Jika tak ada Deng Xiaoping, China mungkin jadi negara miskin terbelakang
Merdeka.com - Jika tak ada Deng Xiaoping mungkin China masih akan menjadi negara miskin dan terbelakang hari ini. Dialah orang yang mereformasi perekonomian China hingga menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia.
Deng sukses mengubah negara kelaparan itu menjadi kekuatan ekonomi yang mampu bersaing ketat dengan Amerika. Dia menghapus doktrin komunis tua yang dibanggakan Ketua Mao. Membuka tirai bambu Tiongkok untuk investasi dan kepemilikan modal.
Setelah perang saudara yang melelahkan dengan kaum Nasionalis, Mao Zedong memimpin China memasuki era komunisme. Tahun 1958, Mao bermimpi mengubah China menjadi negara industri sekuat Amerika Serikat dan Inggris. Proyek ambisiusnya disebut dengan program 'Lompatan Jauh ke Depan'. Dia yakin kekuatan rakyat akan bisa melakukan apa saja.
-
Apa yang dimiliki China? Tidak mengherankan, mengingat populasinya yang besar, China memimpin dengan jumlah pengguna internet global, diperkirakan mencapai 1,05 miliar.
-
Siapa bos China yang membuat pernyataan kontroversial? Dalam perkembangan terbaru, ia telah meminta maaf atas komentarnya yang kontroversial.
-
Mengapa Tiongkok penting untuk kemendag? Republik Rakyat Tiongkok mitra ASEAN terbesar sejak 2009. Tiongkok adalah sumber investasi asing terbesar keempat di antara mitra-mitra dialog ASEAN. Melihat peran ASEAN dan Tiongkok yang penting bagi kawasan, kerja sama antara kedua belah pihak harus terus ditingkatkan,“ kata Zulkifli Hasan.
-
Teknologi apa yang dikuasai China? China memimpin dalam 37 dari 44 teknologi yang dilacak dalam proyek selama setahun oleh lembaga thinktank, The Australian Strategic Policy Institute. Bidang itu meliputi baterai listrik, hipersonik, dan komunikasi frekuensi radio canggih seperti 5G dan 6G.
-
Kapan China dominasi teknologi? Dikutip dari The Guardian, Selasa (18/7), China memimpin dalam 37 dari 44 teknologi yang dilacak dalam proyek selama setahun oleh lembaga thinktank, The Australian Strategic Policy Institute.
-
Mengapa China tenggelam? Penulis studi tersebut mengatakan bahwa faktor utama yang paling berpengaruh terhadap penurunan permukaan tanah adalah adanya kehilangan air tanah, yaitu dengan pengambilan air di bawah atau di dekat kota-kota untuk digunakan penduduk setempat.
"Mengungguli Inggris tak butuh 10 tahun, bisa dua atau tiga tahun saja," sesumbar Mao waktu itu. Demikian ditulis Jurnalis Samuel Johnson dalam bukunya Mao's Great Famine.
Mao juga ingin mempermalukan Uni Soviet yang saat itu dianggap sebagai negara komunis adidaya. Dihinanya Kamerad Khrushchev yang tak bisa berenang dengan sengaja menggelar pertemuan di kolam renang.
"Beras kami banyak. Sampai tak tahu mau diapakan lagi," kata Mao membual.
Seruan Mao segera bergaung ke seluruh negeri. Pemerintah komunis merampas tanah milik perorangan dan mengubahnya menjadi milik negara. Mao mengerahkan jutaan orang untuk bertani dan bekerja di pabrik baja.
Tapi fakta selanjutnya sangat mengerikan. Strategi peningkatan pangan ala Mao gagal total. Bibit gandum yang ditanam terlalu dekat malah tak bisa tumbuh. Ditambah lagi China dilanda bencana kekeringan dan banjir besar.
Tahun 1958 hingga 1962 tak kurang dari 43 juta orang meninggal karena bencana kelaparan. Di desa-desa mayat kurus kering berserakan. Pengawal Merah yang kejam bahkan menjadikan mayat ini sebagai pupuk di lahan pertanian massal. Mao telah membawa China ke ambang kehancuran.
Pandangan ekonomi Mao ini ditentang Deng Xiaoping, salah satu petinggi Partai Komunis China. Pandangan Deng, sosialisme bukanlah kemiskinan.
Lahir dari keluarga petani kaya di Provinsi Sinchuan, Deng melanjutkan pendidikan di Prancis pada usia 15 tahun. Dia juga sempat bersekolah di Rusia. Hingga pada 1926, Deng Xiaoping memutuskan kembali ke China. Dia segera menjadi petinggi Partai Komunis.
Awalnya Deng dan Mao berkawan baik, namun kemudian Deng disingkirkan karena dianggap mengkritik Sang Ketua.
Penyakit Perdana Menteri Zhou Enlai yang semakin parah, menjadi berkah tersendiri bagi Deng. Deng kembali dipanggil untuk diangkat menjadi wakil perdana menteri tahun 1975. Dia diminta mengurusi pemulihan ekonomi pasca kegagalan program pembangunan Mao Zedong.
Deng memutuskan China butuh bantuan asing untuk membangun negeri. Ketua Mao dan pendukung setianya marah luar biasa. Deng hampir dihukum mati karena dinilai sebagai pendukung negara Barat. Namun, akibat kematian Mao pada 1976, Deng selamat.
Kematian Mao menjadi titik balik karir Deng Xiao Ping. Dia menjadi orang nomor satu di China menggantikan Mao. Pada 1978, Deng menggagas reformasi China bernama Gaige Kaifang (reformasi dan keterbukaan) dengan sistem pasar-sosialis. Empat pilar modernisasi kali ini ialah pertanian, industri, teknologi, dan pertahanan.
"Bukanlah dosa jika seseorang menjadi kaya," kata Deng.
Dia menjungkirbalikan slogan sama rata sama rasa. Jelas ini sesuatu yang haram di era Mao. Deng menilai seseorang harus dihargai berdasarkan kemampuan dan kerja kerasnya. Hal ini juga bisa memotivasi rakyat.
Reformasi ekonomi China dimulai dengan sektor pertanian. Pemerintah mengembalikan kepemilikan tanah pada rakyat. Seiring berjalannya waktu, investasi asing langsung di China turut menumbuhkan pusat-pusat industri. Deng menyebutnya sebagai sosialisme ala China.
"Tak masalah kucing itu berwarna hitam atau putih selama dia bisa menangkap tikus," kata Deng soal politik luar negeri China.
China, pada 1980 menggagas pembentukan Zona Ekonomi Khusus di Provinsi Guangdong yang terdiri dari Shenzhen, Zhuhai, dan Shantou serta di Fujian. Konsep kota ini memberikan perlakuan khusus sektor industri seperti keringanan pajak dan berbagai infrastruktur seperti jalan raya, listrik, dan pelabuhan.
Deng juga giat mengirimkan anak-anak muda China belajar ke luar negeri di segala bidang. Dia berharap merekalah kelah yang akan membangun China.
"Lihatlah saat mereka kembali, mereka akan membawa keajaiban untuk negara ini," kata Deng.
Langkah Deng terbukti tak salah. Perekonomian China terus tumbuh.
Pada 1990, Deng Xiao Ping pun harus mengundurkan diri dari pemerintahan karena usia tua dan masalah kesehatan yang kerap mengganggunya. Hingga pada 1997, Deng tutup usia pada usia 92 tahun.
Presiden China saat itu, Jiang Zemin, pun meneruskan semangat perubahan Deng. Ideologi ekonomi terbuka terus dilanjutkan dan sukses menjadikan China salah satu kekuatan besar ekonomi dunia.
Nama Deng pun selalu disebut dengan hormat dalam kongres Partai Komunis China. "Teori ekonomi Deng Xiaoping yang gemilang."
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di masa Demokrasi Terpimpin Presiden Soekarno merumuskan politik luar negeri yang cenderung anti barat dan memihak kepada negara-negara Komunis.
Baca SelengkapnyaPenurunan harga real estat yang berkepanjangan ditambah beberapa kasus gagal bayar yang juga membebani kekayaan miliarder China.
Baca SelengkapnyaDaya beli masyarakat China tetap lemah meski pemerintah telah menggelontorkan sejumlah insentif.
Baca Selengkapnya"Ketenagakerjaan, menyangkut kepentingan vital rakyat."
Baca SelengkapnyaPerusahaan raksasa dunia yang lain bisa melihat ini menjadi celah atau dipandang sebagai buruknya tata kelola birokrasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMeski begitu, Mendag Zulkifli mengaku tak meresnpons serius ungkapan tersebut. Dia hanya mengamini kalau Indonesia kelak akan menjadi negara besar.
Baca SelengkapnyaInpres Nomor 14 tahun 1967 bikin kehidupan etnis Tionghoa semakin terdesak.
Baca SelengkapnyaBerkembangnya hilirisasi Indonesia bikin China-Eropa ketar-ketir.
Baca SelengkapnyaMenteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengkhawatirkan platform digital baru dari Negara China, yakni Temu.
Baca SelengkapnyaFokus pemerintah Korea terarah dan memiliki langkah-langkah yang berurutan.
Baca SelengkapnyaPria ini ditahan karena mengganggu ketertiban umum dan peraturan dunia maya.
Baca SelengkapnyaSaat usianya menginjak 75 tahun, pendiri Huawei memiliki kekayaan sebesar USD 1,3 miliar atau Rp18,28 triliun (USD 1 = Rp14.066).
Baca Selengkapnya