Indonesia akan segera memiliki pabrik ban pesawat pertama
Merdeka.com - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menggandeng BUMN asal China untuk mendirikan pabrik ban pesawat pertama di Indonesia. Nantinya Garuda akan membentuk anak usaha baru dan akan segera direalisasikan maksimum dalam kurun waktu enam bulan ke depan.
Direktur utama Garuda, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra menyebutkan perusahaan asal negeri tirai bambu tersebut menanamkan investasi sebesar 500 juta USD. Kerja sama ini telah diresmikan pada momen pertemuan tahunan Bank Dunia di Bali pada beberapa waktu ke belakang.
Pria yang akrab disapa Ari ini menyebutkan hal ini merupakan salah satu strategi Garuda dalam pengembangan atau ekspansi bisnis.
-
Siapa yang memiliki mobil bernama Garuda? Ilmuwan ini memiliki kendaraan kesayangannya. Bahkan ia menamai kendaraan tersebut sebagai Garuda.
-
Kenapa Garuda Mataram dibuat? Akibat PT Piola bangkrut, pemerintah Presiden Soeharto memutuskan kebijakan penyelamatan dan membentuk perusahaan baru untuk mengelola VW di Indonesia.
-
Apa nama pesawat angkut pertama Indonesia? Pesawat DC-3 Dakota kemudian diberi nama 'Seulawah'.
-
Dimana pabrik itu akan dibangun? Arkeolog di Jepang menemukan timbunan sekitar 100.000 koin di Kota Maebashi, sekitar 100 kilometer barat laut Tokyo.
-
Siapa yang meresmikan pabrik Wuling di Indonesia? Pada tanggal 11 Juli 2017, peresmian pabrik ini diadakan dengan kehadiran mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla.
-
Kapan Indonesian Airways berdiri? Akhirnya pada 26 Januari 1949 berdirilah sebuah perusahaan maskapai yang bernama Indonesian Airways yang menggunakan DC-3 Dakota.
"Ban vulkanisir untuk pesawat, jadi kita di Indonesia kan belum ada nah kita sudah dapat investor dari China enilai 500 juta USD, kita sudah teken (tanda tangan) kemarin di forum IMF," kata Ari saat ditemui di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali, ditulis Selasa (22/10).
Selama ini Garuda memang sudah memiliki anak usaha bergerak di bidang perawatan pesawat yaitu PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia Tbk. Namun perusahaan tersebut tidak mencakup manufakturing.
"Kalau GMF kan beli impor dari luar belum manufaktur, gak ada yang manufaktur ban pesawat di Indonesia. Bisnisnya sendiri di Indonesia belum ada pabrik maunfaktir ban pesawat padahal karetnya (bahan mentahnya) ada disini, penggunanya banyak disini, kenapa kita gak punya ? Kenapa kita harus impor," ujarnya.
Saat ini, lanjutnya, pihaknya sedang melakukan penjajakan dengan beberapa perusahaan vulkanisia ban ternama diantaranya Bridgestone dan Dunlop. "Lagi di tahap akhir (pembicaraannya)," ungkapnya.
Selain Garuda dan Citilink, nantinya maskapai lain pun bisa menjadi konsumen ban tersebut.
Sebab, kata Ari, harga ban pesawat tersebut disinyalir akan jauh lebih murah dengan ban pesawat impor namun dengan kualitas yang sama.
Harga murah tersebut didapat dari hasil pemangkasan bea masuk inmpor dan bea pengapalan atau pengiriman barang via kapal. "Akan lebih murah kalau ada di dalam negeri itu gak akan kena biaya impor terus kemudian gak kena biaya pengapalan, pasti lebih murah minimum 30 persen," tutupnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Garuda Indonesia akan menerima sejumlah keuntungan jika bergabung dengan InJourney.
Baca SelengkapnyaGaruda Indonesia akan menerima sejumlah benefit jika bergabung dengan InJourney. Khususnya dalam melakukan efisiensi kinerja perseroan.
Baca SelengkapnyaCapaian itu menjadi kali pertama bagi Garuda Indonesia pasca-selesainya proses restrukturisasi pada akhir 2022.
Baca SelengkapnyaGaruda Indonesia Group menyiapkan 570 penerbangan tambahan atau extra flight dalam rangka menyambut musim mudik Lebaran 2024.
Baca SelengkapnyaPT Chery Sales Indonesia (CSI) jadi salah satu produsen yang memang memiliki rencana untuk mendirikan pabrik di Tanah Air
Baca SelengkapnyaSetelah merger PT Angkasa Pura Indonesia resmi menjadi operator bandar udara terbesar nomor lima dunia.
Baca SelengkapnyaRute penerbangan langsung menjadi komitmen Garuda Indonesia untuk memenuhi kebutuhan konektivitas.
Baca SelengkapnyaPengembangan SAF merupakan salah satu upaya Pertamina dalam transisi energi, sekaligus mencapai target Net Zero Emission (NZE) 2060.
Baca SelengkapnyaDengan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai melalui penggunaan kemasan ramah lingkungan ini, diharapkan dapat menurunkan emisi karbon.
Baca SelengkapnyaProdusen menyanggupi permintaan pemerintah Indonesia untuk memproduksi kendaraan listrik dengan kapasitas 600.000 di 2030.
Baca SelengkapnyaInvasi mobil Tiongkok semakin deras ke Indonesia. Yuk simak!
Baca SelengkapnyaPenerbangan perdana ini menggunakan pesawat Airbus A321-Neo dan akan beroperasi lima hari dalam sepekan.
Baca Selengkapnya