Ini alasan GWM Averaging harus diimplementasikan bertahap di 2017
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) memastikan akan menerapkan kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM) rata-rata atau GWM averaging pada 2017. Bank sentral berencana akan menerapkan GMW Averaging secara parsial atau bertahap.
Kepala Ekonom BCA, David Sumual, langkah BI menerapkan kebijakan GWM Averaging secara parsial karena memang setiap kebijakan moneter harus dilakukan lebih pruden/ hati-hati.
"Ini kan penyesuaian harus dilihat dulu dampaknya. Waktu itu BI mengubah BI rate jadi BI 7 day RR itu kan melalui tahapan-tahapan juga. Namanya kebijakan moneter itu memang harus pruden, harus berhati-hati ya konservatif. Jadi tujuannya supaya lebih pruden," ujar David kepada merdeka.com, Rabu (14/12).
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
-
Bagaimana BRI mengelola resiko di tengah pemulihan? Kendati demikian untuk memperkuat kondisi yang semakin membaik, pihaknya menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko.
-
Kenapa risk awareness penting bagi bankir? Menurut Sunarso, risk awareness perlu ditingkatkan mengingat situasi perbankan yang begitu dinamis. “Maka menjadi penting [peningkatan risk awareness yang baik], untuk menjaga sustainability industri keuangan khususnya perbankan,“ ujarnya di sela-sela acara sharing ‘Visionary Leadership During Uncertainty’ yang diselenggarakan oleh Bankers Association for Risk Management.
-
Kapan BNI Sekuritas akan merevisi target harga BRI? Bahkan valuasi BBRI disebut menarik akibat adanya tren kenaikan suku bunga sehingga pihaknya akan kembali melakukan reviu.
-
Kapan KPR BRI suku bunga berjenjang berlaku? Pasalnya, BRI menawarkan suku bunga berjenjang hingga 20 tahun yang berlaku mulai dari tanggal 1 Oktober 31 Desember 2024, lho.
-
Apa itu KPR BRI Suku Bunga Berjenjang? KPR BRI Suku Bunga Berjenjang adalah program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang ditawarkan oleh BRI dengan suku bunga yang berjenjang. Program ini memiliki suku bunga fixed rate pada tahun-tahun awal tertentu, kemudian suku bunga akan berubah pada tahun-tahun berikutnya.
Selain itu, lanjut dia, penerapan secara bertahap ini juga agar BI dapat melihat dampak dan respons kebijakan tersebut dari perbankan dan pasar keuangan.
"BI mungkin mau melihat seberapa besar dampaknya ada anomali atau tidak, kan kadang kebijakan itu bisa juga ditanggapi negatif di pasar. Jadi nggak bisa kita terapkan langsung kan kita harus lihat dulu dampaknya gimana jadi harus bertahap memang," jelas David.
Sementara itu, Ekonom yang juga menjabat sebagai Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Destry Damayanti mengatakan, diterapkannya GWM Averaging secara bertahap akan jauh lebih baik ketimbang dilakukan langsung. Sebab setiap bank punya kesiapan yang berbeda-beda.
"Mungkin kan karena dilihat dulu bbank bisa ngikutin atau tidak. Kalau terlalu berfluktuasi, misalnya sekarang kan GWM 6,5 persen, kalau langsung dikenakan bisa saja kalau bank tidak berhati-hati posisi GWM-nya berfluktuasi takutnya kalau keterusan bisa saja jadi masalah likuiditas. Bank kita kan banyak sekali ada 118 bank dengan kondisi satu bank ke banknya beda-beda," jelas Destry.
Dibanding GWM Primer yang diterapkan saat ini, Destry menilai GWM Averaging lebih bagus buat bank. Hal ini karena bank lebih fleksibel mengelola likuiditasnya setiap hari yang kadang transaksi keluarnya likuiditas lebih besar dibanding transaksi masuk.
"Diterapkan secara bertahap jauh lebih baik ketimbang langsung diterapkan secara drastis, karena ini kan tiba-tiba satu hari langsung diterapkan average. Kalau saya sih setuju secara parsial dan penerapan GWM Averaging ini akan mempermudah bank dalam mengatur likuiditasnya," tutur Destry.
Sebelumnya, dalam Pertemuan Tahunan BI, Gubernur BI Agus martowardojo memperkenalkan kebijakan GWM Averaging dan akan diterapkan pada Semester II 2017. Menurutnya, kebijakan ini merupakan best practice (praktik terbaik) yang sudah dijalankan di negara-negara maju. "GWM Averaging adalah best practice di negara-negara yang sudah mapan. Untuk itu kita akan mempersiapkannya," ucap Agus.
Adapun pada GWM saat ini, BI menghitung dana milik bank yang disimpan di giro BI setiap waktu, bukan per periode. Misalkan, saat ini rasio GWM-Primer atau yang diartikan sebagai simpanan minimum bank dalam rupiah atau valas di BI sebesar 6,5 persen. Maka, setiap waktu bank harus menaruh 6,5 persen dari total Dana Pihak Ketiga bank di giro BI.
Setelah pemberlakuan GWM Averaging maka kewajiban bank dalam menaruh simpanan di giro BI akan dihitung secara rata-rata per periode.
Harapannya, dengan GWM Averaging ini perbankan lebih mudah mengatur likuiditasnya sehingga ke depan kebutuhan likuiditas bisa disesuaikan.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaErwin menyatakan, penahanan BI 7 Days Reverse Reporter Rate (BI7DRR) ini juga bermaksud untuk menjaga nilai tukar Rupiah yang tengah dalam tekanan hebat.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia juga terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk untuk menjaga stabilitas.
Baca SelengkapnyaGubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan alasan naiknya suku bunga jadi 6 persen.
Baca SelengkapnyaBank sentral mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DDR) di level 6 persen.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaKe depan tren penurunan suku bunga kebijakan negara maju khususnya Amerika Serikat terus berlanjut.
Baca SelengkapnyaDengan demikian suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25 persen demi menjaga stabilitas Rupiah.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan menjadi 6 persen.
Baca SelengkapnyaDengan demikian, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,5 persen, dan suku bunga Lending Facility 7 persen.
Baca SelengkapnyaPutusan mempertahankan suku bunga acuan ini dibuat untuk menjaga tingkat inflasi nasional agar terkendali, seiring pergolakan ekonomi di tingkat global.
Baca Selengkapnya