Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Indocement Catatkan Laba Rp1,8 Triliun Sepanjang 2020

Indocement Catatkan Laba Rp1,8 Triliun Sepanjang 2020 Semen. ©2012 Merdeka.com/dwi narwoko

Merdeka.com - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk atau Indocement mencatatkan laba tahun berjalan sebesar Rp1,806 triliun sepanjang 2020. Capaian laba ini turun tipis 1,6 persen dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,835 triliun sebagai dampak pandemi Covid-19. Namun demikian, penurunan persentase laba tersebut lebih rendah dibandingkan dengan penurunan persentase total pendapatan yang disebabkan terutama oleh upaya penghematan biaya berkelanjutan.

Pendapatan neto perusahaan menurun 11 persen menjadi Rp14,1 triliun dibanding 2019 lalu yang mencapai Rp15,9 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh kombinasi dari volume lebih rendah dan harga jual rata-rata campuran (konsolidasi) yang lebih rendah.

"Walaupun harga jual semen rata-rata domestik sebenarnya dapat dipertahankan naik tipis sebesar 1 persen dibandingkan tahun lalu," ucap Presiden Direktur PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Chistian Kartawijaya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (19/3).

Orang lain juga bertanya?

Beban pokok pendapatan pada tahun 2020 turun 13,1 persen dari Rp10,4 triliun menjadi Rp9 triliun sebagai dampak dari penurunan volume penjualan dan keseluruhan harga batubara yang lebih rendah di tahun 2020. Penurunan juga terjadi karena adanya upaya penghematan yang berkelanjutan atas biaya produksi terutama biaya energi seperti peningkatan penggunaan bahan bakar alternatif (tahun 2019 sebesar 7,4 persen dibanding 2020 sebesar 9,3 persen) dan batubara dengan nilai kalori rendah (tahun 2019 sebesar 69 persen dibanding tahun 2020 sebesar 80 persen) serta penerapan kebijakan hanya menjalankan kiln-kiln yang paling efisien.

"Hasilnya, marjin laba bruto meningkat 1,6 persen menjadi 36,1 persen pada tahun 2020 dibanding tahun lalu sebesar 34,5 persen walaupun terjadi penurunan nilai Rupiah sebesar 7,0 persen dari Rp5,5 triliun menjadi Rp5,1 triliun," katanya.

Saat bersamaan, perusahaan membukukan volume keseluruhan penjualan domestik (semen dan klinker) sebesar 16,926 juta ton pada tahun 2020 atau lebih rendah 1,9 juta ton atau minus 10,1 persen dari tahun 2019. Volume domestik hanya untuk semen tercatat di angka 16,218 juta ton atau lebih rendah 1,63 juta ton atau sebesar 9,1 persen.

"Capaian ini lebih baik dari penurunan permintaan semen domestik nasional sebesar 10,4 persen sehingga pangsa pasar Perusahaan meningkat dari 25,5 persen di tahun 2019 menjadi 25,8 persen di tahun 2020," jelasnya.

Pangsa pasar Indocement di Jawa dan luar Jawa mengalami pertumbuhan dari tahun lalu, di mana untuk Jawa meningkat 70 bps dari 34,1 persen menjadi 34,8 eprsen dan luar Jawa meningkat 80 bps dari 14,5 persen menjadi 15,3 persen.

Tantangan Tahun 2020

Dia mengakui, tahun 2020 memberikan tantangan yang sangat berbeda dari tahun-tahun yang pernah dijalani. Sejak awal tahun, industri semen dilanda dengan lebatnya musim hujan sekitar dua bulan kemudian disusul oleh dampak pandemi Covid-19.

Keseluruhan pertumbuhan ekonomi termasuk industri semen berada pada titik terendah selama triwulan ke-2 saat awal pandemi dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang ketat. Kemudian pemulihan mulai terjadi secara gradual di paruh kedua tahun 2020, walau relatif lambat yang disebabkan oleh kasus baru Covid-19 harian yang masih meningkat seiring dengan berjalannya pembatasan mobilitas.

Pada awal tahun 2021, industri semen masih tertekan karena siklus tahunan musim hujan termasuk meningkatnya kasus baru pasca libur akhir tahun, namun dengan cuaca yang lebih kering dan kecenderungan penurunan kasus baru harian belakangan ini, termasuk proses vaksinasi yang sudah mulai berjalan sejak Januari, industri semen sudah mulai menunjukkan peningkatan permintaan semen dimana pada bulan Februari telah bertumbuh positif 1 persen YoY untuk pertama kalinya sejak Pandemi.

"Kami yakin dengan adanya beberapa kebijakan yang baru diterbitkan oleh Pemerintah seperti pembentukan sovereign wealth funds (SWF), kebijakan kredit kepemilikan rumah (KPR) bunga rendah, dan PPN 0 persen untuk kepemilikan rumah jenis tertentu yang pastinya merupakan katalis positif bagi industri semen, pertumbuhan konsumsi semen yang lebih kuat akan terjadi pada semester ke-2 tahun ini, khususnya semen curah dengan dimulainya beberapa proyek besar baik infrastruktur, pembangunan pabrik-pabrik baru, proyek smelting dan pembangunan kawasan industri dan pariwisata baru serta proyek-proyek perumahan dari berbagai developer," tutupnya.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Indocement Raup Untung Rp1,9 Triliun di 2023, Ini Faktor Penyumbangnya
Indocement Raup Untung Rp1,9 Triliun di 2023, Ini Faktor Penyumbangnya

Selain itu, perusahaan membukukan volume penjualan keseluruhan (semen dan clinker) sebesar 19,3 juta ton pada 2023.

Baca Selengkapnya
Unilever Indonesia Raup Untung Rp2,8 Triliun di Semester I-2023, Ini Faktor Penyumbangnya
Unilever Indonesia Raup Untung Rp2,8 Triliun di Semester I-2023, Ini Faktor Penyumbangnya

Inflasi dan biaya hidup berdampak signifikan terhadap kebiasaan belanja konsumen. Ini berdampak pada keuangan Unilever Indonesia.

Baca Selengkapnya
Ternyata Ini Penyebab Anjloknya Ekspor Nikel Indonesia
Ternyata Ini Penyebab Anjloknya Ekspor Nikel Indonesia

Volume ekpor nikel tahun 2023 sebanyak 126,0 juta ton dan juga mengalami penurunan 14,06 persen secara bulanan.

Baca Selengkapnya
Harga Komoditas Anjlok, APBN Defisit Rp21,8 Triliun di Mei 2024
Harga Komoditas Anjlok, APBN Defisit Rp21,8 Triliun di Mei 2024

Realisasi pendapatan negara pada Mei 2024 tersebut anjlok 7,1 persen secara year on year (yoy).

Baca Selengkapnya
Laba Astra Turun 9 Persen di Semester 1-2024, Ternyata Ini Penyebabnya
Laba Astra Turun 9 Persen di Semester 1-2024, Ternyata Ini Penyebabnya

Astra tetap optimis kinerja sisa tahun 2024 tetap resilien.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani: APBN Tekor Rp93,4 Triliun di Juli 2024
Sri Mulyani: APBN Tekor Rp93,4 Triliun di Juli 2024

APBN pada Juli mengalami defisit Rp93,4 triliun atau 0,41 persen dari PDB.

Baca Selengkapnya
Ekspor Produk Indonesia Turun di November 2023, Nilainya USD 22 Miliar
Ekspor Produk Indonesia Turun di November 2023, Nilainya USD 22 Miliar

Nilai ekspor migas turun tipis 0,29 persen dengan nilai ekspor USD20,72 miliar.

Baca Selengkapnya
Ekspor Indonesia Anjlok, Juni 2023 Hanya Rp302,33 Triliun
Ekspor Indonesia Anjlok, Juni 2023 Hanya Rp302,33 Triliun

Kinerja ekspor Juni 2023 anjlok, hanya Rp302,33 triliun.

Baca Selengkapnya
Harga Komoditas Anjlok, Ekspor 2023 Diperkirakan Tak Setinggi Tahun Lalu
Harga Komoditas Anjlok, Ekspor 2023 Diperkirakan Tak Setinggi Tahun Lalu

Tren harga sejumlah komoditas di pasar internasional mengalami kemerosotan.

Baca Selengkapnya
Nilai Impor Indonesia Anjok di Agustus 2024
Nilai Impor Indonesia Anjok di Agustus 2024

Impor migas mencapai USD 2,65 miliar atau turun 25,56 persen secara bulanan,

Baca Selengkapnya
Impor Indonesia di Desember 2023 Turun, Nilainya Hanya USD 19,11 Miliar
Impor Indonesia di Desember 2023 Turun, Nilainya Hanya USD 19,11 Miliar

Impor barang modal mengalami persentase penurunan terdalam yaitu turun sebesar 10,51 persen.

Baca Selengkapnya
Data BPS: Impor Indonesia Tembus USD 16,06 Miliar pada April 2024
Data BPS: Impor Indonesia Tembus USD 16,06 Miliar pada April 2024

Angka ini mengalami penurunan dari Maret 2024 atau bulan sebelumnya.

Baca Selengkapnya