Indonesia Dapat Julukan Macan ASEAN
Merdeka.com - Indonesia mendapat julukan macan di Asia Tenggara (ASEAN). Predikat macan terkenal sebagai julukan bagi negara-negara Asia Timur yang ekonominya tumbuh pesat, dan hal yang sama sedang terjadi di Indonesia terutama berkat ekonomi digital atau ekonomi mobile.
Mengutip Forbes, Indonesia mendapat sorotan karena banyaknya penduduk usia muda, yakni 60 persen populasi berusia 40 tahun ke bawah. Selain itu, perkembangan mobile di Indonesia juga tinggi dengan 95 persen pengguna internet (142 juta orang) sudah memiliki smartphone.
Indonesia dipandang mirip dengan ekonomi Hong Kong, Singapura, Korea Selatan, dan Taiwan yang beberapa dekade lalu mendapat julukan macan ekonomi Asia berkat industrialisasi yang melesat, perdagangan, dan perkembangan finansial yang membawa ke pertumbuhan berkelanjutan bertaraf tinggi.
-
Apa yang terjadi pada proporsi penduduk Indonesia usia 65 tahun ke atas di tahun 2045? Di tahun 2020, proporsi jumlah penduduk kelompok ini hanya 6,16 persen. Namun di tahun 2045 akan menjadi 16,03 persen.
-
Bagaimana pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun? Pertumbuhan penduduk periode 2020-2045 rata-rata sebesar 0,67 persen setiap tahun.
-
Bagaimana teknologi informasi berkembang di Indonesia? Sejak diperkenalkannya radio, teknologi informasi terus mengalami perkembangan pesat yang mempengaruhi peradaban masyarakat informasi di Indonesia. Kemudian, dengan berkembangnya internet, teknologi informasi semakin merambah ke berbagai aspek kehidupan masyarakat.
-
Siapa yang menguasai internet di Indonesia? Menurut survey itu, terdapat enam kelompok dengan rentang usia bermacam-macam. Dari kelompok generasi itu, Gen Z adalah orang-orang yang menguasai jagad internet di Indonesia.
-
Dimana negara dengan pengguna internet terbanyak? Berikut daftar negara dengan pengguna internet terbanyak di dunia.
-
Apa yang sedang tren di Indonesia? Hati ayam adalah sebuah bahan makanan yang cukup populer di Indonesia.
"Transformasi serupa sedang terjadi di Asia Tenggara, hanya saja kini perintis perubahan didorong ekonomi mobile. Hal ini amat terbukti jelas di Indonesia, negara dengan populasi keempat terbesar di dunia," tulis Forbes.
Berkat tingginya populasi pemuda dan banyaknya pengguna teknologi, maka Indonesia memiliki banyak pengguna mobile yang lihai dan masih muda.
Warga Indonesia disebut menghabiskan 206 menit sehari di media sosial, itu di atas rata-rata pengguna global, yakni 124 menit. Selain itu, 76 persen pengguna internet Indonesia belanja lewat smartphone mereka, sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara tertinggi dalam hal mobile e-commerce alias belanja via gawai.
"Dalam beberapa tahun belakangan muncul lonjakan perekonomian internet Indonesia. Selain e-commerce, ada online gaming, periklanan, langganan musik dan video, serta online travel dan layanan ride-hailing atau pengantar makanan yang semuanya diadopsi dengan senang hati oleh konsumen muda Indonesia," jelas Forbes.
Laporan oleh Google dan Temasek menyebut ekonomi internet di Indonesia bisa tumbuh hingga USD 100 miliar pada tahun 2025.
Tak ayal Indonesia disebut digital archipelago karena memiliki 150 juta pengguna internet dan memiliki ekonomi internet hingga USD 27 miliar pada tahun 2018.
Investasi ventura (venture investment) dinilai sebagai sumber meroketnya ekonomi mobile Indonesia. Berinvestasi di Indonesia saat ini pun serupa seperti berinvestasi di China pada tahun 2008.
Para unicorn-pun muncul di bermacam sektor berbeda, seperti e-commerce, online travel, dan transportasi online.
Forbes menyebut Indonesia memiliki peluang besar dalam hal pembayaran dan e-money. Google dan Temasek memprediksi e-commerce Indonesia akan mencapai USD 53 miliar di tahun 2025.
Akan tetapi, masih banyak orang Indonesia yang masih belum punya kartu kredit, yakni hanya 2,4 persen populasi. Sementara, layanan keuangan mobile dinilai lebih gampang dijangkau masyarakat mengingat banyaknya pengguna smartphone, alhasil layanan keuangan digital menjadi peluang besar di Indonesia.
"Dengan makin banyak dari 180 juta orang Indonesia yang belum mendapat layanan bank (kartu kredit -red) telah memakai smartphone, maka perlombaan saat ini adalah menyediakan uang mobile dan layanan finansial," tulis Forbes.
Tantangan signifikan dan hambatan lain yang dihadapi Indonesia adalah infrastruktur yang perlu ditingkatkan. Sebab, hal itu berdampak ke leletnya koneksi internet.
"Meski mobile data relatif murah, bandwith-nya sangat buruk: rata-rata kecepatan download di mobile adalah sekitar 10 mbps, lebih rendah dari setengah rata-rata global," jelas Forbes.
Meski demikian, Indonesia tetap dinilai sebagai tempat yang menarik dalam segi ekonomi mobile. Beberapa ide yang potensial adalah aplikasi video untuk pemasaran atau mengembangkan influencer Youtube demi memasarkan suatu brand atau aplikasi.
Hal penting lainnya adalah fokus kepada kebutuhan para wanita. Pasalnya, mereka memiliki minat tinggi dalam melakukan pembelian sehingga menjadi target menarik bagi e-money.
Reporter: Tommy Kurnia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Siapa mereka? Berikut orang-orang yang menguasai internet Indonesia.
Baca SelengkapnyaAsosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) merilis hasil survey internet Indonesia 2024.
Baca SelengkapnyaIndustri telekomunikasi dan game di Indonesia tengah mengalami perkembangan yang luar biasa di Asia.
Baca SelengkapnyaIndonesia terus meraih peluang untuk memaksimalkan ekonomi digital.
Baca SelengkapnyaGSMA baru-baru ini menyoroti kemajuan pesat Indonesia dalam teknologi seluler
Baca SelengkapnyaPemerintah terus melakukan kerja sama dengan berbagai paltform teknologi asing
Baca SelengkapnyaDari angka 1 juta itu, terdapat 5 domain yang menjadi favorit masyarakat.
Baca SelengkapnyaSebagai negara terbesar di ASEAN, Indonesia bisa menjadi market dalam digital economy
Baca SelengkapnyaKemenkes menyatakan Indonesia mulai memasuki era penuaan penduduk atau aging population
Baca SelengkapnyaMasyarakat kelas menengah bersama kelompok penduduk menuju kelas menengah jadi penyumbang konsumsi rumah tangga terbesar, yakni 81,49 persen.
Baca Selengkapnya