Ini Sebab Sektor Migas Akan Terus Sumbang Defisit Transaksi Berjalan Versi SKK Migas
Merdeka.com - Sektor minyak dan gas bumi (migas) diyakini akan terus menyumbang defisit neraca berjalan Indonesia. Sebab, impor minyak akan terus meningkat mengikuti pertumbuhan konsumsi.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Amien Sunaryadi, mengatakan saat ini defisit neraca berjalan salah satunya dipicu oleh sektor migas. Kondisi tersebut akan terus terjadi, bahkan angkanya akan terus bertambah.
"Defisit nerca berjalan paling besar dari migas terjadi saat ini saya yakin bukan saat ini tahun depan-tahun depan lagi defisit bertambah terus," kata Amien, dalam seminar berburu lapangan migas baru di Indonesia, di Jakarta, Kamis (15/11).
-
Bagaimana Pertamina meningkatkan produksi migas? Hal ini dihasilkan dari upaya Pertamina yang melakukan pengeboran secara massif dan agresif, baik untuk sumur eksplorasi dan eksploitasi yang mencapai 820 sumur maupun pemeliharaan sumur (Workover) sebanyak 32.530 sumur.
-
Bagaimana BPH Migas tingkatkan konsumsi gas bumi? BPH Migas terus mendorong peningkatan konsumsi gas dalam negeri serta memberikan dukungan penyediaan energi bersih lewat penetapan harga gas bumi melalui pipa.
-
Mengapa BPH Migas dorong pemanfaatan gas bumi? Dalam rangka turut menjaga lingkungan, mengurangi emisi karbon, dan mengatasi perubahan iklim, BPH Migas terus mendorong peningkatan pemanfaatan gas bumi melalui pipa,' imbuhnya.
-
Kenapa konsumsi bensin meningkat? Pertama sebelum Libur Natal meningkat hingga +16%, lalu menuju liburan Tahun Baru meningkat +12,1%, dan terakhir saat arus balik meningkat +9,6%.
-
Mengapa kegiatan hulu migas seringkali beririsan dengan LP2B? Sebab, pembangunan infrastruktur migas sering kali berada di area yang telah ditetapkan menjadi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B).
-
Bagaimana Pertamina Hulu Energi meningkatkan produksi minyak? Perlu dilakukan upaya-upaya khusus untuk peningkatan produksi minyak dengan berbagai macam recovery plan yang sudah disiapkan serta inisiatif baru.
Menurut Amien, sektor migas terus menjadi penyumbang defisit neraca berjalan karena produksi minyak dalam negeri terus menurun. Sedangkan, konsumsi BBM akan terus naik. Maka untuk memenuhi kebutuhan impor minyak terus dilakukan.
"Bisa tidak mengurangi konsumsi BBM? Tidak bisa, tahun depan akan naik, produksi turun," tuturnya.
Menurut Amien, saat ini kondisi produksi minyak tidak ada tanda-tanda kenaikan produksi, bahkan akan terus turun pada level 500.000 barel per hari. Selain itu, produksi gas dari dalam negeri juga bernasib serupa.
"Produksi menurun terus dan tidak ada tanda-tanda meningkat, ini prediksi saat ini. Jadi prediksi produksi minyak akan turun terus diperkirakan 500 ribu barel, gas akan turun terus pada 2038," tandasnya.
Reporter: Pebrianto Eko Wicaksono
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
SKK Migas Bersama Kementerian ESDM juga mengalokasikan anggaran cukup besar.
Baca SelengkapnyaPemerintah mendorong pengembangan migas non konvensional (MNK).
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus USD1,31 miliar atau sekitar Rp20,01 triliun
Baca SelengkapnyaSurplus neraca perdagangan bulan Agustus 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaAlokasi APBN untuk subsidi BBM memang sangat memberatkan jika harga minyak dunia tembus di kisaran USD 90 per barel.
Baca SelengkapnyaPudji menerangkan, surplus tersebut ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD4,62 miliar
Baca SelengkapnyaSKK Migas: Prioritas Produksi Minyak dan Gas Bumi untuk Kebutuhan Dalam Negeri
Baca SelengkapnyaInvestor makin kurang menaruh minat pada sektor minyak.
Baca SelengkapnyaPeningkatan produksi minyak dan gas tidak terlepas dari penambahan produksi minyak minyak pertama dari Proyek Banyu Urip Infill Clastic
Baca SelengkapnyaMasalah utama di bidang migas yang dihadapi adalah produksi minyak yang saat ini masih sangat rendah.
Baca SelengkapnyaPenurunan impor non migas disebabkan oleh beberapa komoditas, di antaranya, mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Baca Selengkapnya