Intip Strategi Bisnis Pria Tamatan SMA Raup Omzet Rp600 Juta per Bulan
Merdeka.com - Memulai bisnis Usaha Mikro Kecil dan menengah (UMKM) kerap kali dipandang sebelah mata. Apalagi, ketatnya persaingan di dalam negeri masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakat, dan tak banyak yang berani mencoba menembus pasar ke luar negeri.
Namun, ada UMKM yang bisa mematahkan pandangan tersebut yakni Bawadi Coffee. Lewat tangan Teuku Dharul Bawadi, Bawadi Coffee justru meraup sukses dengan menggarap pasar internasional.
"Jangkauan pemasaran saya pertama itu baru di Aceh kita masuk di seluruh Aceh. Internasional kita sudah masuk 8 negara diantaranya adalah Malaysia, Singapura, Kanada, China, Thailand, Brunei, Australia dan India," kata Bawadi saat berbincang dengan merdeka.com, di Jakarta, Sabtu (13/7).
-
Apa itu UMKM? UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis usaha kecil yang dijalankan oleh individu atau kelompok dengan modal terbatas, tetapi memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara.
-
Mengapa UMKM penting? UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain karena kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
-
Bagaimana UMKM bisa menarik konsumen di marketplace? “Berikutnya adalah bagaimana menampilkan produk jualan mereka agar tampak menarik di marketplace, tak sekedar memajang gambar semata. Mereka juga harus cepat menjawab pertanyaan calon konsumen. Jika lamban, maka konsumen dengan mudah beralih ke toko online lainnya,“ ujar Budi.
-
Apa masalah TEMU dengan UMKM? Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia.
-
Bagaimana UMKM Cianjur tembus pasar ASEAN? Sebelumnya hanya dua produk lokal yang tembus pasar ekspor, yakni radio kayu antik dan sambal honje.
-
Dimana UMKM beroperasi? UMKM meliputi berbagai sektor ekonomi, termasuk kuliner, fashion, otomotif, dan jasa lainnya.
Tak puas sampai di situ, pria berusia 30 tahun ini akan kembali merambah pasar ke arah Timur Tengah, bahkan Eropa. "Minggu depan saya ke Rusia dan di Swiss. Jadi kita arah ke Eropa lagi," imbuhnya.
Dia menceritakan, dari beberapa negara tujuan asal ekspor produk olahan kopi jadi tersebut, Bawadi Coffee mampu meraup omset penjualan hingga sebesar Rp600 juta per bulan. Angka tersebut setara dengan 20 kali lipat dari modal awal membangun bisnis yang hanya sebesar Rp30 juta.
"Modal awal kita Rp30 juta. Itu hasil dari tabungan saya pribadi. Penjualan sebulan Rp600 juta," imbuhnya.
Namun siapa sangka, di balik kesuksesannya, Bawadi hanyalah seorang lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA). Berangkat dari kegagalannya untuk menamatkan kuliah, dia mulai berpikir dan merencanakan untuk membangun sebuah bisnis kopi yang kini dinamai Bawadi Coffee.
"Sebenernya saya kuliah di semester 6 mau lanjut semester ke 7 saya liat kawan-kawan saya di tempat kuliah semua mengejar untuk jadi PNS dan lain-lain. Bertolak belakang dengan saya, saya ingin menciptakan, bagaimana saya bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain. Akhirnya saya memutuskan untuk membuat satu perusahaan namanya Bawadi Coffee," kisahnya.
Pria kelahiran Aceh tersebut mengisahkan alasan dirinya membangun brand Bawadi Coffee. Menurutnya di daerah tanah kelahirannya ada beberapa komoditas yang potensinya luar biasa, dan cukup dikenal dipasar internasional, salah satunya adalah kopi.
"Saya ambil pertama kopi Arabica Gayo kita produksi di awal tahun 2014 saya mulai memasarkannya ke beberapa lokasi yakni ke Malaysia dan Singapura. Karena memang awal target kopi Bawadi kita langsung ke Malaysia," terangnya.
Dirinya pun menceritakan kenapa tujuan pasar pertamanya langsung ke luar negeri. Sebab, baginya dengan membuka pasar di negara luar, secara persaingan dan kompetitor masih belum banyak. Hal ini berbeda dengan kondisi pasar dalam negeri.
"Karena kalau kita masuk ke nasional harus ada nama karena orang agak susah nerima produk baru kalau memang dia belum ada nama. Tapi saya sesuaikan ke luar negeri," jelasnya.
Kendati begitu, komposisi pasar dalam negeri sendiri masih cukup dominan apabila dibandingkan dengan luar negeri yakni sekitar 70 persen dibanding 30 persen. Beberapa pasar dalam negeri yang kini sudah dimasuki produknya yakni Alfamart, Indomaret, dan Giant.
"Mimpi kita tahun ini saya rencana masuk ke 7 eleven. Kalau kita masuk ke sana otomatis 36 negara kita sudah bisa masuk barang. Jadi kita tidak susah distribusikan barang dan promosi karena biaya keduanya mahal bagi kita UMKM tidak akan sanggup distribusi 36 negara, tapi kalau kita manfaatkan jaringan ini barang kita akan masuk ke semua negara," ungkapnya.
Hingga saat ini, pihaknya sudah bekerja sama dengan 1.840 petani kopi dari yang sebelumnya hanya 50 petani saja. Sedangkan, karyawan tetap yang dipekerjakan di Bawadi Coffee mencapai 28 orang dan karyawan lepas sebanyak 34 orang yang didominasi oleh mahasiswa.
"Jadi saya bermimpi supaya kawan-kawan yang lagi kuliah saya suruh mereka berkunjung ke tempat saya, supaya dia bisa berwirausaha sambil kuliah. Jadi disinilah 34 orang ini. Dia siang ke tempat saya dia ambil kopi dia jualan dari situ dia sambil belajar. Jadi saya memang semuanya yang ingin belajar bisnis akan tampung di Aceh. Jadi kita sama-sama untuk berkembang," pungkasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sempat ditipu hingga ratusan juta, pengusaha bawang goreng satu ini justru makin sukses dengan penghasilan mencapai ratusan juta.
Baca SelengkapnyaPanji mulai menyadari efek buruk tidak serius sekolah. Ia sulit mendapatkan pekerjaan.
Baca SelengkapnyaDengan modal yang sedikit, Ragawi mulai menekuni dunia peternakan.
Baca SelengkapnyaRio bertekad untuk tidak membandingkan pencapaian diri sendiri dan orang lain.
Baca SelengkapnyaDia memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai supervisor di sebuah perusahaan BUMN dan memilih untuk merintis usaha keripik kentang.
Baca SelengkapnyaTeten mengakui masih ada kendala yang dihadapi para pelaku usaha mikro untuk tumbuh.
Baca SelengkapnyaPenjual bakso tersebut berhasil membuka tiga cabang di berbagai wilayah Cirebon, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaTak perlu mempersulit diri dengan mencari produk jualan yang rumit, terpenting bagaimana memasarkannya.
Baca Selengkapnya99,62 Pelaku Usaha di Indonesia Ternyata Hanya Pengusaha Mikro, Apa Solusi Pemerintah?
Baca SelengkapnyaKesuksesan ritel ini tidak hanya memberikan keuntungan finansial bagi Ahmad, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar.
Baca SelengkapnyaAlfa memiliki perjalanan hidup yang menarik dibanding dengan anak seusianya.
Baca SelengkapnyaDi usia 13 tahun, dia sudah merantau ke Malaysia untuk menjadi TKI sebagai kuli bangunan.
Baca Selengkapnya