 lantaran tak ada permintaan. Namun begitu, produk manufaktur Barata banyak di ekspor ke negara Amerika dan sebagian Meksiko. Salah satu produk unggulan Barata, yaitu bogie. Hampir 80 persen diekspor ketiga negara tersebut.

"Kita dua minggu sekali ekspor bogie," ucap Harry.

Begitu juga ekspor kontruksi untuk turbin yang banyak di kirim ke Taiwan, Sudan, UEA, Arab Saudi. Hasil produksi Barata 90 persen dikirim ke negara-negara tersebut. "Semua negara pakai produk Barata, kecuali kita. Indonesia ini lucu," kata Harry mengakhiri.

(mdk/azz)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Orang Dekat Prabowo Sebut Industri Manufaktur RI Jaya di Era Presiden Soeharto dan Jatuh di Tangan Presiden Megawati
Orang Dekat Prabowo Sebut Industri Manufaktur RI Jaya di Era Presiden Soeharto dan Jatuh di Tangan Presiden Megawati

Bambang mencatat, saat itu kontribusi sektor manufaktur mencapai 30 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Baca Selengkapnya
Target Pemerintah Keluar dari Jebakan Pendapatan Menengah Bisa Gagal Gara-Gara Ini
Target Pemerintah Keluar dari Jebakan Pendapatan Menengah Bisa Gagal Gara-Gara Ini

Tren deindustrialisasi ditandai dengan kecenderungan pelaku usaha yang memiliki modal enggan untuk berinvestasi.

Baca Selengkapnya
Indef Ungkap Penyebab Industri Keramik Tanah Air Lesu
Indef Ungkap Penyebab Industri Keramik Tanah Air Lesu

Kondisi ini dipicu lesunya industri keramik Tanah Air dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Harga Jual Jauh Lebih Murah, Produk Impor Kini Rebut Pasar Produk Lokal
Harga Jual Jauh Lebih Murah, Produk Impor Kini Rebut Pasar Produk Lokal

Dengan murahnya barang impor itu, banyak pelanggan beralih. Alhasil, semakin banyak produk impor yang masuk ke Indonesia berdasarkan pada permintaan tadi.

Baca Selengkapnya
Badai PHK Menghantui, Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan Bisa Jadi Solusi Sementara
Badai PHK Menghantui, Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan Bisa Jadi Solusi Sementara

PHK yang terjadi sebagian besar dipicu oleh krisis di berbagai lini pada sektor manufaktur.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Indonesia Diklaim Kuat tapi Ternyata Rapuh, Ini Buktinya
Ekonomi Indonesia Diklaim Kuat tapi Ternyata Rapuh, Ini Buktinya

Kinerja sektor manufaktur Indonesia justru mengalami penurunan di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diklaim tetap kuat.

Baca Selengkapnya
Ternyata Ini Penyebab Maraknya PHK Massal di Industri Tekstil
Ternyata Ini Penyebab Maraknya PHK Massal di Industri Tekstil

Sedikitnya 11.000 buruh di industri tekstil pada perusahan besar mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Akui Serbuan Barang Impor Bikin Industri Tekstil di Indonesia Terpuruk
Sri Mulyani Akui Serbuan Barang Impor Bikin Industri Tekstil di Indonesia Terpuruk

Sri Mulyani menyebut anjloknya kinerja tekstil domestik dan PHK massal akibat dari serbuan barang impor.

Baca Selengkapnya
Banyak Usaha Keramik Dalam Negeri Bangkrut, Ternyata Ini Penyebabnya
Banyak Usaha Keramik Dalam Negeri Bangkrut, Ternyata Ini Penyebabnya

Produk ubin keramik dari China sendiri diberikan insentif tax refund sebesar 14 persen oleh pemerintahnya.

Baca Selengkapnya
Marak Produk Impor Dijual Murah, Industri Petrokimia Hadapi Tantangan Besar
Marak Produk Impor Dijual Murah, Industri Petrokimia Hadapi Tantangan Besar

Potensi investasi senilai Rp437 triliun di sektor petrokimia juga terancam mandek akibat kekacauan pasar domestik.

Baca Selengkapnya
FOTO: Daya Beli Masyarakat Kelas Menengah Turun, Ini Faktor Pemicunya
FOTO: Daya Beli Masyarakat Kelas Menengah Turun, Ini Faktor Pemicunya

BI mengeluarkan data berdasarkan survei konsumen bahwa daya beli masyarakat menurun, khususnya pada kelompok kelas menengah.

Baca Selengkapnya
Gapensi Beberkan Tantangan Usaha Sektor Konstruksi: Kurs Rupiah Melemah dan Harga Bahan Baku Naik
Gapensi Beberkan Tantangan Usaha Sektor Konstruksi: Kurs Rupiah Melemah dan Harga Bahan Baku Naik

"Ketika nilai Rupiah melemah, harga bahan baku impor seperti besi, baja, semen, dan alat-alat berat yang diimpor akan meningkat," ucap Andi.

Baca Selengkapnya