Jatuh Bangun Sukyanto Nugroho, Dianggap Bodoh Hingga Sukses Buka Bisnis Es Teler 77
Merdeka.com - Bagi masyarakat yang kerap mengunjungi mal, mungkin pernah melihat gerai resto Es Teler 77. Resto makanan siap saji ini didirikan oleh Sukyatno Nugroho, sosok yang kerap dianggap bodoh oleh teman-teman di sekolahnya.
Sukyanto merupakan pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, 3 Agustus 1948. Selama menempuh pendidikan, dia memang tidak cukup cerdas dalam hal akademik. Sukyanto malah pernah dua kali tidak naik kelas saat bersekolah. Karena inilah, teman-temannya menganggap ia bodoh. Sukyanto hanya menamatkan pendidikan sampai sekolah menengah pertama (SMP).
Ayah Sukyanto, Hoo Ie Kheng menyadari bahwa sang anak tidak menyukai pendidikan formal. Dia pun mengirim Sukyanto untuk tinggal di rumah pamannya di Jakarta. Selama tinggal bersama paman, Sukyanto diajari berdagang. Segala macam profesi pernah dijalani oleh Sukyatno agar bisa bertahan hidup di ibu kota.
-
Apa tanda seseorang yang tidak pintar? Ada beberapa tanda yang bisa menunjukkan bahwa seseorang sebenarnya tidak sepintar yang mereka kira.
-
Siapa yang mungkin merasa tidak nyaman dengan orang cerdas? Orang lain mungkin merasa tidak nyaman ketika berada di sekitar mereka atau merasa seperti mereka harus bersaing dengan kecerdasan mereka.
-
Mengapa orang cerdas sulit bahagia? Memiliki kecerdasan atau IQ yang tinggi bisa menimbulkan rasa sulit bahagia terutama jika Anda tidak memiliki kemampuan pengelolaan diri yang baik.
-
Kenapa orang yang tidak pintar sering mengkritik pendapat yang berbeda? Orang yang tidak sepintar yang mereka kira sering kali akan mengkritik pandangan yang berbeda dan berusaha membuktikan bahwa mereka sangat berpengetahuan dengan membagikan pengalaman luas mereka.
-
Siapa yang sering menganggap anak cerdas sebagai anak nakal? Sayangnya, pada beberapa anak dengan kecerdasan tinggi, orangtua sering salah mengiranya sebagai tanda kenakalan.
-
Bagaimana orang cerdas bisa merasa kecewa? Mereka menetapkan standar yang sulit untuk dicapai, dan ketika mereka gagal memenuhi harapan ini, mereka bisa merasa kecewa dan stres. Hal ini dapat mengganggu perasaan bahagia mereka.
Sukyanto pernah berjualan sisir, kancing baju hingga alat elektronik. Selama menjadi salesman, dia bertemu Yenny Setia Widjaja, pedagang barang elektronik, yang kemudian dinikahi Sukyanto. Keduanya melangsungkan pernikahan pada 28 September 1971.
Selama menjajal profesi, Sukyanto pernah menjadi calo surat izin mengemudi (SIM), tengkulak jual beli tanah hingga menjadi pemborong pembangunan perumahan.
Saat menjadi pemborong, dia pernah hampir dikeroyok karena membangun rumah pesanan dari departemen pemerintahan di atas tanah sengketa. Pembangunan rumah pun dihentikan. Akibatnya, Sukyanto rugi dan berutang banyak.
Sukyanto jatuh miskin usai insiden tersebut. Dia bahkan tidak sanggup untuk membayar biaya sekolah anaknya. Dari situ, dia mencoba membuka usaha salon kecil-kecilan.
Namun tak lama kemudian, Sukyatno Nugroho mulai mencoba berbisnis jajanan es teler yang kemudian mengubah nasibnya kelak. Berbekal modal usaha Rp1 juta dan resep es teler dari ibu mertuanya, Murniati Widjaja, hasil memenangkan lomba majalah Gadis, Sukyatno mencoba peruntungannya di bisnis kuliner ini.
Es Teler terdiri dari minuman es yang berisi campuran alpukat, kelapa muda, nangka dan santan kelapa ditambah sirup sebagai pemanisnya. Sukyatno memberi nama jajanan es telernya dengan nama Es Teler 77. Angka 77 bagi Sukyatno adalah angka keberuntungan.
Sukyatno kemudian mulai menjual dagangan es telernya pada tanggal 7 juli 1982. Dagangannya ia gelar di emperan pusat perbelanjaan Duta Merlin, Harmoni, Jakarta pusat dari pagi hingga malam hari.
Selama beberapa tahun dia menjajakan es di pinggir jalan dan berpindah-pindah tempat, tak jarang dia juga kena razia penertiban petugas.
Lambat laun, usaha es telernya mulai menunjukan peningkatan penjualan. Sehingga ia kemudian nekat mewaralabakan es teler 77 dagangannya pada tahun 1987.
Sukyatno sebenarnya tidak terlalu mengerti mengenai sistem waralaba, mulai dari bagi hasil hingga posisinya sebagai pemilik usaha. Dia hanya mengetahui mengenai waralaba dari artikel berbahasa Inggris yang dia baca. Meskipun dia hanya tamatan SMP saja, namun dia sedikit mengerti bagan dan skema dari sistem waralaba seperti KFC maupun McDonald yang ketika itu baru masuk di Indonesia.
Sukyatno kemudian mantap akan pilihannya mewaralabakan es teler 77 miliknya. Awalnya, dia selalu rugi saat mewaralabakan es telernya, namun itu dijadikan sebagai tantangan.
Dari tahun ke tahun semenjak dia mewaralabakan es telernya, gerai usahanya terus bertambah mulai dari Solo hingga Semarang dan kemudian mencapai ratusan gerai Es Teler 77.
Dia pun mematok harga es telernya lebih mahal dan memindahkan gerainya ke dalam pusat perbelanjaan seperti di mall maupun plaza.
Sukyatno Nugroho kemudian berani membuka gerai di gedung Wisma BNI yang megah di wilayah Sudirman, Jakarta. Tempat-tempat yang prestisius itulah yang membuat citra dari Es Teler 77 dikenal luas di masyarakat. Dia juga terkadang membuat berbagai kegiatan sosial yang menurutnya ‘heboh’, sehingga turut menaikkan pamor Es Teler 77 miliknya.
Sejak saat itu waralaba Es Teler 77 nya mulai menjamur di berbagai kota besar di Indonesia bahkan dia juga memiliki cabang di luar negeri seperti di Malaysia, Singapura, hingga Australia dengan jumlah karyawan sebanyak 3.000 orang.
Bisnisnya yang sukses besar membuat Sukyatno Nugroho sangat terkenal. Sejak itu, dia mulai menjadi pembicara mengenai bisnis waralaba di berbagai Universitas. Usahanya tersebut ia serahkan kepada anak-anaknya. Dia lebih memilih untuk bekerja di belakang layar saja.
Pada 11 Desember 2007, Sukyatno Widjojo. Bisnis waralaba Es Teler 77 sebanyak 300 outlet itu dia wariskan kepada anak-anaknya. Kematian Sukyanto juga menjadi perhatian Abdurrahman Wahid yang saat itu menjadi Presiden Republik Indonesia.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selama menempuh pendidikan, dia memang tidak cukup cerdas dalam hal akademik. Sukyatno justru pernah dua kali tidak naik kelas saat bersekolah.
Baca SelengkapnyaNamun, Suko bergeming untuk tetap menjadi pengusaha sereal dari umbi asal Garut.
Baca SelengkapnyaSempat pindah ke Ciamis, Dede Sunandar dinyatakan tidak lulus karena tidak hadir saat Ujian Nasional dan memilih main PS.
Baca SelengkapnyaKetika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) Andika sempat hampir tidak naik kelas. Begini cerita pengakuannya.
Baca SelengkapnyaIa terpaksa harus menempuh kejar paket C untuk bisa mendapat ijazah bukti dirinya tuntas belajar
Baca SelengkapnyaTak kunjung lolos setiap kali seleksi CPNS, Ermawanto akhirnya memilih bekerja sebagai pegawai swasta dan kemudian membuka usaha.
Baca SelengkapnyaWalau dia tak tamat menempuh pendidikan di bangku SD, nyatanya kini ia berhasil menjadi seorang bos dengan punya banyak karyawan.
Baca SelengkapnyaPerjuangan keras harus ditempuh pria bernama Hadi di usianya yang masih belia.
Baca SelengkapnyaPanji mulai menyadari efek buruk tidak serius sekolah. Ia sulit mendapatkan pekerjaan.
Baca SelengkapnyaKisah ini berawal ketika Eko terlilit utang hampir Rp500 juta. Hal tersebut terjadi karena Eko mengalami kegagalan dalam usaha suplai barang ke hotel.
Baca Selengkapnya