Ini Jenis Pekerjaan yang Muncul dan Hilang di Masa Depan
Merdeka.com - Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, membeberkan sejumlah tantangan sektor ketenagakerjaan di era digital. Memasuki industri 4.0, Menteri Ida menyebutkan banyak jenis usaha dan pekerjaan yang tidak berkembang bahkan hilang.
"Kemanaker sendiri tahun 2017 telah melakukan kajian pasar kerja dan memperkirakan bahwa industri teknologi informasi dan telekomunikasi akan menjadi industri yang paling tinggi pertumbuhannya untuk beberapa waktu ke depan," kata Menteri Ida dalam Kompasianival 2020, Jumat (4/12).
Kajian ini juga memproyeksikan jenis pekerjaan seperti programer, analisis data, dan perancang kecerdasan buatan, diperkirakan akan menjadi pekerjaan yang akan tumbuh sangat pesat. Sementara, industri padat karya akan tergantikan oleh proses otomatisasi.
-
Gimana pengaruh teknologi ke tenaga kerja? Kondisi ini ditambah efisiensi penggunaan tenaga kerja sebagai akibat inovasi teknologi
-
Bagaimana cara mengatasi kekurangan talenta digital di Indonesia? Untuk mencapai jumlah itu dibutuhkan kolaborasi pentahelix. Model kolaborasi yang melibatkan lima unsur yaitu: Akademisi, Bisnis, Masyarakat, Pemerintah, Media.
-
Mengapa Indonesia kekurangan talenta digital? Sayangnya, di saat adopsi teknologi itu makin gencar dilakukan di negara-negara lain, Indonesia justru masih banyak kekurangan talenta.
-
Apa yang sedang trending dalam dunia pekerjaan? Seiring perkembangan zaman, penggunaan Bahasa Inggris pun kian meningkat pesat.
-
Apa tantangan Gen Z di dunia kerja? Generasi Z mengalami tantangan berat di dunia kerja saat ini. Stigma dengan individu yang kurang kompetitif cukup melekat pada generasi kelahiran 1997-2012 ini. Meskipun memiliki latar pendidikan mentereng, tak menjamin Generasi Z mudah diterima kerja.
-
Kapan teknologi akan menggantikan pekerjaan? Menukil laporan World Economic Forum (WEF), teknologi dan otomatisasi diperkirakan akan menggantikan 85 juta pekerjaan di Indonesia pada tahun 2025.
"Sementara pekerjaan tradisional yang perannya dapat digantikan oleh teknologi digital, seperti tukang cetak, pengantar surat dan resepsionis, akan semakin menurun permintaannya di masa yang akan datang,” kata Menteri Ida.
Sementara, untuk di Indonesia sendiri, Menteri Ida menjelaskan bahwa McKinsey memprediksi akan ada 23 juta jenis pekerjaan yang terdampak oleh otomatisasi. Serta akan ada puluhan juta pekerjaan baru yang muncul dalam kurun waktu tersebut.
“World Economy Forum, dalam laporan terbarunya memperkirakan akan ada 95 juta pekerjaan baru yang tumbuh bersamaan dengan 85 juta pekerjaan yang akan berkurang," ujar Menteri Ida.
Jokowi: 56 Persen Pekerjaan di 5 Negara ASEAN Terancam Hilang Akibat Otomatisasi
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan ASEAN maupun Indonesia memiliki potensi digital yang sangat besar. Kendati begitu, hal ini membuat sejumlah lapangan pekerjaan di beberapa negara ASEAN terancam hilang akibat otomatisasi.
Dia menyampaikan bahwa pada tahun 2025, ekonomi digital ASEAN diproyeksikan berada pada kisaran USD 200 miliar. Sementara di Indonesia, diperkirakan mencapai USD 133 miliar.
"Namun, tantangan transformasi digital masih sangat banyak. Pertama, banyak jenis usaha dan pekerjaan lama yang tutup. Sekitar 56 persen pekerjaan di lima negara ASEAN terancam hilang akibat otomatisasi," kata Jokowi melalui video yang diunggah di YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (14/11).
Jokowi menyampaikan hal itu saat memberi sambutan dalam ASEAN Bussiness and Investment Summit secara virtual, Jumat 13 November 2020. Tantangan lainnya yakni, kesenjangan digital yang masih sangat besar di negara ASEAN.
Penyebabnya, internet sebagai infrastruktur utama ekonomi digital belum merata di seluruh negara ASEAN. Jokowi mengungkap dari 10 negara ASEAN, hanya 3 negara yang memiliki tingkat penetrasi internet di atas 80 persen.
Dia menekankan perlunya terobosan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut. Jokowi menilai Indonesia harus mempercepat transformasi digital.
"Apalagi saat ini kegiatan ekonomi digital ASEAN masih kecil, hanya sebesar tujuh persen dari total PDB ASEAN," jelasnya.
Untuk itu, terdapat sejumlah hal yang harus terus didorong oleh negara-negara ASEAN. Pertama, memastikan bahwa revolusi digital berjalan secara inklusif dengan memperhatikan aspek access, affordability, dan ability.
Dia menuturkan infrastruktur digital harus merata baik di perkotaan maupun pedesaan dengan harga yang terjangkau. Kedua, ASEAN juga harus bergerak agar menjadi pemain besar dalam ekonomi berbasis digital sekaligus menjadikan ekonomi digital.
Jokowi menegaskan ASEAN tidak boleh hanya menjadi sekadar pasar digital. Namun, juga harus tumbuh menjadi kekuatan besar yang mampu membantu UMKM di ASEAN masuk ke dalam rantai pasok global.
Dia meyakini percepatan transformasi digital UMKM akan mendorong bangkitnya roda perekonomian kawasan. Oleh sebab itu, pemerintah masing-masing negara ASEAN perlu memiliki andil yang lebih besar dalam mendorong transformasi digital.
Menurut dia, Indonesia memiliki ekosistem digital yang menjanjikan. Jumlah startup yang ada di Indonesia mencapai 2.193 pada 2019, yang mana kelima terbesar di dunia.
"Indonesia juga memiliki 1 decacorn dan 4 unicorn," ucap Jokowi.
Selain itu, Indonesia mengembangkan peta jalan Making Indonesia 4.0 sejak 2018. Pemerintah pun memberikan insentif fiskal berupa super tax deduction kepada industri yang berinvestasi di riset dan pengembangan.
Ketiga, Jokowi menyebut sinergi kuat antara negara-negara ASEAN sangat dibutuhkan untuk menciptakan ekosistem digital yang kondusif di kawasan. Dia ingin ASEAN bekerja sama mengeliminasi hambatan perdagangan digital, membangun kepastian hukum, hingga memperkuat kemitraan dengan swasta untuk memperkuat konektivitas digital.
"Sinergi ini harus bersifat inklusif. Tidak ada satupun yang boleh tertinggal. Itulah prasyarat jika kita ingin menjadikan kawasan ASEAN sebagai pemenang dalam era transformasi digital ini. No one left behind," tutur Jokowi.
Reporter: Pipit Ika Ramadhani
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peran dari manusia akan dapat dioptimalkan melalui teknologi.
Baca SelengkapnyaPekerjaan yang bergerak di bidang AI, pemrograman dan komputasi menjadi jenis pekerjaan yang akan terus berkembang ke depannya.
Baca SelengkapnyaMenaker mengatakan masa depan Indonesia sangat ditentukan oleh seberapa kompeten dan seberapa kompetitif pekerja/buruh.
Baca SelengkapnyaMenaker Ida membeberkan daftar keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja saat ini.
Baca SelengkapnyaKemunculan otomasi dan AI ini membuat semua negara kesulitan untuk membuka lapangan pekerjaan baru bagi warganya.
Baca SelengkapnyaMenteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menghadiri Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi IX DPR.
Baca SelengkapnyaDi tengah perkembangan teknologi saat ini, muncul berbagai hasil produk inovasi yang bisa mengancam sektor bisnis yang sudah ada.
Baca SelengkapnyaWEF melaporkan bahwa dominasi penggunaan kecerdasan buatan atau AI akan berdampak pada struktur pasar tenaga kerja.
Baca SelengkapnyaIda Fauziyah berharap mahasiswa baru Polteknaker menjadi mahasiswa dan lulusan yang istimewa serta tidak menambah jumlah pengangguran di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenaker Ida mengatakan, ada beberapa penyebab masih banyak pengangguran di Indonesia.
Baca SelengkapnyaGig economy bisa mempekerjakan seseorang di dalam negeri maupun luar negeri.
Baca SelengkapnyaData hampir 10 juta Gen Z jadi pengangguran merupakan temuan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023.
Baca Selengkapnya