Inflasi Terjaga, BI Diprediksi Pertahankan Suku Bunga di 6 Persen
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Kamis (5/4) siang. Jika sebelumnya dalam RDG bulan Maret 2019 lalu BI memutuskan untuk menahan BI 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan di angka 6 persen, apakah pada RDG kali ini BI akan kembali menahan atau justru sebaliknya.
Pakar Strategi DBS Group Research, Duncan Tan memprediksi dalam RDG kali ini BI akan kembali menahan suku bunga acuannya. Ini dikarenakan tidak terlepas dari risiko pengaruh ketidakpastian global terhadap transaksi berjalan yang tidak dapat diabaikan begitu saja.
"Untuk saat ini, kami berpendapat bahwa BI kemungkinan mempertahankan kebijakannya pada tahun ini, karena ketidakpastian global tetap membayangi arus perdagangan dan modal," kata Duncan berdasarkan hasil risetnya, Kamis (25/4).
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
-
Bagaimana BRI mengelola resiko di tengah pemulihan? Kendati demikian untuk memperkuat kondisi yang semakin membaik, pihaknya menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko.
-
Mengapa saham BRI diproyeksikan terus naik? Kinerja positif dan berkelanjutan terus ditunjukkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Hal ini bisa dilihat di sepanjang semester I 2023 yang dinilai analis pasar modal akan menjadi katalis utama dalam pertumbuhan bank dengan portofolio kredit ESG terbesar di Indonesia.
-
Kapan BNI Sekuritas akan merevisi target harga BRI? Bahkan valuasi BBRI disebut menarik akibat adanya tren kenaikan suku bunga sehingga pihaknya akan kembali melakukan reviu.
-
Kenapa BRI menilai kenaikan BI Rate tidak berdampak signifikan? Dirut BRI menilai kenaikan BI Rate dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap likuiditas BRI secara umum.
-
Kenapa negara-negara takut dengan bunga pinjaman? Karena begitu bunga pinjaman naik sedikit saja, beban fiskal itu akan sangat, sangat besar,' jelasnya.
Dia mengatakan salah satu pertimbangan BI menahan suku bunga acuan kali ini adalah inflasi yang masih terjaga aman. Di mana, indeks harga konsumen per 19 Maret 2019 masih tercatat di level 2,5 persen secara tahunan.
"Inflasi tetap jinak, di batas bawah BI. Kami berpendapat bahwa inflasi kemungkinan meningkat menjelang hari raya Idul Fitri dan kenaikan harga grosir akhirnya berimbas pada konsumen," katanya.
Kendati demikian, dirinya meyakini bahwa inflasi akan tetap di bawah 3 persen, meskipun ada indikasi akan meningkat pada hari raya Idul Fitri. "Jauh di bawah batas atas BI, yang sebesar 4,5 persen," imbuhnya.
Di sisi lain, pertimbangan lain BI juga melihat neraca perdagangan yang tercatat surplus dalam dua bulan berturut-turut. Itu dikarenakan berkat harga minyak, yang relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan kuartal IV 2018, dan dampak pelemahan rupiah, yang akhirnya memengaruhi harga dan permintaan impor.
"Karena Bank Sentral AS berubah haluan dan lebih mendukung pertumbuhan dan di dalam negeri rupiah dan inflasi berada dalam tingkat nyaman bagi BI, satu-satunya faktor yang perlu diwaspadai lebih lanjut adalah perkembangan neraca perdagangan dan neraca berjalan," pungkasnya.
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) bulan Maret 2019 memutuskan untuk kembali menahan BI 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan pada angka 6 persen. Bank Indonesia juga menahan suku bunga Deposit Facility pada angka 5,25 persen dan Lending Facility 6,75 persen.
"Rapat Dewan Gubernur BI pada 20 - 21 Maret 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day repo" ujar Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, di Kantor BI, Jakarta, Kamis (21/3).
Dia menyebutkan keputusan tersebut konsisten dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal perekonomian Indonesia. "Khususnya untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan (CAD) ke dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik," ujarnya. (mdk/azz)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ke depan tren penurunan suku bunga kebijakan negara maju khususnya Amerika Serikat terus berlanjut.
Baca SelengkapnyaErwin menyatakan, penahanan BI 7 Days Reverse Reporter Rate (BI7DRR) ini juga bermaksud untuk menjaga nilai tukar Rupiah yang tengah dalam tekanan hebat.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaDengan demikian, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,5 persen, dan suku bunga Lending Facility 7 persen.
Baca SelengkapnyaKeputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi pada sasaran 2,5±1 persen pada tahun 2024 dan 2025.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25 persen demi menjaga stabilitas Rupiah.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan menjadi 6 persen.
Baca SelengkapnyaMelansir data Bloomberg, nilai tukar Rupiah diperjualbelikan direntang Rp16.417 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga ini bertujuan menjaga aliran masuk modal asing dan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Baca SelengkapnyaDengan demikian suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
Baca SelengkapnyaPerry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca Selengkapnyakebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca Selengkapnya