Jokowi ingin swasembada pangan tapi pertanian tak beda dari era SBY
Merdeka.com - Ambisi Presiden Joko Widodo mewujudkan ketahanan dan swasembada pangan dalam kurun waktu tiga tahun ke depan, diperkirakan sulit terealisasi. Penyebab utamanya, makin berkurangnya lahan pertanian.
Ketua Umum Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia Dwi Andreas Santosa menjelaskan, dalam sepuluh tahun terakhir, Indonesia kehilangan ratusan ribu keluarga tani. Kondisi ini dampak turunan dari alih fungsi lahan pertanian.
"Terjadi peralihan penguasaan lahan dari petani ke yang bukan petani. Kalau orang kota banyak beli tanah di Karawang, 80 persen pemiliknya bukan petani setempat tapi orang Jakarta. Kita tutup mata, 50 juta KK tani hilang lahan taninya," ungkap Dwi di Jakarta, Rabu (20/1).
-
Apa fokus kebijakan pangan Jokowi? Kebijakan pangan dan pertanian pada era Jokowi secara umum sudah relatif bagus. Dari sisi produksi juga sudah dilakukan diversifikasi sumber, termasuk food estate dan pemberdayaan lahan rawa.
-
Harga bahan pangan apa yang naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
-
Kenapa Jokowi prihatin dengan dominasi impor teknologi? Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya transformasi Indonesia dari konsumen menjadi produsen dalam industri teknologi global. Jokowi prihatin atas dominasi impor dalam penggunaan perangkat teknologi di Indonesia, dengan nilai impor yang mencapai lebih dari Rp30 triliun.
-
Bagaimana Jokowi menjaga pasokan pangan jangka pendek? Kalau fokusnya menjaga inflasi di sisi konsumen, maka impor adalah solusinya.
-
Apa yang dikatakan Said Abdullah tentang impor pangan dan energi? Anggota DPR RI dari PDIP, MH Said Abdullah mengatakan selama 10 tahun terakhir Indonesia belum bisa keluar dari ketergantungan impor pangan dan Energi. Padahal menurut Said, keduanya adalah hal pokok yang menyangkut ketahanan, dan Said mencatat selama periode 2014-2023 defisit perdagangan internasional pada sektor pertanian sangat besar.
Kondisi ini akhirnya memicu produktivitas rendah dan tingkat ketergantungan pangan terhadap negara asing justru masih besar. Dia pesimis Indonesia bisa mewujudkan swasembada pangan bila sistem tersebut tidak diubah.
Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menyebut, kebijakan Jokowi soal pangan juga tidak jauh berbeda pada era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Tidak ada terobosan atau perbaikan berarti.
"Apa yang dilakukan sekarang susah dibedakan dengan yang dilakukan pemerintahan sebelumnya. Meski anggaran pertanian dan pangan juga naik, tapi impor pangan meningkat 326 persen," ungkapnya.
Karena itu dia tidak heran bila ke depannya tingkat ketergantungan Indonesia pada sektor pangan semakin besar. "Makanya kita tergantung dengan Vietnam," cetusnya.
Dia berharap pusat pertanian nasional tetap dipertahankan di tanah Jawa. Sebab, Dwi meyakini untuk produksi terbaik harus dihasilkan di daerah tersebut.
"Pernah ada wacana, Pulau Jawa dijadikan lahan industri. Sedangkan pertanian di lempar ke luar Jawa. Hasilnya ya bisa hancur. Lahan terbaik itu di Jawa," katanya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gibran menduga Mahfud agak ngambek atau kesal dengan pertanyaan Gibran sebelumnya yang Mahfud tidak bisa jawab.
Baca SelengkapnyaPresiden Prabowo Subianto secara konsisten menyuarakan agar Indonesia bisa swasembada pangan, meski dalam realisasinya hal itu sulit.
Baca SelengkapnyaMahfud mempertanyakan komitmen pemerintah saat ini yang terus menerus impor pangan.
Baca SelengkapnyaPangan menjadi senjata yang sangat ampuh dalam membangun hegemoni suatu negara.
Baca SelengkapnyaJokowi mengungkapkan, riset-riset pangan dan holtikultura di Indonesia sendiri masih tertinggal dengan negara lain.
Baca SelengkapnyaAmran menegaskan bahwa mimpi besar Indonesia adalah memimpin pangan dunia.
Baca SelengkapnyaJokowi mencatat, saat ini, cadangan beras di gudang Bulog mencapai 1,7 ton.
Baca SelengkapnyaJokowi tetap mewanti-wanti keamanan stok beras dalam negeri, meski inflasi masih cenderung terjaga.
Baca SelengkapnyaBanyak negara kini memilih berjaga untuk kepentingan dalam negeri dengan cara menutup keran ekspor pangannya,
Baca Selengkapnyaresiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula.
Baca SelengkapnyaSaid menilai perlu bagi pemerintah agar fokus terhadap program kemandirian pangan
Baca SelengkapnyaHal tersebut disampaikan oleh Dekan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Mangku Purnomo.
Baca Selengkapnya