Indonesia Bakal Hidup Bersama Covid-19, Seberapa Siap APBN?
Merdeka.com - Para ahli menyebutkan kondisi pandemi Covid-19 tidak mungkin berakhir, namun potensi menjadi endemi bisa terjadi. Menghadapi tantangan tersebut, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan, instrumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan dibuat responsif dan fleksibel untuk menghadapi tantangan endemi.
Instrumen APBN tidak hanya akan digunakan untuk menangani sektor ekonomi semata. Melainkan juga didorong untuk penanganan dan pencegahan Covid-19 seperti vaksinasi dan insentif kepada tenaga kesehatan.
"Kita siapkan budgetnya di dalam APBN kita. Bukan hanya vaksin saja. Kita tahu bahwa tenaga kesehatan harus kuat," kata Febrio di Jakarta, Jumat (10/9).
-
Siapa yang khawatir tentang kemungkinan pandemi berikutnya? Salah satu orang terkaya dunia, Bill Gates telah mengingatkan publik selama beberapa dekade terakhir mengenai sejumlah ancaman serius. Dia menyebutkan bahwa bencana iklim hingga kemungkinan serangan siber besar akan menjadi ancaman serius bagi umat manusia di bumi, tetapi itu bukan yang utama. Dia menyebut, ada dua ancaman terbesar yang mengkhawatirkan Bill Gates. Kedua ancaman terbesar tersebut adalah kemungkinan terjadinya perang besar akibat ketidakstabilan global saat ini dan kemungkinan pandemi berikutnya dalam 25 tahun ke depan.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
-
Bagaimana BRI mengelola resiko di tengah pemulihan? Kendati demikian untuk memperkuat kondisi yang semakin membaik, pihaknya menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko.
-
Bagaimana polisi dapat berkontribusi dalam penanganan Covid-19? Operasi Aman Nusa II menjadi studi kasus utama yang memperlihatkan bagaimana kepolisian, dengan sumber daya dan kapasitasnya, dapat berkontribusi signifikan terhadap penanganan krisis kesehatan publik.
Sepanjang tahun 2020-2021, tenaga kesehatan yang menangani kasus Covid-19 telah mendapatkan insentif. Di masa depan, Febrio ingin insentif tersebut bersifat berkelanjutan dan lebih permanen.
"Nah karena ini sudah akan berkelanjutan, kita coba lihat bagaimana bentuk insentif dari nakes sini harusnya agak lebih permanen lagi sesuai dengan kondisi dari endemi tersebut," jelas Febrio.
Dia melanjutkan ada pelajaran yang bisa diambil selama satu setengah tahun di tengah pandemi. Saat ini masyarakat sudah mulai melakukan kebiasaan baru dan akan menjadi bagian dari kebiasaan hidup baru ke depan.
Menurut Febrio, ini merupakan modal penting sehingga masyarakat itu semakin siap jika ternyata ada varian baru lagi yang melanda. Harapannya, kasus penularan yang terjadi tidak terlalu tinggi, sektor kesehatannya semakin siap, tenaga kesehatan juga siap. Pun dengan rumah sakitnya dan stok oksigen dan peralatan medis penunjang lainnya juga lebih siap.
"Kita harus segera siap menangani kesehatannya, menangani pandemi, dan juga siap menangani masyarakat yang terdampak rentan, dan juga pengusaha-pengusaha kecil UMKM. Ini yang kita akan fokuskan ke depan," tegas Febrio.
APBN Akomodir Ketidakpastian di Masa Depan
Pemerintah tengah menyiapkan langkah-langkah untuk hidup berdampingan dengan Covid-19 dan bertransisi dari pandemi menjadi endemi. Termasuk melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 karena virus corona tidak bisa dihilangkan tetapi bisa dikendalikan.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan APBN harus siap merespon dinamika, kususnya pada sektor kesehatan dan perlindungan sosial. Alokasi belanja pada APBN 2022 pun tetap dirancang untuk pemulihan namun juga fleksibel untuk mengakomodir ketidakpastian ke depan.
"Program perlinsos kita mulai dari PKH, Bansos dan sebagainya itu harus tetap siap. Nah itu membuat APBN kita memang dalam konteks endemi ini harus tetap fleksibel dan harus tetap responsive," kata Febrio di Jakarta, Jumat (10/9).
Dia menjelaskan dampak dari pandemi ini yang diperkirakan menjadi endemi membutuhkan kesiapan bila suatu waktu ada varian baru. Hal tersebut akan berdampak pada aktivitas ekonomi harus dibatasi lagi.
Pada saat itu, maka masyarakat akan terdampak hidupnya khususnya dari sisi perekonomian. Masyarakat yang tadinya bisa bekerja menghasilkan penghasilan, tapi karena pembatasan mobilitas, kehidupannya jadi terdampak.
"Inilah yang kita bayangkan hidup dengan endemi itu. Sehingga fleksibilitas yang terjadi di masyarakat itu akan menjadi modal yang sangat kuat bagi kita sebagai suatu bangsa dan sebagai suatu perekonomian," kata dia.
Dalam konteks itu, Febrio menegaskan pemerintah akan memberikan perlindungan bagi masyarakat miskin dan rentan. Sebab, kelompok masyarakat tersebut yang akan terdampak paling besar dari pembatasan-pembatasan mobilitas tersebut.
"APBN-nya pun siap untuk antisipatif dan fleksibel untuk melakukan refocusing dan realokasi begitu ada kebutuhan untuk mengantisipasi resiko penularan-penularan baru yang mungkin akan tinggi," kata dia.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Apalagi kata Royke, IMF dan World Bank memperkirakan rata-rata pertumbuhan ekonomi global akan lebih rendah dibandingkan periode sebelum pandemi.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi meneken Perpres ini 4 Agustus 2023.
Baca SelengkapnyaPemerintah perlu melanjutkan kebijakan konsolidasi fiskal dengan menjaga defisit.
Baca SelengkapnyaIndonesia berupaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia tetap akan menjalankan bauran kebijakan untuk menjaga geliat ekonomi nasional di tengah situasi tak menentu saat ini.
Baca SelengkapnyaAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dirancang sebagai alat untuk menyerap berbagai shock absorber.
Baca SelengkapnyaHal itu didukung oleh kondisi dari APBN kebijakan fiskal, kebijakan moneter dari Bank Indonesia dan sektor keuangan yang stabil.
Baca SelengkapnyaThe Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75-5,00 persen.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaDisertasinya berjudul ‘Telaah Kebijakan Publik atas Peran DPR Mengintegrasikan Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Postur APBN untuk Penanganan Pandemi Covid-19.
Baca Selengkapnya