Investor Rusia lirik pengolahan sampah jadi listrik di Samarinda
Merdeka.com - Investor Rusia berencana mendirikan pabrik pengolahan sampah, yang menghasilkan energi listrik di Samarinda, Kalimantan Timur. Listrik itu nantinya akan dijual ke PT PLN (Persero). Produksi sampah di Samarinda yang rata-rata mencapai 500 ton per hari, menjadi pertimbangan investasi Rusia.
Pabrik tersebut akan didirikan di sekitar tempat pembuangan akhir sampah (TPA) di atas lahan 10 hektar. Energi listrik yang dihasilkan berkisar 5-7 Megawatt yang dijual ke PLN.
"Dengan pola power purchase agreement atau PPA dengan PLN. PLN juga sudah mendiskusikan, bahwa TPA Sambutan secara kelayakan, berada di bawah jarak 5 kilometer (Km) ke gardu induk PLN," ujar Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan Ismail, Kamis (9/2).
-
Siapa yang mengolah sampah menjadi batu bara? Ketua RW 07 Sarijadi, Deddy Dharmawan mengatakan jika di tahap terakhir adalah pengolahan menjadi bahan bakar serupa batu bara.'
-
Bagaimana PLN menarik investor di proyek kelistrikan? Dua prinsip tersebut diterapkan PLN untuk menarik minat para investor agar akses listrik untuk seluruh masyarakat bisa dieksekusi dengan cepat,“ katanya.
-
Dimana warga mengolah sampah menjadi batu bara? Kegiatan ini dilakukan guna mengurangi penumpukan di tengah kondisi darurat sampah yang dialami Kota Bandung.
-
Dimana pabrik itu akan dibangun? Arkeolog di Jepang menemukan timbunan sekitar 100.000 koin di Kota Maebashi, sekitar 100 kilometer barat laut Tokyo.
-
Bagaimana warga Sarijadi mengolah sampah menjadi batu bara? Setelah diolah, residu (hasil pencacahan sampah yang sulit terurai) ini menjadi biomassa dan ini menjadi mirip batu bara,' katanya.
-
Apa yang akan dilakukan PLN di Bursa Karbon Indonesia? PLN akan menjadi trader terbesar di bursa karbon Indonesia dengan membuka setara hampir 1 juta ton CO2. Hal ini merupakan bagian langkah PLN mendukung pemerintah dalam penurunan emisi dan mengakselerasi transisi energi.
"Kalau untuk TPA Bukit Pinang, ada diskusi lanjutan dengan PLN, tentang kelayakannya. Sebab, Bukit Pinang juga sangat dekat dengan jalur PLN," katanya.
Nusyirwan menegaskan, secara umum produksi sampah warga Samarinda di bagian barat ditempatkan di TPA Bukit Pinang dan Samarinda bagian timur, di TPA Sambutan. Selain itu, melihat pembagian volume kepadatan penduduk dan kepadatan rumah, 70 persen sampah di Samarinda ada di TPA Bukit Pinang.
"Tapi untuk TPA Sambutan ini, adalah masa depan Samarinda. Sisi lain, kelayakan produksi sampah untuk hasilkan listrik, 300 ton per hari ada di TPA Pinang. Dan itu disetujui investor di Bukit Pinang, sampai ada perjanjian teknis dengan Pemkot," ungkapnya.
"Mereka (investor) bertanya apakah Pemkot menjual sampah, kami pastikan kami tidak menjual sampah kepada investor. Karena investor sudah membantu mengurangi volume sampah, perpanjang masa guna TPA pinang, dan penerapan teknologi yang akrab dengan lingkungan," pungkasnya.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemkab Banyuwangi terus melakukan berbagai langkah pengolahan sampah.
Baca SelengkapnyaVolume sampah yang terus meningkat masih menjadi tantangan bagi pemerintah di tengah fasilitas pengolahan sampah yang terbatas.
Baca SelengkapnyaSIG melalui anak usahanya, SBI, juga menjadi inisiator sekaligus operator fasilitas RDF pertama di Indonesia.
Baca SelengkapnyaLangkah ini untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat, sekaligus membantu perusahaan mendapatkan sumber energi alternatif.
Baca SelengkapnyaCalon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka membeberkan langkahnya memecahkan masalah sampah di Solo
Baca SelengkapnyaPemprov DKI Bangun RDF Plant Senilai Rp1,2 T di Rorotan, Apa Kelebihannya?
Baca SelengkapnyaSumber biomassa berasal dari tanaman energi yang ditanam pada lahan kering atau dibudidayakan pada kawasan hutan.
Baca SelengkapnyaIndonesia memiliki potensi penyimpanan emisi karbon hingga 600 giga ton melalui Carbon Capture and Storage (CCS).
Baca SelengkapnyaTotal luas lahan TPPAS Lulut Nambo yakni 55 hektare. Hasil pengolahan sampahnya berupa Refuse Derived Fuel (RDF).
Baca SelengkapnyaFasilitas ini dapat membantu mengurangi emisi karbon yang dihasilkan sektor kelistrikan, khususnya dari PLTU.
Baca SelengkapnyaHal itu karena sampah di Jakarta tidak hanya bisa di tampung di Bantar Gebang. Meski begitu, Pramono meminta agar rencana tersebut tidak merusak lingkungan.
Baca SelengkapnyaSetelah adanya kegiatan ini, warga setempat tidak lagi khawatir soal penumpukkan sampah.
Baca Selengkapnya