Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Industri tekstil Indonesia kalah saing dibanding Vietnam dan Bangladesh, ini sebabnya

Industri tekstil Indonesia kalah saing dibanding Vietnam dan Bangladesh, ini sebabnya pembuat bendera merah putih. ©2016 merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - Kontribusi tekstil dan produk tekstil (TPT) mencapai 6,39 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2017 membuatnya menjadi salah satu industri prioritas. Namun demikian, industri ini masih banyak menyimpan permasalahan yang dihadapi oleh para produsen tekstil.

Salah satunya adalah harga bahan baku yang tersedia di dalam negeri. Ditemukan bahwa harga bahan baku dalam negeri justru kalah bersaing dengan bahan yang sama berlabel impor. Bahan baku tersebut adalah serat polyester sebagai bahan baku benang.

Menurut ketua Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman, harga bahan baku polyester di Tanah Air 13 persen lebih mahal dari pada harga dari luar negeri. "Kondisi ini mengakibatkan merosotnya daya saing ekspor produk tekstil Indonesia hingga ke hilir," ungkap Ade dalam keterangannya, Rabu (25/7).

Orang lain juga bertanya?

Ade menjelaskan, perbedaan harga yang cukup signifikan ini, menegaskan industri tekstil Indonesia kalah bersaing dengan negara lain seperti Vietnam, Bangladesh, dan sesama negara penerima fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) dari Amerika Serikat (AS).

Menurutnya juga, agar kondisi tidak semakin memburuk, maka perlu kerjasama antar produsen dan penentu kebijakan untuk mengevaluasi penerapan bea masuk komoditas bahan baku (kasus bea masuk serat polyester) dan pengetatan pengawasan dari kementerian terkait.

"Diharapkan bila kebijakan bea masuk polyester ini dapat ditinjau lagi, maka harga bahan baku yang berdaya saing bisa meningkatkan produktifitas ekspor ITPT Indonesia di pasar dunia," ungkap dia.

Hal ini juga sejalan dengan target API untuk meningkatkan net ekspor dan nilai tambah yang disumbang oleh industri tekstil sampai akhir tahun 2018 menjadi USD 4 miliar, lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2017 yang mencapai nilai USD 3,5 miliar.

Sementara itu, di tengah-tengah waktu penantian keputusan oleh pihak Amerika Serikat tentang evaluasi fasilitas GSP yang mereka berikan kepada para negara mitra dagang, API memproyeksikan pertumbuhan ekspor tekstil tahun ini dapat mencapai 7 persen. Namun optimisme ini harus didukung oleh sinergitas antar pihak, seperti rangkaian para produsen dari hulu ke hilir, pendukung ITPT, dan penentu kebijakan.

Reporter: Ilyas Istianur Praditya

Sumber: Liputan6

(mdk/bim)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Apindo Blak-Blakan Marak PHK di Industri Tekstil
Apindo Blak-Blakan Marak PHK di Industri Tekstil

Harga produk impor lebih murah dengan kualitas yang hampir setara, membuat produk lokal kalah saing di pasar dalam negeri.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Akui Serbuan Barang Impor Bikin Industri Tekstil di Indonesia Terpuruk
Sri Mulyani Akui Serbuan Barang Impor Bikin Industri Tekstil di Indonesia Terpuruk

Sri Mulyani menyebut anjloknya kinerja tekstil domestik dan PHK massal akibat dari serbuan barang impor.

Baca Selengkapnya
Cerita Pengusaha Lokal Banyak Produk Indonesia yang 'Dicuri' China, Dijual dengan Harga di Luar Nalar
Cerita Pengusaha Lokal Banyak Produk Indonesia yang 'Dicuri' China, Dijual dengan Harga di Luar Nalar

Produk dalam negeri memiliki kualitas yang bagus dibandingkan produk impor dari China.

Baca Selengkapnya
Harga Jual Jauh Lebih Murah, Produk Impor Kini Rebut Pasar Produk Lokal
Harga Jual Jauh Lebih Murah, Produk Impor Kini Rebut Pasar Produk Lokal

Dengan murahnya barang impor itu, banyak pelanggan beralih. Alhasil, semakin banyak produk impor yang masuk ke Indonesia berdasarkan pada permintaan tadi.

Baca Selengkapnya
Marak Produk Impor Dijual Murah, Industri Petrokimia Hadapi Tantangan Besar
Marak Produk Impor Dijual Murah, Industri Petrokimia Hadapi Tantangan Besar

Potensi investasi senilai Rp437 triliun di sektor petrokimia juga terancam mandek akibat kekacauan pasar domestik.

Baca Selengkapnya
250.000 Karyawan Tekstil Kena PHK dalam Dua Tahun
250.000 Karyawan Tekstil Kena PHK dalam Dua Tahun

Industri tekstil terus menurun karena produk impor ilegal yang membanjiri pasar dalam negeri.

Baca Selengkapnya
Banyak Usaha Keramik Dalam Negeri Bangkrut, Ternyata Ini Penyebabnya
Banyak Usaha Keramik Dalam Negeri Bangkrut, Ternyata Ini Penyebabnya

Produk ubin keramik dari China sendiri diberikan insentif tax refund sebesar 14 persen oleh pemerintahnya.

Baca Selengkapnya
10 Prabrik Tekstil Skala Besar di Jateng Bangkrut akibat Predatory Pricing
10 Prabrik Tekstil Skala Besar di Jateng Bangkrut akibat Predatory Pricing

Sedikitnya 10 pabrik tekstil berskala besar di Jawa Tengah bangkrut sehingga sekitar 10 ribu karyawan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).

Baca Selengkapnya
BUMN Pertahanan: Perang di Beberapa Negara Buka Peluang Bisnis, tapi Rantai Pasok Terganggu
BUMN Pertahanan: Perang di Beberapa Negara Buka Peluang Bisnis, tapi Rantai Pasok Terganggu

Konflik bersenjata di beberapa wilayah dunia turut berpengaruh pada naiknya anggaran pertahanan sejumlah negara dari rata-rata 2 persen menjadi 3 persen.

Baca Selengkapnya
Negara-Negara Ini Kesusahan karena Digempur Barang Murah China
Negara-Negara Ini Kesusahan karena Digempur Barang Murah China

Dampak masuknya barang murah China membuat industri di sejumlah negara terancam kolaps.

Baca Selengkapnya
11.000 Tenaga Kerja Industri Tekstil Kena PHK Gara-Gara Aturan Baru Kementerian Perdagangan
11.000 Tenaga Kerja Industri Tekstil Kena PHK Gara-Gara Aturan Baru Kementerian Perdagangan

Tercatat ada 6 pabrik tekstil yang melakukan PHK akibat aturan baru yang diterbitkan Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya
RI Penghasil Kelapa Sawit Terbesar di Dunia, Tapi yang Untung Malah Malaysia & Belanda
RI Penghasil Kelapa Sawit Terbesar di Dunia, Tapi yang Untung Malah Malaysia & Belanda

Dalam perdagangan minyak nabati, tidak semua exportir merupakan produsen minyak nabati.

Baca Selengkapnya