Industri Cangkang Sawit Dinilai Punya Prospek Besar Bagi Indonesia
Merdeka.com - Industri cangkang sawit dinilai memiliki prospek yang besar bagi Indonesia karena mampu meningkatkan neraca perdagangan Indonesia. Permintaan ekspor cangkang sawit telah meningkat secara dramatis dibandingkan dengan beberapa tahun lalu, dan harganya juga semakin meningkat.
Presiden Direktur PT Sinergi Kharisma Yuda (SKY) Yoshiyuki Kawamura mengatakan, cangkang sawit merupakan alternatif energi atau bahan bakar baru yang sudah diakui oleh dunia untuk menggantikan batubara di tengah kebutuhan dekarbonisasi dan pengurangan emisi.
"Dalam masyarakat modern saat ini, semua aktivitas sangat bergantung pada energi. Di sisi lain, negara-negara di seluruh dunia mendukung keberlanjutan lingkungan global. Tujuan kami ialah ikut menjaga lingkungan global dengan mengurangi bahan bakar fosil seperti minyak dan batu bara. Karena itulah kami berfokus pada cangkang sawit, yang mana merupakan bahan bakar biomassa sehingga kami bisa secara siginifikan mengurangi emisi karbon," kata Yoshiyuki di Jakarta, Senin (20/6).
-
Kenapa kelapa sawit penting untuk perekonomian Indonesia? Kelapa sawit adalah salah satu komoditas yang penting untuk perekonomian Indonesia dan juga memiliki banyak kegunaan praktis dan kesehatan.
-
Bagaimana kelapa sawit menjadi komoditas ekspor? Pada 1919, komoditas kelapa sawit telah diekspor melalui perkebunan yang berada di pesisir Timur Sumatra.
-
Mengapa Indonesia melihat CCS sebagai potensi ekonomi besar? Pemerintah melihat Indonesia memiliki potensi ekonomi besar dengan Carbon Capture Storage.
-
Apa itu Minyak Inti Sawit? Minyak inti sawit atau yang juga dikenal dengan sebutan palm kernel oil adalah minyak nabati yang diekstraksi dari biji (inti) buah kelapa sawit (Elaeis guineensis).
-
Siapa yang membawa kelapa sawit ke Indonesia? Tanaman ini dibawa oleh orang-orang Belanda ke Nusantara.
-
Kenapa Dharma Satya Nusantara ekspansi ke kelapa sawit? Pada tahun 1996 secara resmi perusahaan ini memulai ekspansi bisnis kelapa sawit hingga saat ini lahan perkebunan yang dikelola seluas 112.900 hektar, dengan luas area dewasa sebesar 104.400 hektar.
Saat ini, PT SKY sedang mengembangkan project terbarunya berupa Black Pellet, sebuah energi baru yang juga merupakan bahan bakar biomassa untuk generasi selanjutnya dan berpotensi tumbuh menjadi industri seperti cangkang sawit.
"Black Pellet yang kami kembangkan menggunakan material yang belum terindustrialisasi di Indonesia saat ini. Kami akan melakukan eksperimen pembuatan Black Pellet kami di Buton, membangun Demo Plant, dan menarik orang-orang dari seluruh dunia dalam waktu dekat," imbuhnya.
Dia bercerita, ketika dirinya pertama kali mengunjungi Buton, dia memiliki cita-cita untuk membuat bisnis cangkang sawit dan ingin sukses di bidang ini. Kemudian sejak satu setengah tahun lalu pada awal tahun 2021, dia pun berhasil memulai bisnis ini dan membangun stockpile di Tanjung Buton.
"Sebelumnya kami telah mengekspor tiga kali ke Jepang dan beberapa negara lainnya, di mana kami memiliki berbagai pengalaman, pengetahuan dan keberhasilan sekaligus kegagalan. Dan sekarang, kami akan mengekspor untuk keempat kalinya sehingga PT SKY telah mengekspor sedikitnya 44 ribu MT cangkang sawit dalam empat kali pengapalan," katanya.
PT Sinergi Kharisma Yuda (SKY) sendiri adalah perusahaan joint venture (JV) 2 perusahaan, yaitu Hayashiroku Co Ltd (Osaka, Jepang) dan The Sakura Green Ltd (Osaka, Jepang). Kedua perusahaan ini bersepakat untuk pengolahan dan ekspor cangkang sawit untuk memasok kebutuhan pembangkit listrik tenaga biomassa dan industri di Jepang.
"Banyak pembangkit listrik biomassa yang akan dimulai dalam 10 tahun ke depan dan akan terus meningkat di Jepang. Kami bertujuan untuk berinvestasi jangka panjang di Buton dan mengekspor cangkang sawit ke Jepang untuk waktu yang lama. Diharapkan agar hubungan kedua negara (Jepang dan Indonesia) berkembang secara signifikan di bawah hubungan saling percaya," jelas Wakil Presiden Yamashina Masami sebagai perwakilan Hayashiroku Co.,Ltd.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Neraca perdagangan besi baja sempat dikeluhkan, karena nilai impor komoditas itu lebih dominan dibandingkan dengan ekspor.
Baca SelengkapnyaBPS melaporkan ekspor pertanian pada Agustus 2023 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaKinerja industri kelapa sawit di Indonesia tak sebaik dari tahun kemarin.
Baca SelengkapnyaSalah satu tugas BPDPKS yaitu menghimpun dan mengembangkan dana perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dari pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaIndustri manufaktur di dalam negeri saat ini mengalami geliat pertumbuhan.
Baca SelengkapnyaKacang hijau merupakan omoditas tanaman pangan yang banyak dibutuhkan baik dalam negeri dan luar negeri.
Baca SelengkapnyaImplementasi B50 peluang baik bagi Indonesia, namun memiliki konsekuensi ekonomi yang juga besar.
Baca SelengkapnyaSektor ekspor akan memainkan peran penting dalam mewujudkan tujuan tersebut.
Baca SelengkapnyaDalam perdagangan minyak nabati, tidak semua exportir merupakan produsen minyak nabati.
Baca SelengkapnyaPermintaan furnitur yang melonjak, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di pasar internasional.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia per Juli 2024 turun sebesar USD470 juta menjadi USD1,92 miliar dibanding bulan sebelumnya yang mencapai USD2,39 miliar.
Baca Selengkapnya