Indonesia Catatkan 19 Kali Surplus Neraca Dagang Selama Pandemi Covid-19
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali surplus sebesar USD 3,51 miliar atau Rp 327,14 triliun. Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyebut Indonesia telah 19 kali secara berturut-turut menikmati surplus dengan akumulasi sepanjang 2021 mencapai USD 34,32 miliar.
"Nilai ekspor kumulatif merupakan nilai ekspor yang tertinggi paling tidak sejak tahun 2000," kata Febrio dalam keterangan persnya, Jakarta, Kamis (16/12).
Tren peningkatan ekspor terus berlanjut, didorong baik peningkatan harga komoditas utama maupun volume. Ekspor produk manufaktur dan pertambangan mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi.
-
Mengapa Indonesia surplus perdagangan dengan Malaysia? 'Kalau dihitung bulan, lebih dari 48 bulan kita surplus terus, Alhamdulillah,' ucap Didi Sumedi Sidoarjo saat melepas ekspor perdana produk kosmetik PT Wahana Kosmetika Indonesia (WKI) ke Malaysia.
-
Apa yang membuat cadangan devisa RI meningkat? 'Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh penerimaan pajak. Faktor lainnya, jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, di tengah kebutuhan stabilisasi nilai tukar Rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.'
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
-
Bagaimana cadangan devisa Indonesia mendukung perekonomian? 'Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,' ucap Erwin.
Di sisi lain, impor juga menunjukkan tren yang meningkat, menandakan terus menguatnya aktivitas ekonomi nasional. Peningkatan impor bisa dilihat dari semua sektor, baik sektor migas maupun nonmigas serta berdasarkan penggunaannya, seperti barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan juga barang modal.
Total nilai ekspor di bulan November 2021 mencapai USD 22,84 miliar, naik 49.7 persen (yoy) atau 42.6 persen) sepanjang tahun berjalan (ytd). Nilai ekspor bulan November ini merupakan ekspor bulanan tertinggi paling tidak sejak tahun 2000, memecahkan rekor pada bulan Oktober 2021, sebesar USD 22,03 miliar.
Sektor non-migas menyumbang hingga 94,17 persen dari total ekspor atau sebesar USD 21,51 miliar dengan kenaikan 74,8 persen (yoy) dan 42 persen (ytd). Nilai ekspor ini didominasi oleh sektor industri manufaktur dengan kontribusi mencapai 71,2 persen dan pertumbuhan 34,44 persen (yoy) atau 35,4 persen (ytd).
Sektor lainnya yang juga turut berkontribusi cukup besar yakni sektor pertambangan yang tumbuh tinggi sebesar 146,9 persen (yoy). Kinerja ekspor yang tinggi didorong komoditas utama seperti CPO, besi dan baja, batubara dan timah. Sehingga total ekspor sepanjang Januari - November 2021 mencapai USD 209,16 miliar atau naik sebesar 42,62 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2020.
Kinerja Impor
Dari sisi impor, total impor bulan November 2021 tercatat sebesar USD 19,33 miliar, naik 52,62 persen (yoy) atau naik 18,62 persen dibandingkan Oktober 2021. Pertumbuhan ini didorong oleh impor non-migas yang mencapai USD 16,30 miliar atau tumbuh sebesar 40,79 persen (yoy).
Dilihat berdasarkan penggunaannya, impor terbesar berasal dari impor bahan baku/penolong (kontribusi 74,14 persen). Kemudian diikuti impor barang modal (kontribusi 15,51 persen), baru kemudian impor barang konsumsi (kontribusi 10,35 persen).
"Porsi impor yang sebagian besar merupakan impor bahan baku dan barang modal menunjukkan dinamika aktivitas sektor produksi. Total impor kumulatif Januari hingga November 2021 bahkan sudah melebihi nilai impor sepanjang tahun 2020," jelas Febrio.
Kedepannya, nilai impor di sisa tahun 2021, baik ekspor maupun impor diperkirakan akan terus tumbuh. Kenaikan harga komoditas dan juga permintaan global akan mendorong kinerja ekspor. Di sisi lain, impor juga akan terus tumbuh seiring peningkatan aktivitas domestik.
"Pemerintah akan terus memberikan kebijakan mendukung ekspor melalui perbaikan efisiensi dan daya saing ekonomi, peningkatan nilai tambah produk ekspor komoditas, serta penguatan industri nasional yang didukung pembangunan infrastruktur dan pemanfaatan teknologi," kata dia.
Selain itu, kebijakan untuk mendorong perbaikan akses pasar akan terus didorong. Terutama melalui forum-forum kerja sama internasional baik secara bilateral dan multilateral untuk mendukung perdagangan internasional baik barang maupun jasa.
"Pemerintah juga akan terus menopang dan mendorong pemulihan dan penguatan ekspor jasa, diantaranya melalui kelanjutan strategi pengembangan dan promosi daerah wisata Indonesia," tutup Febrio.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Catatan ini memperpanjang daftar surplus selama 41 bulan berturut-turut.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia per Juli 2024 turun sebesar USD470 juta menjadi USD1,92 miliar dibanding bulan sebelumnya yang mencapai USD2,39 miliar.
Baca SelengkapnyaSurplus perdagangan pada Juni 2024 ini diakibatkan nilai ekspor yang masih lebih tinggi daripada impor.
Baca SelengkapnyaSecara tahunan, nilai impor Juli 2024 mengalami peningkatan 11,07 persen.
Baca SelengkapnyaNeracar perdagangan Indonesia pada bulan November 2024 tembus USD4,47 miliar atau sekitar Rp64 triliun.
Baca SelengkapnyaNamun demikian, pendapatan negara mengalami kontraksi sebesar 5, 4 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2024 membukukan surplus sebesar USD 2,48 miliar.
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,89 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan juga minyak mentah.
Baca SelengkapnyaPudji menerangkan, surplus tersebut ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD4,62 miliar
Baca SelengkapnyaKinerja perdagangan Indonesia terus mencatatkan surplus hingga ke-47 kali berturut-turut sejak Mei 2020 lalu.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD3,48 miliar pada Oktober 2023.
Baca Selengkapnya