Jangan berharap suku bunga perbankan turun
Merdeka.com - Kondisi perekonomian dunia belum sepenuhnya mengalami perbaikan. Di saat negara-negara maju memulihkan kondisi ekonominya, pertumbuhan ekonomi negara berkembang cenderung melambat. Termasuk yang terjadi di Indonesia.
Bank Indonesia melihat, perlambatan pada kinerja pertumbuhan ekonomi berkorelasi dengan kinerja sektor keuangan, termasuk perbankan. Kenaikan suku bunga Bank Indonesia menjadi salah satu cara memperlambat pertumbuhan ekonomi. Dan kondisi ini secara langsung berdampak pada aktivitas sektor perbankan.
"Ekonomi Indonesia lebih pelan, jadi kalau pertumbuhan ekonomi lebih pelan dampak aktivitas perbankan juga," ujar Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo di Medan akhir pekan ini.
-
Kenapa minat investor asing menurun di sektor keuangan Indonesia? Menurunnya minat investor asing terhadap sektor keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju. Akibatnya, kebutuhan likuiditas pemerintah dan pelaku usaha akan menjadi sangat kompetitif dan berbiaya mahal,' ucap Said.
-
Kenapa BRI menilai kenaikan BI Rate tidak berdampak signifikan? Dirut BRI menilai kenaikan BI Rate dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap likuiditas BRI secara umum.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Kapan kinerja industri perbankan terjaga stabil? Di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan gejolak geopolitik global, kinerja industri perbankan Indonesia per Juni 2024 terjaga stabil,' jelas Mahendra Siregar dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (2/8).
-
Apa itu KPR BRI Suku Bunga Berjenjang? KPR BRI Suku Bunga Berjenjang adalah program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang ditawarkan oleh BRI dengan suku bunga yang berjenjang. Program ini memiliki suku bunga fixed rate pada tahun-tahun awal tertentu, kemudian suku bunga akan berubah pada tahun-tahun berikutnya.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
Sejak Juni 2013, perbankan mulai aktif menaikkan suku bunga kredit seiring dengan kebijakan BI yang berturut-turut menaikkan BI Rate hingga sebesar 175 basis poin. Berdasarkan data suku bunga dasar kredit (SBDK) Bank Indonesia per Februari 2014, perbankan telah melakukan beberapa kali penyesuaian, bahkan hingga 300 bps. Jauh di atas kenaikan suku bunga acuan BI.
Menurut data SBDK dari 15 bank besar di Indonesia, kenaikan bunga kredit korporasi berkisar antara 24 bps hingga 200 bps. Sementara untuk kredit ritel naik di kisaran 25 bps hingga 300 bps. Untuk bunga kredit konsumsi non KPR naik di kisaran 24 bps hingga 200 bps. Sedangkan suku bunga dasar kredit KPR naik di kisaran 25 bps hingga 187 bps.
Agus Marto tidak heran dengan fenomena ini. Bahkan, dia meyakini saat ini merupakan masa suku bunga tinggi perbankan. "Yang perlu juga bahwa tingkat bunga tidak akan terwujud pada kondisi yang rendah, karena ke depan itu negara maju, ekonominya pulih negara maju dan tingkat bunga cenderung naik. Kalau naik pengaruh negara berkembang. Jadi sosialisasikan ke pengusaha, pelaku usaha, perbankan bahwa ke depan ini tingkat bunga tidak bisa diharapkan menurun, persiapan diri lebih tinggi," tegas Agus Marto.
Dia tidak ingin terburu-buru memprediksi bahwa bakal ada kenaikan BI Rate dan suku bunga perbankan lagi. "Bahwa tahun lalu sudah ada peningkatan bunga dari deposit bank sampai 300 basis poin, tetapi ternyata terjadi bunga kredit 40 basis poin jadi kemungkinan tingkat bunga yang dibebankan nasabah akan ada peningkatan oleh bank," katanya.
Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis yang menghantam perbankan akibat tingginya suku bunga, bank sentral berharap Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bisa memainkan perannya dengan baik. Yang terpenting, kata dia, mengawasi dan melindungi nasabah.
"Yang perlu perhatikan, musti melakukan pengawasan terhadap nasabah karena yang mempunyai banyak posisi yang 'open' dalam arti meminjam asing (dolar) tapi penghasilan rupiah, itu waspadai," katanya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tren tabungan masyarakat tidak akan langsung turun pasca penerapan tarif PPN 12 persen.
Baca SelengkapnyaThe Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75-5,00 persen.
Baca SelengkapnyaBank of England di Inggris dan The Fed di Amerika Serikat menurunkan suku bunga acuan.
Baca SelengkapnyaOJK mencatat pertumbuhan kredit dan DPK melambat dibanding tahun lalu.
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaSecara bertahap dampak kebijakan tersebut juga akan turut mempengaruhi komponen biaya produksi.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia yang memutuskan menaikkan suku bunga acuan di level 6,25 persen pada bulan April 2024.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah terus memberikan support terhadap pertumbuhan kredit perbankan dan investasi.
Baca SelengkapnyaTigor mengingatkan penting juga untuk waspada. Sebab, perekonomian global masih dihadapkan dengan ketidakpastian.
Baca SelengkapnyaDi sisi lain likuiditas industri perbankan pada bulan November 2023 dalam level yang memadai.
Baca SelengkapnyaKe depan tren penurunan suku bunga kebijakan negara maju khususnya Amerika Serikat terus berlanjut.
Baca Selengkapnya