Industri operator harus punya dana cadangan setelah jual layanan
Merdeka.com - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan tarif layanan jasa telekomunikasi haruslah terjangkau masyarakat sekaligus membuat bisnis tetap berkelanjutan atau suistainable. Operator harusnya menjual layananya dengan harga yang terjangkau masyarakat. Selain itu operator telekomunikasi harus mempunyai dana untuk mengembangkan layanannya dan menjaga kualitas yang diberikan kepada konsumennya.
"Pertama adalah tarif itu harus affordable (terjangkau). Tarif itu harus terjangkau dari sisi masyarakat. Kedua, industri operator ini harus sustainable (berkelanjutan) artinya harus mempunyai cadangan dana setelah menjual layanannya untuk melakukan pemeliharaan dari sistem," katanya seperti dikutip Antara, Rabu (17/5).
Rudiantara mengatakan, kompetisi di industri telekomunikasi harus rasional. Dengan menjual produk di bawah harga pokok penjualan, operator bukan lagi berbisnis. Untuk itu, pihaknya akan selalu berusaha memastikan agar industri telekomunikasi bisa seimbang dalam menjalankan bisnis dan layanan kepada masyarakat.
-
Apa saja yang mendorong pertumbuhan industri telekomunikasi di Indonesia? Program utama 'Peta Jalan Indonesia Digital 2022-2024' menjadi bukti nyata. Saat ini, Indonesia memiliki lebih dari 100 ribu menara BTS yang tersebar di seluruh negeri, yang memberikan akses internet ke lebih dari 94% kota di Indonesia.
-
Apa strategi utama Telkom? Kelima strategi utama ini dicanangkan untuk memperkuat posisi Telkom sebagai perusahaan telekomunikasi digital dalam menciptakan nilai yang lebih tinggi bagi para pemangku kepentingan perusahaan, serta memaksimalkan peluang, meningkatkan daya saing, dan value creation dalam menghadapi tantangan di masa depan.
-
Bagaimana Telkomsel mempersiapkan jaringannya untuk menghadapi lonjakan trafik? Untuk mengantisipasi lonjakan trafik pada momen Ramadan & Idul Fitri (RAFI) 2024, Telkomsel telah melakukan optimalisasi kualitas, kapasitas, serta pemutakhiran teknologi jaringan yang difokuskan pada 444 titik keramaian di berbagai wilayah Indonesia.
-
Bagaimana Telkom membangun konektivitas di Indonesia? 'Melalui kemitraan kami dengan BW Digital dan sebagai bagian dari keseluruhan 7 sistem kabel bawah laut ICE kami, kami bertujuan untuk menjembatani kesenjangan konektivitas antar data center di negaranegara ini dan membentuk masa depan Lanskap Bawah Laut Asia Pasifik,' ungkap Chief Executive Officer Telin, Budi Satria Dharma Purba.
-
Kenapa Pertamina perlu menjamin ketersediaan BBM subsidi? 'Jadi selain memastikan transparansi data, Pertamina Patra Niaga juga terus menjamin ketersediaan produk, termasuk BBM dan LPG subsidi agar selalu tersedia. Ini menjadi komitmen kami untuk melayani, memberi, dan memenuhi kebutuhan energi disetiap kegiatan masyarakat termasuk ke wilayah pelosok,' tukas Riva.
-
Bagaimana cara pemilihan perusahaan berkelanjutan? Time dan Statista menggunakan metodologi multi-tahap yang transparan untuk mengidentifikasi perusahaan-perusahaan paling berkelanjutan di dunia untuk tahun 2024.
"Jika operator terus menerus banting-bantingan harga maka industri telekomunikasi akan rusak."
Rudiantara berharap agar masyarakat tidak dibuat susah dengan persoalan tarif data. Menurut dia, masyarakat membutuhkan informasi sederhana yang mudah dipahami dan dimengerti dalam penghitungan tarif data. "Jangan masyarakat dibawa-bawa cara menghitung per 'megabyte'. Masyarakat disederhanakan saja per menit 'voice' berapa. Harusnya lebih murah dan layanannya terjaga. Kita harus konversi 'customer experience' menjadi regulasi," katanya.
Besaran tarif data, menurut Rudiantara, bukan satu-satunya hal yang membuat industri berkelanjutan. Skala ekonomi juga menjadi faktor bagi industri yang berkelanjutan. Menurut dia, saat ini masih terlalu banyak operator telekomunikasi, sehingga skala ekonominya menjadi lebih rendah.
Untuk itu dia berharap terjadi konsolidasi di industri telekomunikasi sehingga menjadikan skala ekonomi yang memadai untuk berkembang. "Indonesia harus punya marjin untuk cukup berkembang. Ada faktor lain seperti 'economy of scale'. Saya selalu katakan dengan jumlah izin yang demikian banyak, ini membuat 'scale of economy' tidak tercapai. Akibatnya yang penting dapat pelanggan, rugi gak ada masalah, tidak benar bisnis seperti itu. Harus ada konsolidasi jadi variabelnya banyak," katanya.
Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi mengatakan kepastian tarif data akan menjamin industri telekomunikasi tumbuh dan berkelanjutan. "Tarif data mempertimbangkan kepentingan konsumen dan kepentingan ekonomi nasional," katanya.
Menurut Tulus, tarif telekomunikasi di Indonesia sudah sangat murah. Memang jika dibandingkan dengan negara di Afrika, tarif telekomunikasi di Indonesia terlihat lebih mahal. Namun menurut Tulus, jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia, tarif di Indonesia masih lebih murah.
Saat ini persaingan tarif antar operator telekomunikasi di Indonesia sudah sangat 'liar'. Mereka saling banting harga layanan telekomunikasinya. Meski mereka bersaing, namun disayangkan para operator tidak berkompetisi dalam menjaga coverage dan service level. Bahkan tarif promosi yang diberikan oleh operator sudah menjurus kepada penjebakkan konsumen.
"Seharusnya masyarakat tidak perlu lagi meributkan masalah tarif. Justru masyarakat harus memikirkan bagaimana kualitas layanan yang diberikan kepada operator. Kualitas tersebut termasuk coverage dan service level. Seharusnya BRTI lebih ketat dalam melakukan pengawasan terhadap coverage dan service level," ucap Tulus.
Jika ingin industri telekomunikasi sehat, seharusnya regulator bisa memaksa agar operator telekomunikasi yang belum hadir di daerah terpencil, terluar dan dan terdepan. Diharapkan dengan kehadiran lebih dari satu operator, masyrakat memiliki pilihan.
"Seharusnya Kominfo bisa memaksa semua operator yang beroperasi di Indonesia dapat menggembangkan layanan telekomunikasinya di seluruh Indonesia. Jika mereka tak mampu Kominfo harus bisa bertindak tegas dan memberikan hukuman. Kayaknya regulator tidak berdaya dengan operator telekomunikasi."
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Industri halo-halo sedang tidak baik-baik saja. Pemerintah harus hadir dengan terobosan regulasi.
Baca SelengkapnyaSaat ini, belum ada landasan hukum khusus yang mengatur mekanisme pelaksanaan CCS di sektor ketenagalistrikan.
Baca Selengkapnya