Ini yang Harus Dilakukan Pemerintah untuk Kejar Pertumbuhan Ekonomi 3 Persen di 2021
Merdeka.com - Ekonom senior, Aviliani menilai sangat sulit bagi pemerintah untuk bisa mencapai pertumbuhan ekonomi di level 3 persen pada tahun ini. Pemerintah harus melakukan berbagai perombakan, mulai dari model belanja, mekanisme Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), dan kebijakan secara regional.
Target pertumbuhan 3 persen bisa dicapai jika tidak ada lagi pembatasan, sehingga kinerja kuartal II hingga IV 2021 sudah membaik. Namun, karena ada penerapan PPKM, maka akan terjadi pengalihan anggaran yang lebih banyak untuk sektor kesehatan, sehingga pembangunan infrastruktur yang ada kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi akan berdampak.
Kuartal II dan III biasanya bisa menjadi penggerak karena merupakan periode belanja pemerintah.
-
Kenapa kemenko perekonomian perlu tingkatkan pertumbuhan ekonomi? Pertumbuhan (ekonomi) pertahun 5% tidaklah cukup. Jadi kita butuh tumbuh 6% sampai 7%. Namun salah satu yang menjadi catatan yaitu ICOR (Incremental Capital Output Ratio) kita di tahun ini terlalu tinggi yaitu 7,6. Ini artinya bahwa investasi yang kita masukkan belum terlalu optimal,“ tutur Menko Airlangga.
-
Bagaimana LPDUK berbenah setelah pandemi? Sesuai arahan Menpora Dito Ariotedjo, LPDUK mencoba melakukan transformasi dengan menjadi lembaga yang lebih progresif dan mendukung ekosistem Industri Olahraga sebagai bagian dari DBON.
-
Apa yang Kemendagri minta kepala daerah lakukan terkait inflasi? Pelaksana Tugas (Plt.) Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Tomsi Tohir meminta kepala daerah dengan inflasi tinggi agar mengevaluasi sejumlah upaya pengendalian yang telah dilakukan. Upaya pengendalian harus berdampak dan tak hanya bersifat seremonial.
-
Bagaimana UMKM bisa bertahan di masa pandemi? Lewat jalur digital itu, IniTempe bertahan, bisa bertahan selama pandemi. Omzet bulanan Benny bahkan bisa mencapai puluhan juta dari dunia digital itu.
-
Apa tantangan utama pemerintahan baru terkait ekonomi? Tantangan dari Dalam Akhmad Akbar mengatakan bahwa pemerintahan Prabowo dan Gibran akan sibuk menghadapi tantangan dari dalam pemerintahannya sendiri.
-
Bagaimana cara Pemda mengatasi masalah keuangan dalam rekrutmen PPPK? Karena hal itu, Pemda bersangkutan tetap menggunakan PPPK paruh waktu dan tidak menggunakan PPPK penuh waktu karena terkait keuangan gaji dan lainnya sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
"Tapi kalau kita lihat seperti ini ada pengalihan anggaran, berarti bisa jadi pertumbuhan pada tahun ini memang tidak akan mungkin tercapai di angka 4-5 persen, bahkan 3 persen, kemungkinan di bawah itu, jadi masih sangat berat untuk mencapai 3 persen," kata Aviliani dalam diskusi virtual Narasi Institute pada Jumat (23/7).
Selain itu, dia juga menyoroti banyak hal yang dilakukan oleh pemerintah yang tidak berubah. Contohnya ,dana PEN tahun lalu tidak terserap optimal, padahal sudah mengeluarkan obligasi yang cukup besar.
Hal tersebut terjadi karena anggaran PEN dianggarkan untuk hal-hal yang belum dibutuhkan. Artinya, apa yang dianggarkan tidak cocok dengan kondisi yang ada, sehingga anggaran tidak terserap.
"Jadi saya lihatnya kebijakan di sektor keuangan ini tidak melihat situasi dan kondisi yang membutuhkan. Itu yang pertama," tuturnya.
Selanjutnya
Hal kedua adalah sistem dalam pengeluaran anggaran tidak berubah. Penyaluran dana PEN seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang berbelit, juga membuat penyalurannya tidak bisa dilakukan dengan cepat. Menurutnya hal semacam ini masih terjadi.
"Kalau BLT misalnya di departemen apa, nanti yang mengeluarkan departemennya. Jadi membutuhkan waktu luar biasa untuk melakukan hal ini. Akibatnya bagaimana ekonomi jalan kalau anggarannya ada tapi uangnya tidak belanja. Jadi saya melihat ini tidak ada perubahan," jelasnya.
Dia pun mengimbau pemerintah untuk mengubah tata cara penyaluran dana PEN, termasuk BLT agar lebih optimal dan dapat mempertahankan perekonomian. Dalam hal ini juga memastikan para pekerja informal yang terdampak pandemi Covid-19 benar-benar bisa mendapatkan bantuan.
Pemerintah pun dinilai harus terus bersiap walaupun PPKM telah berakhir nanti, karena kondisi yang tidak bisa diprediksi. Penerapan PPKM sendiri seharusnya dilakukan secara regional. Hal ini karena kondisi di setiap daerah berbeda, termasuk dari sisi kasus, kebutuhan insentif hingga kondisi ekonominya.
Mengenai sistem insentif seharusnya lebih diberikan kepada sisi demand, bukan supply. Misanya insentif pariwisata yang diberikan kepada para pengunjung, tapi melalui hotel atau tempat wisatanya.
Selama ini, insentif lebih banyak diberikan kepada perusahaan. Persoalannya, menurut Aviliani, kalau perusahaan belum membutuhkan maka mereka tidak bisa mengklaim insentifnya sehingga banyak dana PEN tidak terserap karena tidak sesuai kebutuhan.
"Jadi banyak yang kita lihat harus diubah dari mulai model belanjanya, kemudian PPKM ini harus di tingkat regional, dan kebijakan pun harus regional," tutup Aviliani.
Reporter: Andina Librianty
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,94 persen (yoy) di Kuartal III-2023.
Baca SelengkapnyaDalam RAPBN 2025, terdapat struktur penerimaan perpajakan Rp2.490,9 triliun, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp505,4 triliun.
Baca SelengkapnyaMenteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan angka pada proyeksi tahun 2024 merupakan bentuk antisipasi pemerintah terhadap kondisi global.
Baca SelengkapnyaPemerintah terus berupaya untuk menyikapikonstelasi global tersebut dengan strategi kebijakan yang jitu dan antisipatif.
Baca SelengkapnyaStabilitas politik penting untuk menjaga perekonomian tetap tumbuh
Baca SelengkapnyaStrateginya menurut Said adalah konsumsi domestik harus dijaga dengan inflasi yang terjaga rendah.
Baca SelengkapnyaDPR dan Pemerintah sepakat menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 di angka 5,6 persen.
Baca SelengkapnyaPemerintah menargetkan kemiskinan di Indonesia dapat mencapai 4,5-5 persen pada 2029 mendatang.
Baca SelengkapnyaAjib Hamdani menilai, opsi menaikkan tarif PPN ini menjadi sebuah dilema dalam konteks perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaPendapatan negara di 2024 ditargetkan capai Rp2.781,3 triliun, di mana penerimaan perpajakan ditargetkan capai Rp2.307,9 triliun.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Indrawati menceritakan ide memberikan insentif fiskal tersebut dari Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian.
Baca SelengkapnyaPemerintah akan melanjutkan rangkaian strategi kebijakan dalam meningkatkan keberlanjutan.
Baca Selengkapnya