Ini yang Perlu Dilakukan Indonesia Tangkal Tekanan Ekonomi Global
Merdeka.com - Wakil Menteri Keuangan RI, Mardiasmo, mengingatkan semua pihak untuk menangkap peluang di tengah ketidakpastian global. Di mana, saat ini tekanan global membuat ekonomi dunia memasuki era suku bunga tinggi.
Hal tersebut disampaikan Mardiasmo dalam acara The Consumer Banking Forum "The Bank's Journey as a Platform and New Business Model: Menangkap Peluang di Tengah Ketidakpastian Global dan Tekanan Nilai Tukar Rupiah Serta Suku Bunga Tinggi, di Hotel Le Meridien, Jakarta, Kamis (22/11).
Mardiasmo menjelaskan, saat ini perkembangan perekonomian global memang sangat menarik. Setiap negara mempunyai fokus masalah masing-masing yang mesti dibenahi. Mulai dari inflasi yang tinggi, gejolak politik dan lain sebagainya. Beberapa negara tersebut misalnya Kanada, Meksiko, China, Italia, Pakistan, Turki, Bangladesh dan Afrika Selatan.
-
Kenapa Pertamina perlu antisipasi gejolak ekonomi global? Erick menyebut kondisi ini memicu menguatnya dolar AS terhadap rupiah dan tentunya kenaikan harga minyak WTI dan Brent yang masing-masing telah menembus 85,7 dolar AS dan 90,5 dolar AS per barel.'Harga minyak ini bahkan diprediksi beberapa ekonom bisa mencapai 100 dolar AS per barel apabila konflik meluas dan melibatkan Amerika Serikat,' lanjut dia.
-
Apa yang menjadi tantangan ekonomi global bagi BRI? Tantangan Perlambatan Ekonomi Global Sejak Tahun Lalu Berbagai tantangan ketidakpastian ekonomi, seperti kondisi perekonomian yang dihantui resesi dan perlambatan ekonomi global sejak tahun lalu.
-
Apa tantangan utama pemerintahan baru terkait ekonomi? Tantangan dari Dalam Akhmad Akbar mengatakan bahwa pemerintahan Prabowo dan Gibran akan sibuk menghadapi tantangan dari dalam pemerintahannya sendiri.
-
Bagaimana Menko Perekonomian ingin memperkuat kerja sama ekonomi? "Di KTT India nanti Indonesia akan terus berupaya menjalin kerja sama dengan negara-negara lainnya dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang ekonomi. Sehingga nantinya pembangunan akan terus terjadi dan masyarakat akan sejahtera," tutur Ketua Umum DPP Partai Golkar ini.
-
Apa yang dilakukan Pertamina untuk atasi dampak ekonomi global? Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan Pertamina secara intens terus memantau perkembangan terkini dan dampak memanasnya geopolitik terhadap rantai pasok energi global. Nicke menyebut fluktuasi minyak dunia akan kian dinamis pasca meningkatnya ketegangan yang terjadi di timur tengah.'Kita akan terus meningkatkan upaya mitigasi risiko untuk mengurangi potensi dampak dari dinamika situasi ekonomi dan geopolitik, termasuk pegendalian biaya, pemilihan komposisi crude yang optimal, pengelolaan inventory yang efektif, peningkatan produksi high-yield products dan efisiensi di semua lini operasional,' ujar Nicke.
-
Mengapa banyak perusahaan global terancam bangkrut? Banyak tanda menunjukkan ancaman kebangkrutan bagi perusahaan-perusahaan global, terutama karena krisis utang dan kenaikan biaya pinjaman yang menjadi isyarat 'kiamat' baru bagi korporasi di seluruh dunia.
Mardiasmo mengajak semua pihak untuk bersama-sama menghadapi tantangan ekonomi global tersebut. "Sehingga untuk memberikan solusi harus sinergi antar seluruh komponen bangsa untuk menghadapi tantangan yang relatif tidak ringan," kata Mardiasmo.
Mardiasmo menjelaskan, proyeksi pertumbuhan ekonomi global cenderung moderat. Tren suku bunga tinggi diprediksi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. Membuat setiap negara harus menjaga stabilitas kesehatan fiskalnya.
"Ini sesuatu yang perlu kita bicarakan. Tapi yang lebih penting lagi bagaimana peran perbankan. Karena kita ingin supaya (peran perbankan) lebih bagus," kata Mardiasmo.
Mardiasmo mengungkapkan saat ini Indonesia juga tengah berjuang mengantisipasi atau mitigasi risiko dampak dari tekanan eksternal. Adapun mitigasi risiko yang dilakukan harus sesuai atau pas dengan kondisi yang saat ini terjadi.
Dia menganalogikan kondisi tersebut seperti orang yang sedang sakit. Di mana dosis antibiotik yang diberikan harus pas atau sesuai takarannya dengan sakit yang tengah diderita.
"Mitigasi risiko dengan action plan dan dengan langkah yang nyata, pas diagnosisnya dan ukurannya harus pas, jangan over jangan kurang," ujarnya.
Yang lebih penting, lanjutnya, adalah bagaimana cara pemerintah mengelola dan mengoptimalkan cadangan devisa (cadev) terutama saat ini defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) Indonesia cukup lebar yakni lebih dari 3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Kondisi tersebut mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan yang dapat mengerem impor dan di lain pihak harus dapat mendongkrak ekspor. "CAD kita lebih kecil dan positif dorong ekspor, menahan impor dan kebijakan lain yang bsia kita kembangkan," tutupnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mendag Zulkifli Hasan menjelaskan, ekonomi Indonesia tetap melanjutkan tren pemulihan.
Baca SelengkapnyaApalagi kata Royke, IMF dan World Bank memperkirakan rata-rata pertumbuhan ekonomi global akan lebih rendah dibandingkan periode sebelum pandemi.
Baca SelengkapnyaIndonesia berupaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaIndeks kinerja manufaktur atau Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia terkontraksi di level 49,3.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengatakan beberapa persoalan dunia yang dapat mengancam perekonomian dan sistem keuangan Indonesia.
Baca SelengkapnyaSetidaknya, ada dua upaya pemerintah menanggulangi geopolitik Timur Tengah yang berdampak kenaikan harga minyak dunia.
Baca SelengkapnyaKestabilan ekonomi akan sulit dikembalikan jika sudah terganggu.
Baca SelengkapnyaMeningkatnya fragmentasi ekonomi dan geopolitik yang bersumber tidak hanya dari konflik Rusia-Ukraina, namun juga tensi geopolitik antara China dan AS.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi 2024 diperkirakan masih di atas 5 persen
Baca SelengkapnyaTantangan berat ketiga berasal dari disrupsi teknologi yang memberikan tekanan besar di sektor ketenagakerjaan.
Baca SelengkapnyaAda beberapa isu yang menjadi perhatian pemerintah di tahun 2024.
Baca SelengkapnyaKondisi ini memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global.
Baca Selengkapnya