Indonesia Berkesempatan Besar jadi Produsen Udang Dunia
Merdeka.com - Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad, Yudi Nurul Ihsan menyebut, Indonesia punya kesempatan besar menjadi negara produsen udang di dunia. Apalagi udang saat ini memiliki nilai cukup tinggi dan menjadi primadona bagi negara-negara lain.
Dia menyampaikan, konsumsi udang beberapa negara maju seperti Jepang, China, Amerika Serikat, dan Eropa sejauh ini terus meningkat. Di mana pertumbuhan penambahan konsumsi dari negara-negara maju tersebut mencapai 4 sampai 6 persen per tahun.
"Ini saya kira menjadi kesempatan yang buat kita sehingga kita bisa menjadi produsen untuk kebutuhan udang-udang dunia," kata dia dalam diskusi Terobosan Kuasai Pasar Udang Dunia, Rabu (2/9).
-
Dimana spesies udang ini ditemukan? Spesies baru udang ditemukan merayap di tengah batu karang di dasar laut berbatu di pulau terpencil di Jepang, Miyake.
-
Kenapa kepala udang bermanfaat? Kepala udang seringkali dianggap sebagai sisa atau bagian yang tidak berguna dari udang. Namun, sebenarnya kepala udang memiliki banyak manfaat kesehatan yang tidak boleh diabaikan.
-
Dimana dendeng ikan manis Indramayu banyak diproduksi? Saat ini, dendeng ikan manis banyak diproduksi oleh warga Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur dan dikirim hingga ke luar kota.
-
Kenapa Udang Balon semakin populer? Resep gorengan ini juga bisa dijadikan lauk dan kini sedang viral di media sosial.
-
Apa manfaat kepala udang? Berikut, berbagai manfaat kepala udang untuk kesehatan, bisa disimak. Manfaat Kepala Udang Pertama, akan dijelaskan manfaat kepala udang untuk kesehatan. Kepala udang seringkali dianggap sebagai sisa atau bagian yang tidak berguna dari udang. Namun, sebenarnya kepala udang memiliki banyak manfaat kesehatan yang tidak boleh diabaikan.
-
Apa yang banyak dipanen di Indonesia? Tanaman yang banyak dipanen di Indonesia (4 huruf) - PADI
Namun dia memahami, pasokan udang Indonesia ke China saat ini masih berada dalam jumlah kecil. Akan tetapi tidak menutup peluang, ke depan komoditas ini bisa tumbuh dan menjadi pemain besar di dunia.
"Harus menjadi target bahwa ke depan udang dari kita yang harus menjadi utama dan kebutuhannya. Ke depan terus akan besar dan ini adalah peluang yang cukup besar buat kita," jelas dia.
Pemerintah sendiri saat ini tengah mengejar target pemunuhan ekspor 2 juta ton pada 2024. Komitmen itu ditujukan melalui beberapa upaya dan program mulai dari revitalisasi tambak hingga pengembangan shrimp estate.
"Kalau saya boleh berpendapat 250 persen pertumbuhan udang itu mungkin bukan hanya sekedar tujuan akhir. Tetapi itu menjadi semacam jalan atau menjadi semacam rel untuk menuju visi Indonesia emas tahun 2045," jelasnya.
Peringkat Indonesia Sebagai Eksportir Produk Perikanan Dunia Meningkat
Pandemi Covid-19 diklaim sebagai penyebab utama disrupsi perdagangan dunia saat ini, tidak terkecuali perdagangan produk perikanan dimana total nilai ekspor produk perikanan global mencapai USD152 miliar atau turun 7% dibanding 2019.
Namun, di saat seluruh eksportir utama produk perikanan juga mengalami penurunan nilai ekspor, kabar baiknya ekspor produk perikanan Indonesia justru mengalami peningkatan dan Indonesia naik 2 peringkat menjadi berada di posisi 8 sebagai eksportir utama produk perikanan dunia tahun 2020.
Berdasarkan data yang dirilis oleh ITC Trademap, nilai ekspor produk perikanan Indonesia tahun 2020 mencapai USD5,2 miliar atau tumbuh positif 5,7% dibandingkan tahun 2019. Berbanding terbalik dengan Indonesia, sebagian besar negara eksportir utama produk perikanan dunia mengalami penurunan cukup siginifikan dibanding 2019, seperti Tiongkok turun 7,8%, Norwegia turun 7,5%, Vietnam turun 2,1%, India turun 15,1%, Thailand turun 2,2%, dan Ekuador turun 1,5%.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti mengungkapkan, peningkatan peringkat eksportir Indonesia ini merupakan pencapaian yang luar biasa hasil kolaborasi intensif antara eksportir, pemerintah dan seluruh stakeholders yang terlibat.
"Indonesia yang memiliki sumber daya perikanan melimpah telah bergerak untuk menyuplai produk perikanan bergizi yang sangat diperlukan masyarakat global di masa pandemi Covid-19. Kenaikan peringkat Indonesia sebagai eksportir utama dunia merupakan kerja keras antara eksportir, pemerintah dan seluruh stakeholders yang terlibat yang secara bersama-sama saling bahu membahu untuk bangkit dimasa pandemi ini," kata Artati saat menyampaikan perkembangan ekspor produk perikanan Indonesia di Jakarta (15/8/2021).
Pada kesempatan yang sama, Artati juga menjelaskan Amerika Serikat, Jepang dan Tiongkok masih menjadi tujuan utama ekspor produk perikanan dunia dengan rata-rata nilai ekspor tahun 2016-2020 masing-masing sebesar USD23,08 miliar, USD15,26 miliar dan USD13,80 miliar. Dalam kurun waktu tersebut, trend impor Amerika Serikat dan Tiongkok cenderung positif dengan peningkatan masing-masing sebesar 2,5% dan 15,5%, sedangkan impor Jepang mengalami penurunan sebesar 1,4%. Lebih lanjut, pangsa pasar produk perikanan Indonesia di ketiga pasar utama dimaksud mengalami peningkatan 4,6%, 1,3% dan 6,2%.
Jika dilihat berdasarkan komoditasnya berdasarkan data ITC Trademap, Udang masih menjadi komoditas unggulan disusul Tuna – Cakalang (TCT) dan Cumi – Sotong – Gurita (CSG), Rajungan – Kepiting dan Rumput Laut. Selama tahun 2020, nilai ekspor Udang Indonesia mencapai USD2,04 miliar atau 8,8% terhadap nilai impor total Udang dunia. Sedangkan, TCT sebesar USD724 juta (5,0%), CSG sebesar USD509 juta (6,0 %), Rajungan – Kepiting sebesar USD368 juta (6,8 %) dan Rumput Laut sebesar USD280 juta (11,4 %).
Direktur Pemasaran, Ditjen PDSPKP KKP, Machmud mengungkapkan, kinerja tersebut merujuk data sementara Badan Pusat Statistik (BPS) 480 kode HS 8 digit produk perikanan.
"Secara kumulatif periode Januari–Juni 2021, nilai ekspor produk perikanan mencapai USD2,6 miliar atau naik 7,3% dibanding periode yang sama tahun 2020 dengan surplus neraca perdagangan sebesar USD2,3 miliar atau naik 6,4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan hingga akhir tahun ini, nilai ekspor produk perikanan ditargetkan USD6,05 miliar. Sehingga Juni ini telah tercapai 43 persen dari target tahun ini," terang Machmud.
Machmud menyampaikan, nilai ekspor produk perikanan pada bulan Juni 2021 mencapai USD464,2 juta atau naik 24,3% dibanding Mei 2021. Angka ini juga meningkat 17,7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
"Ini menunjukkan bahwa sektor kelautan dan perikanan bisa menjadi pengungkit ekonomi sekaligus peluang di masa pandemi," sambungnya.
Adapun negara tujuan ekspor komoditas perikanan di antaranya Amerika Serikat (AS) yang membukukan transaksi sebesar USD1,1 miliar atau 44,4% dari total nilai ekspor. Disusul Tiongkok sebesar USD382,9 juta atau 14,8% dari nilai ekspor total dan Jepang sebesar USD278,9 juta (10,8%). Kemudian negara-negara ASEAN sebesar USD270,1 juta (10,4%), Uni Eropa sebesar USD132,0 juta (5,1%), dan Australia sebesar USD55,2 juta (2,1%).
"Dari data ini juga terlihat bahwa produk-produk kita diburu oleh negara-negara maju," jelas Machmud.
Machmud menjabarkan Udang menjadi komoditas ekspor utama Indonesia. Nilai ekspor komoditas ini mencapai USD1 miliar atau 40,1% terhadap total nilai ekspor. Kemudian Tuna – Cakalang – Tongkol sebesar USD334,7 juta (12,9%), Cumi – Sotong – Gurita sebesar USD268,6 juta (10,4%), Rajungan – Kepiting sebesar USD256,6 juta (9,9%), Rumput Laut sebesar USD144,6 juta (5,6%) dan Layur sebesar USD44,2 juta (1,7%).
"Udang termasuk sebagai program prioritas Menteri Trenggono dan Presiden Jokowi. Jadi ini sudah tepat mengingat permintaan dunia yang tinggi," kata Machmud.
Lebih lanjut, Machmud mengatakan bahwa keaktifan KKP melalui Ditjen PDSPKP dalam berbagai perundingan penurunan hambatan tarif dan non tarif dalam forum bilateral, regional maupun multilateral menjadi salah satu upaya dalam mendorong peningkatan ekspor produk perikanan. "Berbagai perundingan diantaranya cross cutting issues Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), ketentuan Marine Mammal Protection Act (MMPA) Komoditas Tuna dan Rajungan, Joint Feasibility Study Group (JFSG) Free Trade Agreement dan sebagainya," ujar Machmud.
Upaya lainnya, tambah Machmud, memperkuat branding produk perikanan Indonesia di pasar global dengan tagline "Indonesia Seafood: Naturally, Diverse, Safe and Sustainable". "Branding produk ini yang kita bawa dalam berbagai promosi produk perikanan di pasar luar negeri seperti Eastfood Indonesia Expo-Virtual Seafood Show 2021, World Expo 2020 Dubai," terang Machmud.
Sementara itu, Produk Domestik Bruto (PDB) Perikanan di triwulan kedua 2021 melonjak hingga 9,69 persen. Kontribusi PDB Perikanan pada perekonomian nasional pada triwulan kedua 2021 sebesar Rp118 triliun, naik dari triwulan sebelumnya Rp109 triliun. Kenaikan ini menandakan sektor perikanan menggeliat meski pandemi Covid-19 belum berakhir.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
42 ton pakan udang, 8 juta ekor benur, dan 400 ekor induk udang dengan total nilai ekonomi mencapai Rp. 1,66 Miliar dikirimkan.
Baca SelengkapnyaBudidaya udang di Indonesia masih pakai cara tradisional.
Baca SelengkapnyaDari sudut pandang bisnis, ongkos produksi udang di Indonesia masih cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaUdang hidup yang dilelang tersebut tergolong premium.
Baca SelengkapnyaSelain dinikmati segar, udang sering diolah menjadi berbagai bentuk penyedap untuk memberikan cita rasa gurih pada masakan.
Baca SelengkapnyaIkan sidat tengah menjadi komoditas ekspor yang makin diminati.
Baca SelengkapnyaMenteri Trenggono mengajak Turki untuk pengembangan budidaya ikan Tuna di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPeningkatan PNBP perikanan tangkap dikarenakan standar operasional prosedur (SOP) yang dijalankan sangat efektif, untuk memberi layanan terbaik.
Baca SelengkapnyaCapaian Indonesia ini menggeser posisi Singapura dan Belanda.
Baca SelengkapnyaUnagi atau japanese eel yang sering ada di restoran sushi Jepang ternyata banyak yang berasal dari Cilacap.
Baca SelengkapnyaEkspor ikan Indonesia ke Uni Eropa didominasi oleh komoditas tuna, tongkol, dan cakalang dengan kontribusi sebesar 30,3 persen.
Baca SelengkapnyaProgram SMART-Fish 3 dimaksudkan memperkuat produksi, standar mutu, diversifikasi produk, dan peluang pasar produk udang dan rumput laut.
Baca Selengkapnya