Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

JP Morgan Prediksi Ekonomi Global Kembali ke Kondisi Normal di 2022

JP Morgan Prediksi Ekonomi Global Kembali ke Kondisi Normal di 2022 pertumbuhan ekonomi. ©2019 Merdeka.com/Imam Buhori

Merdeka.com - Lembaga keuangan JPMorgan Chase memperkirakan jika keadaan kembali normal dan pemulihan ekonomi berjalan penuh dari dampak krisis kesehatan Covid-19 di 2022. Hal ini terlihat dari tingkat vaksinasi yang sudah meluas di berbagai negara.

"Pandangan kami adalah bahwa 2022 akan menjadi tahun pemulihan global penuh, akhir dari pandemi global dan kembali ke kondisi normal yang kita alami sebelum wabah COVID-19," kata Marko Kolanovic, Kepala Strategi Pasar Global JPMorgan (JPM), dikutip dari laman CNN Business, Kamis (9/10).

"Ini dijamin dengan mencapai kekebalan populasi yang luas dan dengan bantuan kecerdikan manusia, seperti terapi baru yang diharapkan akan tersedia secara luas pada tahun 2022," imbuhnya.

Orang lain juga bertanya?

Bank terbesar di Amerika Serikat itu juga memperkirakan kemajuan di sektor kesehatan akan memicu pemulihan yang kuat dalam ekonomi, ditandai dengan kembalinya mobilitas global dan aktivitas belanja yang kuat oleh konsumen dan bisnis.

Selain itu, JPMorgan juga memperkirakan pertumbuhan lanjutan untuk pasar saham, meskipun pada kecepatan yang lebih lambat. Bank tersebut menetapkan target akhir tahun 5.050 untuk indeks S&P 500, naik 8 persen dari level saat ini.

"Pada tahun 2021, ekonomi di seluruh dunia membuat kemajuan besar menuju pemulihan dan pembukaan kembali. Namun, masih banyak yang harus dilakukan karena pemulihannya tidak merata, tidak lengkap dan sering terganggu oleh wabah dan kekhawatiran virus baru," terangnya.

Hambatan

Terlepas dari vaksin, JPMorgan menyebut, kekebalan dan pembatasan kesehatan, juga korban manusia dari COVID-19 tahun ini lebih besar daripada tahun lalu. Bank tersebut pun memperingatkan hambatan, termasuk pelonggaran kebijakan uang dari bank sentral.

"Seiring pemulihan berjalan, pasar akan mulai menyesuaikan diri dengan kondisi moneter yang lebih ketat, sebuah proses yang kemungkinan akan menyuntikkan volatilitas," tulis Kolanovic, menambahkan bahwa perubahan ini akan menjadi "angin" bagi pasar bernilai kaya seperti Nasdaq.

Risiko lain yang diidentifikasi oleh JPMorgan termasuk ketegangan geopolitik di Eropa dan Asia, ketidakpastian seputar inflasi yang tinggi dan "krisis energi yang membayangi."

Sementara Citigroup memperkirakan bahwa harga minyak AS akan rata-rata mencapai sebesar USD 59 per barel pada kuartal keempat tahun depan, JPMorgan tetap yakin pada energi, mengatakan minyak mentah akan berdiri di harga USD 86 per barel pada akhir 2022 dan Brent, yang merupakan patokan dunia, akan menjadi USD 90.

Reporter: Natasha Khairunnisa Amani

Sumber: Liputan6.com

(mdk/azz)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes

Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.

Baca Selengkapnya
Tensi Geopolitik Masih Panas, OJK Minta Sektor Jasa Keuangan Waspada
Tensi Geopolitik Masih Panas, OJK Minta Sektor Jasa Keuangan Waspada

Tensi geopolitik global masih melanjutkan peningkatan seiring berlanjutnya konflik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya
Geopolitik Global Memanas, Bos OJK Klaim Kinerja Sektor Jasa Keuangan Tetap Stabil
Geopolitik Global Memanas, Bos OJK Klaim Kinerja Sektor Jasa Keuangan Tetap Stabil

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kinerja sektor jasa keuangan di Indonesia terbilang stabil.

Baca Selengkapnya
OJK Catat Pertumbuhan Kredit Melambat: Wajar Karena Rebound dari Pandemi
OJK Catat Pertumbuhan Kredit Melambat: Wajar Karena Rebound dari Pandemi

OJK mencatat pertumbuhan kredit dan DPK melambat dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya
Ketidakpastian Global Mereda, Bos BI: Tetap Perlu Hati-Hati
Ketidakpastian Global Mereda, Bos BI: Tetap Perlu Hati-Hati

Ekonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan mulai melambat di semester II-2024 seiring dengan penurunan permintaan domestik.

Baca Selengkapnya
Ada Ketegangan Geopolitik, BI Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 2,9 Persen
Ada Ketegangan Geopolitik, BI Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 2,9 Persen

Ekonomi dunia diperkirakan melambat akibat konflik global saat ini.

Baca Selengkapnya
Jakarta Macet Parah, Bank Indonesia: Aktivitas Ekonomi Mulai Pulih
Jakarta Macet Parah, Bank Indonesia: Aktivitas Ekonomi Mulai Pulih

Kemacetan kembali terjadi di Jakarta, terutama setelah pandemi covid-19 di Indonesia dinyatakan berakhir.

Baca Selengkapnya
OJK Pastikan Kinerja Sektor Jasa Keuangan Tetap Baik di Tengah Gejolak Geopolitik Global
OJK Pastikan Kinerja Sektor Jasa Keuangan Tetap Baik di Tengah Gejolak Geopolitik Global

stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga didukung oleh permodalan yang kuat.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Indonesia Diprediksi Meroket Usai Pemilu, Begini Data Bank Indonesia
Ekonomi Indonesia Diprediksi Meroket Usai Pemilu, Begini Data Bank Indonesia

Ekonomi Indonesia Diprediksi Meroket Usai Pemilu, Begini Data Bank Indonesia

Baca Selengkapnya
Politikus Golkar: Tren Pemulihan Ekonomi Indonesia Semakin Solid
Politikus Golkar: Tren Pemulihan Ekonomi Indonesia Semakin Solid

Pertumbuhan ekonomi cukup impresif, yakni 5,11 persen di kuartal I-2024

Baca Selengkapnya
Antisipasi Lonjakan Covid-19 Jelang Libur Akhir Tahun, Kemenkes Minta Masyarakat Lengkapi Vaksinasi
Antisipasi Lonjakan Covid-19 Jelang Libur Akhir Tahun, Kemenkes Minta Masyarakat Lengkapi Vaksinasi

Imbauan ini untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.

Baca Selengkapnya
Kredit Korporasi Tumbuh 18 Persen Hingga April 2024, OJK: Tunjukkan Pemulihan Setelah Pemilu 2024
Kredit Korporasi Tumbuh 18 Persen Hingga April 2024, OJK: Tunjukkan Pemulihan Setelah Pemilu 2024

pertumbuhan kredit korporasi yang sebesar 18,45 persen ini lebih besar dibanding pencapaian pertumbuhan kredit secara keseluruhan yang sebesar 13,09 persen.

Baca Selengkapnya