Isu SARA selama Pilkada buat investor asing takut ke Indonesia
Merdeka.com - Direktur Institut For Development Of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati, mengatakan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) membuat iklim investasi dan kepercayaan asing menjadi menurun. Hal ini karena banyak SARA (ras, suku, dan agama) yang muncul dan membuat investor asing menjadi khawatir.
"Pilkada ini malah orang lebih dikhawatirkan, takut ada kerusuhan. Ini kan malah mengerem investasi," ujar Enny di Kantornya, Jakarta, Kamis (9/2).
Enny melanjutkan pilkada saat ini juga tidak banyak membantu perekonomian rakyat. Ini terlihat dari sepinya penjualan atribut kampanye seperti spanduk, kaos, bendera dan lain-lain.
-
Apa itu Pilkada? Pilkada atau Pemilihan Kepala Daerah adalah proses demokratisasi di Indonesia yang memungkinkan rakyat untuk memilih kepala daerah mereka secara langsung.
-
Kenapa minat investor asing menurun di sektor keuangan Indonesia? Menurunnya minat investor asing terhadap sektor keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju. Akibatnya, kebutuhan likuiditas pemerintah dan pelaku usaha akan menjadi sangat kompetitif dan berbiaya mahal,' ucap Said.
-
Mengapa kampanye uang di Indonesia harus dilarang? Karena itu melarang adanya kampanye uang dan menghindarinya menjadi satu cara untuk memajukan sistem politik Indonesia.
-
Apa yang menjadi ciri utama Pilkada di Indonesia? Pilkada langsung memberi kesempatan kepada masyarakat untuk memilih pemimpin daerah mereka secara langsung, memperkuat partisipasi publik dalam proses demokrasi dan meningkatkan akuntabilitas pemimpin daerah terhadap konstituen mereka.
-
Apa arti dari Pilkada? Pilkada artinya Pemilihan Kepala Daerah, Berikut Tahapannya Pilkada artinya proses pemilihan umum di Indonesia yang dilakukan untuk memilih kepala daerah.
-
Apa arti Pilkada? Pilkada adalah singkatan dari Pemilihan Kepala Daerah.
Menurutnya, ini dikarenakan belanja kampanye lebih banyak mengarah pada lembaga nonprofit rumah tangga (LNPRT) contohnya konsultan politik, lembaga survei, lembaga sosial masyarakat dan lain-lain yang ditujukan untuk memobilisasi massa.
"Belanja untuk mobilisasi masa itu cukup signifikan, tapi itu tidak berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat. Ini lebih banyak ke konsultan politik, untuk iklan. Itu yang dapat aliran dana Pilkada," pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Rumadi mengatakan isu SARA merupakan fakta yang kerap terjadi dalam dunia politik.
"Isu SARA dalam politik sebetulnya sudah lama. Jauh sebelum ini sudah mengenal persoalan suku dan agama, itu bagian dari politik," kata Rumadi dalam diskusi bertajuk tolak SARA dalam Pilkada di Kedai Deli, Jakarta.
Dia memaparkan agama kerap dipakai dalam pembentukan partai politik dan hal ini sudah berlangsung sejak Pemilu 1955 hingga 1971.
Isu SARA kerap dilontarkan saat kampanye Pilkada salah satunya soal keyakinan beragama yang selalu menjadi 'senjata' untuk menjatuhkan lawan politik. Di tempat yang sama, pengamat politik dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang mengungkapkan isu SARA dimanfaatkan oleh kepentingan sebagian kelompok dalam berpolitik.
"Hal ini jelas menggambarkan bahwa mereka memanfaatkan isu SARA tidak memiliki modal sosial dan politik. Sehingga mendorong isu itu ketika dia tidak memiliki gagasan yang bisa membuat publik yakin," bebernya.
Hal senada juga diutarakan aktivis dari Aspirasi Indonesia Iwan Djo, bahwa isu SARA di dunia politik jika dilihat dari sejarah politik menggunakan isu SARA akan berujung pada kekerasan dan kehancuran. Isu yang digunakan juga tidak sesuai dengan konstitusi dan terminologi kafir tidak bisa digunakan dalam istilah kebangsaan.
"Kafir itu terminologi Islam, bukan publik. Tidak ada warga negara kafir. Yang ada hanya dalam pandangan agama. Penggunaan kata kafir salah sekali dalam dunia politik," pungkasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Para pedagang konveksi di Pasar Tanah Abang dan PD Jaya Pasar Senen Jakarta mengalami penurunan penjualan produk alat kampanye.
Baca SelengkapnyaMemanasnya kondisi politik di Indonesia dinilai akan menyebabkan ketidakpastian ekonomi di tanah air.
Baca SelengkapnyaHarus diakui, kinerja investasi selama tahun politik akan sangat berpengaruh.
Baca SelengkapnyaDengan adanya penurunan partisipasi masyarakat pada Pilkada tersebut. Maka, perlu dilakukannya refleksi hingga evaluasi.
Baca SelengkapnyaSaid Abdullah, menginginkan fenomena bansos di ajang Pemilu ini tidak lagi terjadi.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengatakan Indonesia tetap harus waspada meski ketahanan ekonomi domestik dianggap resilience.
Baca SelengkapnyaDPR menilai IKN tetap sulit menarik minat investor karena masalah utama bukan pada pergantian pejabatnya, tetapi dasar kebijakan yang keliru
Baca Selengkapnyakondisi ini juga lumrah terjadi di sejumlah negara. Bahkan, sekelas negara ekonomi maju seperti Amerika Serikat (AS) hingga China.
Baca SelengkapnyaJokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaBerikut dampak pemilihan presiden bagi para investor.
Baca SelengkapnyaJika kepercayaan para investor meningkat, secara otomatis akan meningkatkan nilai modal asing yang akan masuk.
Baca SelengkapnyaCak imin menilai pelaksanan Pilkada saat ini merusak tatanan demokrasi.
Baca Selengkapnya