Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Indonesia Bisa Contoh Libya Kejar Target Produksi Satu Juta Barel Minyak per Hari

Indonesia Bisa Contoh Libya Kejar Target Produksi Satu Juta Barel Minyak per Hari Ilustrasi Migas. shutterstock.com

Merdeka.com - Pemerintah menargetkan produksi satu juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar gas kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang. Ada beberapa syarat yang harus dilakukan agar target tersebut bisa tercapai.

Syarat tersebut yaitu peningkatan iklim berusaha, kesucian kontrak (sanctity of contract), dan peraturan yang saling mendukung dinilai menjadi syarat untuk memperbaiki tata kelola hulu migas demi meningkatkan investasi hulu migas di Indonesia.

Tenaga Ahli Komite Pengawas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Nanang Abdul Manaf mengatakan, Indonesia bisa mencontoh negara-negara yang berhasil meningkatkan produksi migasnya setelah melakukan sejumlah persyaratan tersebut, yaitu Libya, Mesir, dan Malaysia.

Orang lain juga bertanya?

"Indonesia dapat belajar dari pengalaman negara-negara itu. Saat terjadi revolusi Arab Spring, Lybia masih melakukan impor minyak, tetapi sekarang mereka telah menjadi eksportir minyak. Begitu pula, Kolombia dan Malaysia, kedua negara itu melakukan perubahan radikal pada sistem tata kelola migas, misalnya untuk lapangan marginal dibuat sesimpel mungkin sehingga menarik investor untuk masuk ke lapangan marginal maupun lapangan kecil," katanya saat menjadi pembicara dalam forum group discussion (FGD) bertema "Tata Kelola Hulu Migas dalam Mendukung Pencapaian Target Produksi" dikutip dari Antara, Jumat (27/11).

Reformasi tata kelola migas di negara Mesir dan Kolumbia, kata Nanang, terjadi sangat dramatikal, karena setelah dilakukan perbaikan-perbaikan maka hanya butuh waktu tiga tahun untuk membuat produksi negara tersebut meningkat pesat. Stakeholders collaboration telah dilakukan di negara lain sehingga mampu membangun iklim investasi migas yang menarik investor.

Hal yang sama, lanjutnya, harus dilakukan Indonesia, yang tercermin dari kebijakan, regulasi dan praktik-praktiknya. Paling mudah, jika sektor ini dianggap vital dan penting, maka saat sektor migas berhadapan dengan sektor lain, maka sektor migas akan menjadi prioritas.

"Misalnya, lokasi migas terdapat perkebunan atau pertambangan dan lainnya, maka yang diprioritaskan adalah pembebasan lahan untuk migas. Hal-hal semacam ini dilakukan di negara lain termasuk Mesir. Keunggulan di Mesir adalah kesucian kontrak PSC-nya disepakati. Tidak ada institusi lain yang bisa men-challenge, sehingga dalam waktu 30 tahun hak-hak investor yang ada di kontrak PSC di Mesir dilindungi," kata Nanang.

Aspek yang Harus Dibenahi

Sementara itu, pengamat energi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Mukhtasor mengatakan dalam rangka meningkatkan daya saing, ada tiga aspek yang harus dibenahi, yaitu legal, finance, dan operasi, kemudian fokus pada aspek governance, risks, dan compliance. "Penekanan governance agar tercipta tata kelola hulu migas yang akuntabel, transparan dan partisipatif. Untuk mencapai hal ini butuh kekuatan pada aspek kepemimpinan, informasi, dan strategi yang tepat," katanya.

Mukhtasor menegaskan tata kelola harus diperbaiki, termasuk UU Migas-nya. Keterlambatan revisi UU migas menunjukkan industri ini tidak menjadi prioritas negara, yang seharusnya sejak Mahkamah Konstitusi mengambil keputusan, sudah segera ada UU yang baru.

Sedangkan, pengamat energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi memaparkan pentingnya sinergi dan kolaborasi antarpemangku kepentingan dalam mewujudkan tata kelola hulu migas yang baik di Indonesia.

Masing-masing ego sektoral yang berbeda disingkirkan dan kemudian, untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif, maka seharusnya memberikan stimulus insentif fiskal dan nonfiskal. "Jika Indonesia tidak memberikan, maka akan kalah dalam bersaing. Target satu juta barel per hari mustahil bisa direalisasikan," kata Fahmy.

Kepala Divisi Formalitas SKK Migas Didik S Setyadi mengatakan membicarakan tata kelola itu akan terkait pada kebijakan publik. "Prinsip-prinsip penatakelolaan didasarkan atas kedaulatan, kemanfaatan, dan keadilan yang diinginkan, kemudian negara membuat regulasi, administrasi atau birokrasi dan manajemen yang kemudian output dan outcome akan dihasilkan," katanya.

Mengelola kekayaan hulu migas nasional membutuhkan proses yang panjang dan dukungan dari berbagai pihak, terlebih sektor hulu migas yang membutuhkan modal yang tinggi, teknologi, dan sumber daya manusia (SDM) berkualitas.

Menurut Didik, jika dibandingkan secara internasional, maka migas Indonesia sangat kecil terhadap investasi sektor migas keseluruhan. Namun, perlu disadari bahwa sampai saat ini negara masih mengakui bahwa kontribusi migas cukup penting dalam penerimaan negara.

Dari angka-angka, penerimaan negara Indonesia dibandingkan sumber daya alam lainnya, penerimaan dari migas masih memiliki nilai yang signifikan. Terlepas dari persentase penerimaan negara secara total dengan pajak yang tertinggi, dan dibandingkan dengan sumber daya alam lainnya, maka penerimaan negara dari migas masih unggul. "Harusnya, ini menjadi dasar keberpihakan negara dalam kegiatan hulu migas," ujar Didik.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Harga Minyak Mahal, Pemerintah Kejar Target Produksi Minyak 1 Juta Barel per Hari
Harga Minyak Mahal, Pemerintah Kejar Target Produksi Minyak 1 Juta Barel per Hari

PHE siap mendukung pemerintah untuk mencapai target produksi minyak nasional tahun 2030 sebesar 1 juta Barel per hari.

Baca Selengkapnya
Kejar Target Produksi 1 Juta Barel Minyak per Hari, Blok Migas RI Butuh Bantuan Asing
Kejar Target Produksi 1 Juta Barel Minyak per Hari, Blok Migas RI Butuh Bantuan Asing

Selain Rokan, Arifin juga menyebut Blok Cepu yang punya potensi migas lebih besar dari perhitungan saat ini.

Baca Selengkapnya
Miris, Indonesia Pernah Ekspor Minyak 1 Juta Barel dan Kini Berbalik Jadi Importir
Miris, Indonesia Pernah Ekspor Minyak 1 Juta Barel dan Kini Berbalik Jadi Importir

Pada tahun 2022 hingga 2024, produksi atau lifting minyak Indonesia terus menurun, hanya mencapai sekitar 600.000 barel per hari,

Baca Selengkapnya
Said Abdullah Sebut Kemandirian Energi Dapat Difokuskan ke Energi Terbarukan
Said Abdullah Sebut Kemandirian Energi Dapat Difokuskan ke Energi Terbarukan

Said juga menyinggung mengenai konversi program minyak tanah ke LPG yang mengakibatkan kebutuhan impor LPG Indonesia terus meningkat.

Baca Selengkapnya
Lima Negara ASEAN Simpan 'Harta Karun' Stok Minyak Bumi Terbanyak
Lima Negara ASEAN Simpan 'Harta Karun' Stok Minyak Bumi Terbanyak

Tingkat produksi dan kontribusi setiap negara bervariasi, bergantung pada cadangan yang dimiliki, teknologi eksplorasi, serta kebijakan energi nasional.

Baca Selengkapnya
Indonesia Butuh Investasi Rp307 Triliun per Tahun, Kejar Target Produksi 1 Juta Barel Minyak
Indonesia Butuh Investasi Rp307 Triliun per Tahun, Kejar Target Produksi 1 Juta Barel Minyak

Indonesia menargetkan dapat memproduksi minyak 1 juta barrel per hari dan gas 12 miliar kaki kubik per hari di tahun 2030.

Baca Selengkapnya
Lampaui Target Pemerintah, Produksi Minyak di Jatim & Jateng Tembus 106 Persen
Lampaui Target Pemerintah, Produksi Minyak di Jatim & Jateng Tembus 106 Persen

Capaian ini sudah melampaui target yang ditetapkan pemerintah sebesar 181.000 BOPD.

Baca Selengkapnya
Menteri Arifin Sebut Ada Tambahan Produksi Minyak 100 Ribu Barel di 2028
Menteri Arifin Sebut Ada Tambahan Produksi Minyak 100 Ribu Barel di 2028

Indonesia bakal mendapat tambahan lebih dari 100 ribu barel per hari (BOPD) produksi minyak pada 2028.

Baca Selengkapnya
BBM Indonesia Selama Ini Tenyata Bergantung ke Singapura, Padahal Tak Punya Ladangan Migas
BBM Indonesia Selama Ini Tenyata Bergantung ke Singapura, Padahal Tak Punya Ladangan Migas

Selain negara di Afrika, pemerintah juga menjajaki peluang impor minyak dari negara di kawasan Amerika Latin.

Baca Selengkapnya
Kejar Target Lifting Minyak, SKK Migas Butuh Investasi USD186,7 M Hingga 2023
Kejar Target Lifting Minyak, SKK Migas Butuh Investasi USD186,7 M Hingga 2023

SKK Migas menargetkan lifting minyak hingga 1 juta barel per hari hingga 2030.

Baca Selengkapnya
Usai Dilantik Jadi Menteri ESDM, Bahlil Tancap Gas Tingkatkan Produksi Migas Dalam Negeri Agar Lepas Ketergantungan Impor
Usai Dilantik Jadi Menteri ESDM, Bahlil Tancap Gas Tingkatkan Produksi Migas Dalam Negeri Agar Lepas Ketergantungan Impor

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2024, target lifting migas ditetapkan sebesar 635.000 barel per hari (BPOD).

Baca Selengkapnya
Capai Produksi 1 Juta Barel Setara Minyak per Hari, PHE Diharap Jadi Lokomotif Pertumbuhan Ekonomi
Capai Produksi 1 Juta Barel Setara Minyak per Hari, PHE Diharap Jadi Lokomotif Pertumbuhan Ekonomi

PHE diharapkan bisa terus meningkatkan kinerja positif sehingga kontribusi terhadap perekonomian nasional akan semakin tinggi.

Baca Selengkapnya