Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ini harus dilakukan pemerintah tingkatkan keahlian dan keterampilan pekerja RI

Ini harus dilakukan pemerintah tingkatkan keahlian dan keterampilan pekerja RI Diskusi survey di Cikini. ©2018 Merdeka.com/Wilfridus Setu Embu

Merdeka.com - Jumlah pekerja dan angkatan kerja yang memiliki keahlian dan keterampilan di Indonesia masih sangat minim. Padahal, mereka mempunyai peluang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik

Perkumpulan Prakarsa melakukan surveoi di lima kabupaten kota yaitu Yogyakarta, Kulonprogo, Wonosobo, Bojonegoro dan Malang dengan 789 responden yang sebagian anak muda dan perempuan. Hasil survei tersebut menunjukkan, dari total responden, hanya 14 persen yang menyatakan pernah mengikuti pelatihan kerja-pelatihan vokasi.

"Ditemukan juga ada pekerja yang berusia 15 tahun, itu 27 persen (dari total responden). Alasan mereka bekerja adalah karena tidak memiliki biaya untuk mengakses pendidikan (formal)," ungkap Perwakilan Perkumpulan Prakarsa, Herni Ramdlaningrum dalam diskusi di, Cikini, Jakarta, Selasa (8/5).

Orang lain juga bertanya?

Rendahnya pekerja yang memiliki kesempatan mendapatkan pelatihan juga tercermin di dalam data Survei Kerja Nasional (Sakernas) BPS. Rata-rata hanya 6 persen pekerja di nasional yang pernah mengikuti pelatihan dari tahun 2008 sampai 2015.

Kondisi ini tentu mengkhawatirkan. Apalagi di tengah berlangsungnya Revolusi Industri ke-4 yang berpotensi mengubah struktur produksi kerja. Perubahan pola produksi yang berbasis pada otomatisasi dan digitalisasi membutuhkan keahlian dan keterampilan tertentu dari pekerja. Organisasi perburuhan internasional (ILO) bahkan memprediksikan akan banyak pekerja kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi dan digitalisasi.

Program Manager INFID, Siti Khoirun Ni’mah menekankan, minimnya pelatihan kerja bagi pekerja dan angkatan kerja menjadi tantangan serius Indonesia dan tantangan serius masa depan Indonesia.

"Hal ini harus dipecahkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk itu, kebijakan pemerintah dalam industri 4.0 haruslah berorientasi pada pekerja dan angkatan kerja. Dan memastikan pekerja yang sekarang berada pada struktur produksi tidak kehilangan pekerjaan menjadi prioritas kebijakan pemerintah," katanya.

Beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain meningkatkan investasi pada pekerja, salah satunya dengan menambah jumlah balai-balai latihan kerja di berbagai daerah di Indonesia.

"Keberadaan pelatihan kerja yang memberikan jenis keahlian dan keterampilan seiring dengan perkembangan industri haruslah merata ada di berbagai daerah. Balai-balai latihan kerja tersebut dapat diakses pekerja di berbagai daerah di Indonesia," jelasnya.

Pemerintah juga perlu menambahkan anggaran pelatihan kerja di dalam Anggaran dan Belanja Pemerintah Nasional dan Daerah (APBN/APBD). Saat ini alokasi anggaran di bidang ketenagakerjaan masih sangat rendah. Jauh dibandingkan dengan negara-negara lain, termasuk negara-negara di Asean seperti Malaysia dan Singapura. Alokasi anggaran oleh pemda (Provinsi, Kab dan kota) untuk pelatihan kerja, bimbingan kerja dan pemagangan juga sangat minimal.

Selain itu, penguatan dialog multi-pihak dalam kebijakan ketenagakerjaan di antaranya dengan melibatkan serikat pekerja dan masyarakat sipil. Menurut dia, selain dunia industri, serikat pekerja dan masyarakat sipil haruslah dilibatkan dalam setiap kebijakan ketenagakerjaan menghadapi industri 4.0.

Untuk itu, pelibatan serikat pekerja dapat dilakukan dalam hal memecahkan masalah yang sulit seperti merger dan konsolidasi, regulasi baru baik dari pemerintah maupun industri, alih daya dan adopsi teknologi baru atau peningkatan/modifikasi teknologi yang sudah ada.

"Menyusun Rencana Aksi Pelatihan Kerja sebagai bagian dari Strategi Indonesia menghadapi Industri 4.0. Rencana aksi tersebut haruslah sejalan antara strategi industri dan sumber daya manusia. Rencana Aksi juga menjawab masalah terbatasnya jumlah pekerja yang memiliki keahlian dan meningkatkan keahlian pekerja yang sekarang ada di pasar kerja," tandasnya.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Peserta Program Kartu Prakerja Paling Banyak Usia 18-35 Tahun, Mayoritas Lulusan SMA
Peserta Program Kartu Prakerja Paling Banyak Usia 18-35 Tahun, Mayoritas Lulusan SMA

Program Prakerja meningkatkan kebekerjaan, kewirausahaan, pendapatan, inklusi keuangan.

Baca Selengkapnya
Cerita Pilu, Susah Dapat Kerja Hanya Karena Gen Z
Cerita Pilu, Susah Dapat Kerja Hanya Karena Gen Z

Calon mahasiswa enggan mengambil jurusan kejuruan karena dianggap berstatus rendah, meski lebih diminati.

Baca Selengkapnya
Insentif Program Kartu Prakerja Habiskan Anggaran Rp41,5 Triliun Hingga 30 September 2024
Insentif Program Kartu Prakerja Habiskan Anggaran Rp41,5 Triliun Hingga 30 September 2024

Dia memaparkan bahwa Program Kartu Prakerja sendiri tidak hanya menawarkan bantuan finansial melainkan juga membangun ekosistem yang terintegrasi.

Baca Selengkapnya
Tidak Cocok dengan Gaji, Cuma 3 Ribu Warga Lokal Ikut Garap Pembangunan IKN Nusantara
Tidak Cocok dengan Gaji, Cuma 3 Ribu Warga Lokal Ikut Garap Pembangunan IKN Nusantara

Tenaga kerja lokal yang telah mengikuti pelatihan dan mendapatkan sertifikasi bisa dilibatkan dalam membangun IKN.

Baca Selengkapnya
Kartu Prakerja Diklaim Jadi Program Jokowi-Ma'ruf Paling Bermanfaat
Kartu Prakerja Diklaim Jadi Program Jokowi-Ma'ruf Paling Bermanfaat

Program kartu prakerja menempati peringkat keempat sebagai program paling bermanfaat era Jokowi-Ma'ruf.

Baca Selengkapnya
Data KPAI 1,14 Juta Anak Jadi Pekerja, Mulai Prostitusi hingga Petani
Data KPAI 1,14 Juta Anak Jadi Pekerja, Mulai Prostitusi hingga Petani

24 indikator KLA antara lain tentang eksploitasi anak, termasuk cara menurunkan atau menanggulangi situasi pekerja anak.

Baca Selengkapnya
BPS Ungkap Mayoritas Petani di Indonesia Cuma Lulus SD
BPS Ungkap Mayoritas Petani di Indonesia Cuma Lulus SD

Kondisi ini menjadi salah satu faktor rendahnya produktivitas pertanian di Tanah Air.

Baca Selengkapnya
Menaker Ida Buka-bukaan soal Hampir 10 Juta Gen Z Jadi Pengangguran
Menaker Ida Buka-bukaan soal Hampir 10 Juta Gen Z Jadi Pengangguran

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, sebanyak 9,9 juta Gen Z pada rentang usia 15 sampai 24 tahun menganggur pada 2023.

Baca Selengkapnya
Cara Pemkot Bontang Ciptakan Tenaga Kerja Terampil Sesuai Kebutuhan Industri
Cara Pemkot Bontang Ciptakan Tenaga Kerja Terampil Sesuai Kebutuhan Industri

Pemerintah Kota Bontang melalui Dinas Tenaga Kerja menyelenggarakan kegiatan Perluasan Kesempatan Kerja dan Pelatihan Tenaga Kerja Mandiri.

Baca Selengkapnya
Nasib Program Kartu Prakerja Tahun 2025 Menunggu Keputusan Prabowo Subianto
Nasib Program Kartu Prakerja Tahun 2025 Menunggu Keputusan Prabowo Subianto

Keberlanjutan program Kartu Prakerja sangat penting, hal itu ditunjukkan dengan sejumlah capaian yang diperoleh.

Baca Selengkapnya
Pengangguran di Indonesia Masih Banyak, Ternyata Ini Biang Keroknya
Pengangguran di Indonesia Masih Banyak, Ternyata Ini Biang Keroknya

Menaker Ida mengatakan, ada beberapa penyebab masih banyak pengangguran di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Jumlah Pengangguran di Indonesia 2024, Tertinggi di ASEAN!
Jumlah Pengangguran di Indonesia 2024, Tertinggi di ASEAN!

Jumlah pengangguran Indonesia disebut per Februari 2024 turun menjadi 7,2 juta orang, terendah sejak 1997.

Baca Selengkapnya